FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Syiah Kuala (FK USK) adalah salah satu fakultas unggulan di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sebagai institusi pendidikan kedokteran, FK USK juga memiliki berbagai organisasi mahasiswa yang mendukung pengembangan akademik dan profesional mahasiswa, salah satunya adalah CIMSA: Center for Indonesian Medical Students' Activities. CIMSA: Center for Indonesian Medical Students' Activities adalah organisasi yang bersifat nasionalis, independen, non-politik, inklusif, dan non-partisan yang mewadahi mahasiswa kedokteran Indonesia dalam memberikan dampak besar terhadap kesehatan nasional melalui aktivitas berbasis data dan komunitas. Organisasi ini memiliki enam standing committee, salah satunya SCOME (Standing Committee on Medical Education).
Dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional, SCOME, salah satu standing committee di CIMSA, mengadakan Class for Future Doctor (CFD). CFD berlangsung dengan dua agenda utama, yaitu training pada tanggal 2 Maret 2025 dan one day project pada 15 Maret 2025.
Dengan mengusung tema “Unraveling the Secrets of Forensic Medicine”, CFD diadakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dan mahasiswi kedokteran mengenai ilmu forensik, khususnya dalam skill visum et repertum yang dibutuhkan selama masa preklinik dan klinik.
Visum et repertum adalah dokumen resmi yang dibuat oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan medis terhadap korban kejahatan, yang berfungsi sebagai bukti dalam proses peradilan hukum. Perkembangan teknologi di era industri 4.0 dan 5.0 juga membawa perubahan dalam ilmu forensic, seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam analisis forensik dan digital forensik dalam penyelidikan kasus kejahatan. Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran perlu memahami perkembangan terkini dalam ilmu forensik agar dapat beradaptasi dengan tantangan di masa depan.
One day project diselenggarakan di Aula Gedung D FK USK dan dihadiri oleh 37 peserta dari mahasiswa kedokteran yang mendapat ajaran dari dokter forensik yang sangat berpengalamandalam bidangnya, Prof. Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F(K)., Dipl.BE. Selain mendapat ilmu dari seorang dokter forensik, CFD juga menghadiri seorang pemateri dari Bareskrimum (Badan Reserse Kriminal Umum) Polda Banda Aceh, AKBP Benny Bathara, S.I.K., M.I.K., untuk menghadirkan dua sudut pandang berbeda dari masing-masing profesi dan peran dokter dan polisi dalam penciptaan sebuah visum.
Setelah penyampaian materi dari masing-masing pemateri, selanjutkan para peserta akan masuk ke sesi simulasi penyusunan visum et repertum agar memperoleh pengalaman langsung dalam mengintegrasikan ilmu forensik dengan keterampilan klinis dan hukum. Simulasi ini tidak hanya membantu meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam aspek teknis, tetapi juga mengasah kemampuan analitis dan pengambilan keputusan dalam kasus medis forensik.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Dengan hadirnya CFD (Class for Future Doctor) 2025, diharapkan mahasiswa dan mahasiswi kedokteran bisa mendapat wawasan yang lebih mendalam dan mampu memahami peran dokter dalam penegakan hukum dan membantu dalam menegakkan keadilan, serta memiliki kompetensi dalam menyusun visum et repertum yang akurat dan sesuai standar.
Translate in English
The Faculty of Medicine, Universitas Syiah Kuala (FK USK), is one of the leading faculties at Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Act as a medical education institution, FK USK also has various student organizations that support academic and professional development, one of which is CIMSA: Center for Indonesian Medical Students’ Activities. CIMSA is nationalist, independent, non-political, inclusive, and non-partisan organization that provides a platform for Indonesian medical student to make a significant impact on national health through data-driven and community-based activities. The organization has six standing committees, including SCOME (Standing Committee on Medical Education).
In order to commemorate National Education Day, SCOME, one of the standing
committees at CIMSA, held Class for Future Doctor (CFD). CFD took place with two main agendas, namely training on March 2, 2025 and a one-day project on March 15, 2025. With thetheme "Unraveling the Secrets of Forensic Medicine", CFD was held to improve the knowledge and skills of medical students regarding forensic science, especially in the visum et repertum skills needed during the preclinical and clinical periods.
Visum et repertum is an official document made by a doctor based on the results of a
medical examination of a crime victim, which serves as evidence in the legal trial process. The development of technology in the industrial era 4.0 and 5.0 has also brought changes in forensic science, such as the use of Artificial Intelligence (AI) in forensic analysis and digital forensics in investigating criminal cases. Therefore, medical students need to understand the latest developments in forensic science in order to adapt to future challenges.
One day project was held in the Hall of Building D FK USK and attended by 37 participants from medical students who received teachings from a forensic doctor who is very experienced in his field, Prof. Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F(K)., Dipl.BE. Apart from gaining knowledge from a forensic doctor, CFD also attended a speaker from Bareskrimum (Badan Reserse Kriminal Umum) Banda Aceh Regional Police, AKBP Benny Bathara, S.I.K., M.I.K., which aimed to present two different points of view from each profession and the role of doctors and police in creating visum.
After the presentation of the material from each speaker, the participants will then enter a simulation session on compiling a visum et repertum to gain direct experience in integrating forensic science with clinical and legal skills. This simulation not only helps improve students' competency in technical aspects, but also hones analytical and decision-making skills in forensic medical cases.
With the presence of CFD (Class for Future Doctor) 2025, it is hoped that medical students can gain deeper insight and be able to understand the role of doctors in law enforcement and assist in upholding justice, as well as have the competence to prepare accurate and standardized visum et repertum.
Penulis: Dio Nugraha (Project Officer)