-->


Hujan Membawa Berkah Bukan Musibah

13 Februari, 2025, 08.16 WIB Last Updated 2025-02-13T02:21:59Z
HUJAN DERAS yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Timur (Kaltim) dalam beberapa hari terakhir menyebabkan banjir di beberapa daerah. Dari pantauan TribunKaltim.co, sejumlah wilayah di Kaltim yang dilaporkan banjir pada hari Minggu (26/1/2025) adalah Samarinda, Kukar dan Kutim.

Di Samarinda, ibu kota Provinsi Kaltim, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak pagi hari Minggu (26/1/2025) membuat sejumlah titik mulai terendam air. Memasuki hari ketiga, banjir di Kota Samarinda masih belum sepenuhnya surut. Hingga Kamis (30/1/2025) pagi, tercatat lebih dari 13.000 warga terdampak dan sekolah diliburkan. 

Suwarso, Kepala Pelaksana BPBD Samarinda mengatakan, banjir meluas ke tujuh kecamatan dan sembilan kelurahan. Sebelumnya, banjir hanya terjadi di lima kecamatan. Total 108 RT terdampak, dengan 4.118 kepala keluarga dan 13.354 jiwa yang harus menghadapi dampak banjir ini. Selain itu, aktivitas pendidikan juga turut terganggu. Sejumlah sekolah, mulai dari TK hingga SMP diliburkan sementara atau dengan menerapkan pembelajaran daring agar siswa tetap bisa mengikuti pelajaran dari rumah.

Sementara itu, di Kutim, dua desa di Kecamatan Sangatta Selatan yakni Desa Masabang dan Desa Pinang Raya dilaporkan banjir curah hujan tinggi, sejak Sabtu (25/1/2025). 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kutim, M. Naim mengatakan, ketinggian air di Desa Masabang mencapai kurang lebih 50 cm dengan jumlah warga terdampak adalah 350 KK, sementara di Desa Pinang Raya tinggi air mencapai kurang lebih 45 cm dengan jumlah warga terdampak adalah 20 KK. Bahkan, Siti Maimunah salah satu warga di Desa Masabang, Sangatta Selatan terpaksa tidur di perahu yang terletak di teras rumahnya. (kaltim.tribunnews.com)

Akibat Tangan Manusia 
Hujan merupakan berkah yang membawa banyak manfaat. Siklus hujan atau siklus hidrologi berperan penting dalam kelangsungan makhluk hidup karena menjaga ketersediaan air, menjaga cuaca, menjaga keseimbangan ekosistem dan Membantu kelangsungan hidup hutan.

Tidak ada yang salah dengan hujan ketika siklus ini terjadi, hanya saja serapan air tidak ada akibat pengupasan lahan. Artinya ada yang salah dengan tata kelola lahan dan kepemilikan sumber daya alam.

Sebuah kajian yang dimuat dalam Global Change Biology dan Nature, menunjukkan bukti adanya hubungan antara risiko banjir dengan hilangnya tutupan hutan alam. Penurunan tutupan hutan alam sebanyak 10% dapat meningkatkan frekuensi banjir hingga 28%. Data Auriga Nusantara pada Januari 2021 menyebutkan, penyebab bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di Indonesia diduga kuat karena terjadinya deforestasi masif di daerah tersebut. Kesimpulan ini berdasarkan data terjadinya penggundulan hutan seluas 879.783 ha di 14 provinsi yang mengalami banjir.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Bisa di simpulkan banjir yang melanda beberapa provinsi termasuk Kalimantan Timur, bukan hanya akibat guyuran hujan yang deras dan berintensitas tinggi. Tapi karena adanya deforestasi penggundulan dan alih fungsi hutan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, pengembangan sektor tambang, aktivitas penambangan batu bara.

Penggundulan hutan yang terjadi selama ini telah menyebabkan bencana banjir berulang pada musim penghujan, kekeringan pada musim kemarau karena daya serap air sedikit, tanah longsor, matinya sumber air, hilangnya kesuburan tanah, serta punahnya flora dan fauna.

Keserakahan manusia dalam mengeksploitasi SDA tanpa perduli pada dampaknya merupakan buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme liberalis. Sistem ini memberikan keleluasan dan kewenangan kepada para kapital untuk memprivatisasi, mengelola dan mengeksploitasi SDA demi keuntungan pribadi pemilik modal. Sistem ini hanya peduli pada manfaat dan ekonomi semata meskipun harus mengorbankan lingkungan dan manusia.

Sistem Yang Membawa Berkah

Hujan adalah rahmat. Allah Taala berfirman, “Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan.”(QS Al-A’raf [7]: 57).

Dengan adanya bencana banjir yang selalu berulang, saatnya ber muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam. Sebab terbukti ketika aturan di serahkan kepada manusia hanya menghasilkan kerusakan sebab bersumber dari akal yang di dominasi nafsu dan keserakahan.

Allah SWT berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (TQS. Ar-rum: 41)

Islam tidak anti terhadap pembangunan. Banyaknya pembangunan di dalam sejarah peradaban Islam justru telah terbukti riil berfungsi untuk urusan umat. Bangunan-bangunan peninggalan peradaban Islam itu bahkan masih banyak yang berfungsi baik hingga era modern ini, padahal usianya sudah ratusan tahun.

Berbeda dengan kapitalisme, pembangunan dalam kepemimpinan Islam dilakukakan tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Karena Negara berperan sebagai raa'in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung) sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Wallahu a'lam bish-shawab

Penulis: Guspiyanti (Aktivis Muslimah domisili di Balikpapan) 
Komentar

Tampilkan

Terkini