LINTAS ATJEH | JAKARTA - Kementerian Agama (Kemang) menyatakan bahwa hilal ditemukan di Provinsi Aceh, tetapi sebagian wilayah Indonesia tidak memungkinkan untuk menyaksikan hilal. Nasaruddin mengatakan, pengumuman hasil sidang isbat mundur dari jadwal semula pada pukul 19.00 WIB karena mereka menunggu hasil pemantauan dari wilayah paling barat Indonesia di Provinsi Aceh.
"Sesuai dengan kondisi objektif hilal pada malam ini dari Indonesia bagian Timur, Tengah, sampai Barat itu tidak dimungkinkan menyaksikan hilal. Maka itu kita terpaksa menunggu wilayah Barat di Aceh, karena itu yang paling memungkinkan," ucap Nasaruddin dalam jumpa pers, Jumat (28/2/2024) malam.
Dengan demikian, keputusan pemerintah terkait awal Ramadhan tahun ini sama dengan keputusan Muhammadiyah yang juga menetapkan pada 1 Maret 2025.
"Ditemukan hilal di Provinsi Aceh, sudah juga disumpah hakim. Dengan demikian maka pada malam ini diputuskan 1 Ramadhan ditetapkan besok, InsyaAllah," lanjut Nasaruddin.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Diketahui, Muhammadiyah dan pemerintah menggunakan metode berbeda dalam menentukan masuknya bulan Ramadhan. Muhammadiyah menggunakan metode hisab, yaitu menentukan Ramadhan berdasarkan perhitungan matematis dan astronomis. Hisab dapat diartikan dengan penghitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Ada beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia. Metode hisab juga ada yang menggunakan metode kontemporer. Caranya, yakni menggunakan rumus-rumus yang ada pada kitab tersebut, seperti bagaimana cara untuk menghitung awal bulan dengan data astronomis yang ada.
Sementara itu, pemerintah menggunakan metode rukyat, yakni aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah. Umumnya, metode rukyat digunakan guna menentukan awal bulan Zulhijah, Ramadhan, dan Syawal.[Kompas.com]