KONDISI di Gaza semakin memprihatinkan setelah serangan baru Israel menewaskan sedikitnya 82 orang dalam beberapa jam terakhir. Sumber medis melaporkan bahwa angka korban terus meningkat, meskipun sebelumnya pada Rabu 15 Januari 2025 malam, Hamas dan Israel mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Dilansir Al Jazeera, serangan udara Israel pada malam Rabu menargetkan sebuah rumah di dekat Gedung Serikat Insinyur di Kota Gaza, utara Jalur Gaza, yang menewaskan 18 orang. Selain itu, Pertahanan Sipil Palestina melaporkan bahwa mereka telah menemukan 12 jenazah dari lingkungan Sheikh Radwan. Di Gaza tengah, lima orang juga dilaporkan tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang menghantam sekelompok orang di daerah Karaj, kamp Bureij (VIVA.co.id 16 Januari 2025).
Gencatan senjata bukan karena tekanan Trump kepada Netanyahu namun karena Zionis tidak sanggup mematahkan rakyat Gaza dan keteguhan rakyat Gaza. Lihatlah meski mereka menderita kelaparan, di bunuh, banyak pemimpin pejuang syahid, mereka tetap teguh dan mereka tetap mempertahankan tanahnya, dan itu telak telah menggentarkan Zionis.
Gencatan senjata tak akan mengubah apapun. Apa yang dilakukan oleh Zionis pasca beberapa jam gencatan senjata dengan membunuh rakyat Palestina menunjukkan bahwa telah nyata terjadi genosida dan penjajahan. PBB masih diam membisu, malah sejak awal, memberikan solusi dua negara yang tercantum dalam resolusi PBB No. 181 (II) Tahun 1947. Padahal sejatinya tanah Palestina adalah milik kaum muslimin, dan reolusi itu sejatinya merupakan bentuk restu/dukungan penjajahan entitas Yahudi terhadap penjajahan di Palestina.
Dan Nabi Muhammad SAW sudah menerangkan bahwa Palestina adalah bumi Allah yang diberkahi, menjadi saksi perjalanan Isro' dan Mi'roj Rasulullah Saw, dan menjadi kiblat pertama bagi kaum muslimin. Maka adalah kewajiban kita sebagai hamba Allah, umat Rasulullah Muhammad SAW, untuk menyerahkan harta, jiwa bahkan nyawa kita, untuk menjaga Palestina dan mengusir penjajah entitas yahudi itu. Dan satu-satunya jalan adalah berjihad dan bersatunya kita kaum muslimin, di bawah satu komando kepemimpinan islam yang biasa dikenal dengan khalifah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Yang dimaksud dengan al-imâm adalah khalifah. Para ulama’ menjadikan tiga lafadz: Imâm, Khalîfah dan Amîru al-Mu’minîn sebagai sinonim, dengan konotasi yang sama.
Menjadi Junnah (perisai) bagi umat Islam, khususnya, dan rakyat umumnya, meniscayakan Imâm harus kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi juga pada institusi negaranya. Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi dan negaranya sama, yaitu akidah Islam.
Umat islam harus menyakini kemenangan adalah milik umat Islam dan pujian hanya milik Allah. Kemenangan akan datang atas pertolongan Allah. Oleh karena itu jalan perjuangan wajib sesuai tuntunan Allah, tidak menyerahkan urusan pada musuh-musuh Allah. Dan umat harus terus berjuang untuk mewujudkan solusi hakiki ini, yakni dengan terus melakukan dakwah pemikiran, agar pemikiran yang rusak itu, akan tergantikan dengan pemikiran-pemikiran islam yang suci, dan bergabung bersama kelompok dakwah ideologis yang memperjuangkan ajaran-ajaran dan hukum-hukum islam, sebagaimana firman Allah "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104)
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110).
Wallahu'alam bisshowwab
Penulis: Lisa Oka Rina (Pemerhati Kebijakan Publik)