Acara juga dihadiri Sultan dari Malaysia, Datuk Haji Mohd Nazri bin lsmail DPSM (Melaka), CCA (M) Malaysia dan rombongan serta Sultan Teuku Saifullah Alaiddin Riayat Syah, Yang Di Pertuan Agung Kesultanan Aceh Darussalam dan rombongan.
Mengawali acara ini, Abu Muda Syukri Waly berkesempatan membacakan makalah Kitab Insan Kamil yakni kitab tasawwuf/keshufian.
Dijelaskannya, ilmu-ilmu tasawwuf/keshufian terdapat tiga tingkatan. Tingkat pertama seperti Muraqi 'Ubudiiyah dan Minhajul 'Abidin. Tingkat kedua, seperti Ihya' 'Ulumuddin dan Al Hikam Ibnu 'Athaillah dan tingkat ketiga seperti Al Insanul Kamil dan Futuhatul Makkiyyah.
"Keterangan ini bisa kita lihat di dalam kitab Sirus Salikin, dimana Syekh Abdus Shamad Al Falembani menyatakan pendapatnya bahwa kedudukan kitab Al Insanul Kamil. Mengapa sebagian mencemooh Syekh Abdus Shamad Al Falembani? Padahal kitab ini dipelajari ulama-ulama Aceh dan luar Aceh," ungkapnya.
"Tasawwuf tingkat pertama, untuk memperbagus ibadah kita dan dapat beribadah sesuai tuntunan syarat dan rukun yang benar. Tasawwuf tingkat kedua, agar di dalam beribadah hudzur hati, ikhlas karena Allah, tidak ada 'ujub dan riya'. Tasawwuf tingkat ketiga, untuk menghilangkan annaniyah wujud diri, membangsakan wujud kepada kita, yang wujud perbuatan, sifat, af'al dan dzat hanya Allah semata, kita fana dengan wujudNya, kita baqa denganNya, hidup kita dengan hidup Allah," terangnya.
Dalam mempelajari kitab tersebut, lanjut Abu Muda Syukri Waly, perbuatan kita yang dimaksud oleh Abdul Karim Al Jilili dalam menafsirkan surat Al Ikhlas:
"Katakan olehmu hai Muhammad, dianya kamu/insan itu Allah." Tidak ada wujud pada insan/Muhammad yang ada wujud hanya Allah. Maka kita tidak merasa bangga akan diri kita sendiri, karena yang ada hanya Allah. Jika ada kita merasa lebih dari orang lain, maka itulah tanda kita orang jahil, miskin ilmu, tidak tahu diri. Dengan demikian kita menjadi hina dan tidak ada yang memandang kita. Tidak ada kehormatan dan kasih sayang dari Allah, baik mereka orang alim dan punya jabatan.
Makanya insan yang dapat memahami dan mengamalkan yang demikian itu dikatakan insan kamil/insan yang sempurna imannya, maka insan ini yang dapat membawa risalah Muhammad/Rasul di permukaan bumi, dia dihormati dan disayangi oleh Allah dan makhluk-makhlukNya.
"Apakah anda siap dibenci oleh Allah dan Rasul dan ummat Islam di mana-mana? Maka anda menjelek-jelekkan Abdul Karim Al Jilili dengan kitabnya Al Insanul Kamil," demikian tutur Abu Muda Syukri Waly.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan pemberian gelar berdasarkan No. 02/A/YDPA-AD/I/2025 oleh Yang Di Pertuan Agung, Sultan Teuku Saifullah Alaiddin Riayat Syah kepada Yang Mulia Datuk Hj. Mohd Nazri Ismail D.P.S.M (Melaka), CCA (M) sebagai Sri Setia Melayu Raya.
Kemudian juga dilakukan pengukuhan Abuya Syeikh Haji Amran Wali Al Khalidi sebagai Qadhi Mufti Malikul Adil berdasarkan surat noor. 01/A/YDPA-AD/I/2025 oleh Yang Di Pertuan Agung, Sultan Teuku Saifullah Alaiddin Riayat Syah.[FA/Red]