LINTAS ATJEH | ACEH BARAT - Tak terasa, tragedi bencana maha besar, gempa dan tsunami Aceh sudah berusia 20 tahun lamanya.
Setiap tahun, masyarakat Aceh selalu memperingatinya dengan menggelar doa bersama dan mengunjungi kuburan massal korban tsunami.
Selain itu, kegiatan simulasi untuk menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami pun digelar. Suara sirine dan menuju ke tempat tinggi pun dipraktekkan, bila suatu saat kejadian serupa terjadi.
Selain masyarakat luas, Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Aceh, Muktarruddin Usman juga ikut mengenang dan menggelar doa bersama di komplek makam Po Teumeureuhom Sultan Daya, Lam No, Aceh Jaya, 26 Desember 2024.
Doa bersama tersebut selain mengenang 20 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, juga untuk meminta kepada Allah SWT supaya diberi keselamatan dunia akhirat dan ampunan bagi seluruh korban gempa tsunami. Dari data yang dilansir, bencana tersebut menelan korban jiwa ratusan ribu orang.
Seperti diketahui, komplek makam Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya berada di puncak bukit pesisir Lam No. Untuk menuju komplek tersebut, para penziarah harus menempuh dengan cara menapaki satu persatu anak tangga dari 99 anak tangga yang dibangun secara permanen dan dilengkap pegangan tangan dari besi.
Komplek makam tersebut tak tersentuh ombak tsunami. Sedangkan perkampungan yang berada di bibir pantai habis disapu gelombang. Kini, bekas perkampungan tersebut sudah berubah jadi laut.
"Dulu pemukiman, setelah tsunami lebih 2 kilometer pemukiman berubah jadi lautan," kisah salah satu penjaga makam.
Sebagaimana diketahui, dahulu kala di hulu Sungai Daya ada sebuah dusun bernama Lhan Na yang sekarang disebut Lam No yang didiami oleh orang-orang liar yang belum beragama. Kemudian penghuni di hulu Sungai Daya itu bercampur dengan orang-orang yang baru datang ke situ dan karena percampuran itu peradabannya bertambah maju. Setelah orang-orang dari Aceh Besar dan Pasai yang beragama Islam datang ke Daya, maka mulailah orang-orang di pesisir negeri Daya menganut agama Islam sampai akhirnya semua orang Lhan beragama Islam.
Sampai saat ini baru diketahui seorang sultan yang memerintah Negeri Daya, yaitu Sultan ‘Alauddin Ri’ayat Syah bin Raja (Yambah?) Bad Syah bin ‘Abdullah Al-Malikil Mubin yang wafat pada hari Jum’at, 7 Rajab 913 H/12 November 1507 M.[*/Red]