-->

Cucu Sultan Aceh: Haul Sultan Iskandar Muda ke-388 Tahun, Mengembalikan Kejayaan Adat Istiadat Aceh Darussalam

28 Desember, 2024, 10.36 WIB Last Updated 2024-12-28T03:37:14Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Cucu Sultan Aceh Darussalam Cut Putri yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh mengatakan, bahwa Peringatan 388 Tahun Haul Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat, adalah titik balik peradaban Aceh.

Sultan Iskandar Muda, bergelar Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam, adalah Sultan terbesar di Kerajaan Aceh Darussalam, lahir tahun 1590 M, dan wafat pada tanggal 27 Desember 1636 M. 

"Tanggal 27 Desember 2024 tepat 388 tahun Haul Sultan Iskandar Muda, yang bertepatan satu hari setelah peringatan Tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam", kata Cut Putri, Cucu Sultan Aceh yang juga dikenal sebagai perekam Tsunami Aceh tahun 2004.

Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) adalah Sultan besar Aceh yang kisahnya telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu pahlawan besar dunia, bersama Laksamana Malahayati (1550-1615 M) Laksamana Wanita Pertama di dunia.

Sultan Iskandar Muda, bergelar Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam, adalah Sultan terbesar di Kerajaan Aceh Darussalam.  

Kisah hidup Sultan Iskandar Muda dibukukan dengan baik dalam naskah Kitab Hikayat Asal Usul Raja Aceh  yang sudah di akui UNESCO, yang memuat kisah Sultan Iskandar Muda sejak dari lahir  hingga dewasa. 
Sedangkan kitab kedua yang menceritakan kisah hidup Sultan Iskandar Muda dan ekspedisi perangnya yang luar biasa adalah Kitab Bustanussalatin, karangan Syeikh Nuruddin Bin Ali Bin Hasanji Ar Raniri.

Hikayat Aceh menceritakan bahwa ketika Sultan Iskandar Muda lahir terjadi fenomena alam, yaitu terlihat kilat dan suara guruh bersahut-sahutan. Terjadi juga gempa bumi, hujan rintik-rintik dan angin topan. 

Kala itu seorang hakim bernama Mahmud datang kepada Sultan Sayyid Al Mukammil (1589-1604 M) kakek Sultan Iskandar Muda. Hakim Mahmud mengatakan bahwa Cucu Sultan akan menjadi raja besar kelak. Sultan Sayyidil Al Mukammil amat senang dan memberikan banyak hadiah kepada Hakim Mahmud. 

Hikayat Aceh mendeskripsikan, bahwasannya Sultan Iskandar Muda sejak lahir memiliki kelebihan yang luar biasa. Hikayat yang telah diakui UNESCO sebagai Memory of the World ini lengkap menjelaskan tentang kisah masa kecil Sultan besar Aceh ini.

Dikisahkan bahwa ketika usia 3 tahun Sultan Iskandar Muda dinamakan Raja Zainal dan Raja Silan.  Kemudian oleh Sultan Sayyidil Al Mukammil diganti menjadi Abangta Raja Munawar Syah untuk mengenang Sultan Lamuri yang terkenal yaitu Sultan Munawar Syah Lamuri.

Pada saat Sultan Iskandar Muda berumur 4 tahun dibuatlah 2 biri-biri emas dan satu ekor gajah emas, yaitu semacam boneka untuk permainan Sultan Iskandar Muda. 

Di usia 5 tahun Sultan Iskandar sudah suka bermain dengan anak gajah bersama teman-teman sepermainannya.

Pada umur 6 tahun Sultan Iskandar Muda sudah belajar mengendalikan gajah, yang membuat orang banyak heran dengan kemampuan Sultan Iskandar Muda yang hebat. 

Kemudian pada umur 7 tahun Sultan Iskandar Muda belajar menangkap gajah, sehingga terkenal memiliki kemampuan untuk menundukkan gajah. 

Pada umur 8 tahun Sultan Iskandar Muda dengan teman-temannya bermain perang-perangan dan taktik perang di sungai Aceh, yang dimenangkan telak oleh Sultan Iskandar Muda. 

Pada umur 9 tahun Sultan Iskandar Muda dengan teman-temannya bermain perang-perangan dengan membuat Kuta atau benteng. Sultan Iskandar Muda juga membawa gajah perang dalam perang-perangan Ini, Sultan Iskandar Muda pun menang telak. 

Pada umur 10 tahun Sultan Iskandar Muda mengalahkan utusan Portugis dalam perlombaan kuda dengan menggunakan Kuda Tizi Istanbul, yaitu kuda hadiah dari Khalifah Turki Utsmani.

Pada umur 11 tahun Sultan  Iskandar Muda berjumpa dengan seorang Wali Allah, Syeikh Al Malikul Amin yang berjalan di sungai tanpa basah sama sekali. 

Pada umur 12 tahun Sultan Iskandar Muda mengalahkan seekor kerbau yang kebal senjata dengan tombak Harongan Darat dan Mandara.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Saat Sultan Iskandar Muda naik tahta pada tahun 1607 M, di fase itu kekuatan Portugis di wilayah Asia Tenggara sangat kuat. Akhirnya Sultan Iskandar memobilisasi kekuatan Kesultanan Aceh sehingga Aceh menjadi kesultanan yang sangat kuat. 

Demi membebaskan dunia muslim dari tangan penjajah, maka pada tahun 1612 M Sultan Iskandar Muda menyerang Portugis di Deli, sehingga Portugis kalah. Kemudian Sultan Iskandar Muda juga menyerang Portugis di Johor pada 1613 M. 

Lalu terjadi pertempuran dahsyat di Baning tahun 1615 M. Pimpinan Portugis adalah Miranda dan Mendoga. Sedangkan pihak Aceh adalah Laksamana Malem Dagang dan Laksamana Malahayati. 

Dalam perang ini Portugis kalah telak. Seperti kata Syeikh Nuruddin dalam Bustanussalatin: "Terlalu amat banyak Feringgi (Portugis) mati terbunuh dan tertawan tatkala perang di Baning".

Pada Tahun 1618 M Sultan menyerang Portugis di Pahang, kemudian menyerang Portugis di Kedah 1619 M. Sultan juga menyerang basis Portugis di Nias tahun 1624 M.  

Pada Tahun 1629 M Sultan Iskandar Muda menghancurkan kekuatan Armada Portugis di Malaka, dalam perang Itu banyak petinggi Portugis tewas dan harus berlindung di benteng. 

Kemudian di tahun 1635 M Sultan Iskandar Muda kembali menyerang Portugis di Pahang, karena Portugis mencoba menguasai Pahang. Portugis pun kalah telak. 

Pada tahun 1636 M tidak ada satu kekuatanpun yang berani melawan Sultan Iskandar Muda. 
Dalam Bustanussalatin Syeikh Nuruddin Ar Raniri menggambarkan kehebatan Sultan Iskandar Muda:

"Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat ialah yang Johan Pahlawan lagi perkasa dan bijaksana pada segala barang perkataannya, pada segala kelakuannya, dan terlalu elok sikapnya. Ialah yang termasyur namanya pada segala negeri. Dan beberapa negeri yang besar ditaklukkannya, dan dialah yang berbuat mesjid Raya Baiturrahman dan beberapa mesjid pada tiap manzil. Ialah yang mengeraskan agama islam dan menyuruh segala rakyat sembahyang lima waktu dan puasa ramadhan dan puasa sunnah, dan menegahkan (melarang) sekalian mereka itu minum arak dan berjudi, dan dialah yang membaiatkan Baitul Mal dan Ushur Negeri Aceh Darussalam dan Chukai Pekan. Dan ialah yang sangat murah kurnianya akan segala rakyatnya, dan mengarunia sedekah akan segala fakir dan miskin pada tiap-tiap berangkat sembahyang Jum'at".

Ini sama dengan perkataan Sultan Rum/ Sultan Turki Utsmani Sultan Ahmet 1 kepada Sultan Iskandar Muda, yang mengatakan: 

"Pada zaman dahulu ada dua Raja Besar dunia, yaitu Raja Iskandar Zulkarnain di barat dan Nabi Sulaiman di timur. Maka pada zaman kita Sultan Ahmet(Raja Rum) di Barat dan Sultan Iskandar Muda (Raja Aceh) di Timur".

Ketika Sultan Iskandar Muda wafat, wilayah Aceh membentang menguasai seluruh wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu. Selat Malaka juga dikuasai oleh Aceh. Rakyat Aceh pun hidup aman sejahtera, karena Sultan melaksanakan hukum dengan adil, sembari bertahta megah di Istana Darud Donya Aceh.

Pemimpin Darud Donya Aceh Cut Putri berharap agar kisah keteladanan Sultan Iskandar Muda hendaknya terus dimanifestasikan dalam pembangunan Aceh masa kini, agar pembangunan juga dapat berjalan bersamaan dengan pembangunan kebudayaan, sejarah dan adat istiadat Aceh. 

Oleh karena itu, Darud Donya mengajak seluruh Rakyat dan Bangsa Aceh untuk terus mempertahankan adat dan budaya Aceh. Juga mempertahankan sejarah dan situs sejarah Aceh, sebagai bukti koneksi antara masa lalu dengan masa kini, dan masa depan.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini