LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Aceh Besar dan Banda Aceh pada era kesultanan adalah kawasan kosmopolit sebuah peradaban besar yang didatangi bangsa-bangsa di dunia. Sultan Aceh pada abad 16 sampai abad 20 M adalah Sultan Besar yang memerintah Kerajaan dan memajukan perdagangan antar bangsa-bangsa.
Sultan juga dibantu oleh pembesar yang dikenal sebagai Wazir Atau Perdana Menteri sebanyak 4 orang di Aceh lebih dikenal sebagai Hulubalang Empat. Selain itu Sultan juga di bantu oleh Para Fakih dan untuk hubungan perdagangan Kesultanan Aceh memiliki balai Furdhah atau balai perdagangan. Salah satu di balai Furdhah adalah Seri Purba Ratna.
Setelah ada informasi tentang makam Seri Ratna Purba Penghulu Balai Furudhah. Maka Tim bergerak dari Aceh Banda Aceh menuju Ulee Tuy di darul Imarah. Tim bergerak ke arah lampeuneureut setelah di simpang lampeuneureut berbelok ke arah kanan. Tim berjalan terus sampai bertemu simpang 4 lampu merah setelah itu tim berjalan beberapa puluh meter ada jalan ke kiri tim langsung mengikuti petunjuk arah jalan. Setelah berjalan cukup jauh sampai ke kawasan Gampong Ulee Tuy tim masuk ke sana. Di kawasan Ulee Tuy terdapat beberapa kompleks Makam Besar kalau tidak salah adalah Makam Seri Maharaja Setia kemudian tim berjalan terus.
Dikawasan persawahan terdapat sebuah area pemakaman era kerajaan. Menurut informasi disanalah terdapat makam Seri Purba Ratna. Tim kemudian menuju lokasi yang terdapat ditengah sawah berziarah ke makam pembesar era kesultanan Aceh Darussalam.
Gelar Ratna berhubungan dengan permata. Dalam bahasa Melayu lama gelar Ratna Artinya Khidmat Nasihat sedangkan Bahasa Sansekerta gelar Ratna berhubungan dengan permata. Makanya Sultan Aceh dikenal dengan pemilik permata sembilan jenis atau Nava Ratna. permata bukan hanya simbol kekayaan namun simbol kejayaan dan keagungan para Raja Aceh. Seri Purba Ratna Juga berperan penting memeriksa Hadiah permata yang diberikan kepada Sultan Aceh. Para penjelajah asing dan pedagang asing sangat mengenal kesukaan Sultan Aceh akan permata dan kesukaan raja Aceh menghias senjata dan balai dengan permata yang mengagumkan para penjelajah asing.
Kata Purba banyak digunakan pada zaman dahulu pada era kesultanan Aceh Darussalam. Ada beberapa nama yang menggunakan gelar Purba seperti dalam kitab Mabain wassalatin atau lebih dikenal sebagai kitab adat Aceh.
Pejabat kesultanan menggunakan gelar Purba seperti Maharaja Purba kemudian juga Gelar Fakih Raja Indra Purba Penasehat Sultan Aceh Darussalam kemudian Orang Kaya Maharaja Purba kemudian ada juga pejabat Bergelar Seri Udahna Purba dan Seri Purba Khan.
.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Dalam adat Aceh dan Qanun di Meulek tertulis peran Seri Purba Khan di dalam balai Furudhah.
Berikut isi kitab Mabain wassalatin atau adat Aceh tentang Balai Furdhah juga tersebut penghulu Furdhah Seri Ratna Purba:
"Maka tersebutlah perkataan jamaah yang di balai furdah
mengambil pada kapal datang kepada Raja Aceh Darussalam;
pertama-tama Orang Kaya Seri Maharaja Lela panglima bandar
dan penghulu kawal. Tatkala panglima bandar duduk di atas
balai furdah, maka Penghulu Kerukun Raja Setia Muda dan Syah
bandar Muktabar Khan akan dia itu anak-anakan Gujarat bernama
Nakhoda Muktabar Khan.
Maka karunia berjabatan pada zaman
Paduka Seri Sultan Tajul Alam Safiatuddin serta marub dengan
jabatan penghulu kawal, dan Syahbandar Saiful Muluk lapiknya
dacing seperti bawab panglima juga pada sekalian yang bertimbang, dan Syahbandar Seri Rama Setia lapiknya jung dan nazir an dalai dua orang dan Syahbandar Mu'izzul Muluk lapiknya
kuda pada seekor empat emas dan nazir dan dalal tiga orang dan
Penghulu Kerukun Muda Seri Perba Khan dan Megat Dilam Jadi
dan penghulu pepintakan yang di bawah itu Nazir Mujahid Khan
dan Nazir Majlis Khan dan Nazirmaharaja Indera Dewa dan Nazir
Seri Maharaja Purba dan Nazir Seri Muda Setia dan Nazir dalal
Tun Ratna Diraja dan Nazir dalal Mahsurah Diraja dan Kerukun
Katibul Muluk Seri Indera Suara dan Kerukun Seri Indera Muda
yang di balai besar dan Kerukun empat yang di balai furdah dan
bujang tujuh dengan gantinya dan wakil furdah dan bujang ber-gelar Sri Tenta, penghulu kunci yang bergelar Seri Muda Perba dan
penghulu dacing dan penghulu furdah bergelar Seri Ratna Purba.
dan bendahara dua dan tandil kawal dan penghulu kelasi yang
bergelar Sab Khan dan tandil dacing dan tandil kelasi dan penghulu cap dan pepintakan dan bujang Dalam dua orang dan sagi
bandar dan sagi kawal dua orang dan Tun Kota Setia dan tandil
ngikut dan tandil barut dan mitar dagang laskar raja dan tandil
kuala. Itulah orang mengambil adat pada Bandar Darussalam yang
di balai furdah seperti naskah dahulu kala. Tammat kalam".
Demikian penjelasan Mabain wassalatin tentang tokoh yang terdapat dalam Balai Furudhah kesultanan Aceh Darussalam salah satunya Seri Ratna Purba. Dan balai Furudhah berperan penting menjaga sistem perdagangan kesultanan Aceh Darussalam sehingga Aceh mengalami masa kejayaan perdagangan sehingga Aceh terkenal di seluruh dunia.[*/Red]