“Kami ingin memastikan bahwa setiap warga Aceh, baik di kota maupun pelosok desa terpencil berhak mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan yang layak,” kata Hendra Budian, Juru Bicara (Jubir) Paslon Bustami-Fadhil, Senin (18/11/2024).
Hendra menjelaskan, saat ini Aceh masih menghadapi kesenjangan besar dalam layanan pendidikan dan kesehatan, terutama di daerah terpencil. Di tengah tantangan akses dan kualitas layanan publik yang belum merata. Maka oleh karena itu, Bustami-Fadhil tampil dengan visi yang menjanjikan perbaikan nyata.
Tidak hanya itu, lanjutnya. Langkah konkret yang ditawarkan Bustami-Fadhil dengan melibatkan peningkatan fasilitas, kerja sama dengan pemerintah pusat demi menciptakan layanan yang merata dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam pandangan Paslon Bustami-Fadhil, kata Hendra. Persoalan pendidikan dan kesehatan di Aceh tidak sekadar soal angka, partisipasi sekolah atau jumlah fasilitas kesehatan, melainkan mencerminkan akses yang belum setara bagi masyarakat di seluruh pelosok Aceh.
Karena kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah, terutama di daerah terpencil, menjadi faktor besar yang menghambat pemerataan pendidikan dan kesehatan.
“Menurut kami, anak-anak di desa masih harus bekerja demi menopang ekonomi keluarga, sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya mendapatkan pendidikan yang layak,” ungkap Hendra.
Di sektor pendidikan, sambung Hendra calon gubernur Bustami-Fadhil berencana meluncurkan program untuk memfasilitasi pembangunan infrastruktur sekolah dan pengiriman tenaga pengajar berpengalaman ke pelosok. “Visi kami adalah agar setiap anak Aceh mendapatkan akses pendidikan yang sama tanpa terbatas oleh jarak geografis atau kondisi ekonomi,” sebutnya.
Program unggulan yang akan dijalankan, lanjut Hendra, termasuk penyediaan sarana belajar yang memadai, akses teknologi pendidikan, serta pelatihan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran di daerah terpencil. “Mereka ingin menciptakan pendidikan inklusif dan berkualitas yang akan mengangkat generasi muda Aceh dari ketertinggalan,” tambahnya.
Di sisi lain, kata Hendra, di sektor kesehatan juga mendapat perhatian serius dalam visi Bustami-Fadhil. Aceh masih memiliki tingkat kesenjangan kesehatan yang tinggi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di wilayah terpencil, masyarakat kerap kali sulit menjangkau fasilitas kesehatan dasar, bahkan untuk pelayanan puskesmas atau klinik sederhana.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Menanggapi kondisi tersebut, Bustami-Fadhil berjanji akan membangun lebih banyak pusat kesehatan di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Mereka juga merencanakan program pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal, dengan melibatkan pemerintah pusat untuk mendatangkan tenaga medis terampil ke Aceh.
“Harapan kami adalah memastikan bahwa warga di pedalaman yang ada di Aceh bisa mendapatkan layanan kesehatan layak, serta mengurangi angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi,” tegas Hendra.
Menurutnya, salah satu kunci untuk menyukseskan visi Bustami-Fadhil adalah membangun hubungan harmonis dengan pemerintah pusat. Sinergi ini diperlukan agar Aceh dapat memperoleh dukungan yang lebih besar dalam anggaran dan kebijakan untuk memperbaiki layanan publik.
“Bustami sangat memahami pentingnya sinergi dengan pusat. Sebagai mantan birokrat yang berpengalaman, ia tahu betul jalur yang harus ditempuh untuk memastikan dukungan pusat agar kebutuhan rakyat Aceh terpenuhi,” tambah Hendra.
Dengan adanya hubungan yang baik, sambungnya, antara pemerintah daerah dan pusat, segala program pembangunan di Aceh akan berjalan lancar tanpa hambatan birokrasi.
"Dengan berbekal pengalaman dan rekam jejaknya dalam pengelolaan keuangan daerah. Bustami berkomitmen, untuk memastikan bahwa setiap anggaran yang dikucurkan digunakan sesuai kebutuhan masyarakat, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan," ungkap Hendra.
Ia juga menegaskan, tidak hanya fokus pada kebijakan dari atas ke bawah, Bustami-Fadhil juga berkomitmen untuk melibatkan masyarakat lokal dalam menjaga keberlanjutan program yang dicanangkan. “Salah satu kunci keberhasilan adalah melibatkan masyarakat lokal, terutama dalam hal pemeliharaan fasilitas pendidikan dan kesehatan,” terang Hendra.
Dengan memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif, tambah Hendra, pasangan ini berharap agar masyarakat merasa memiliki dan turut menjaga keberlanjutan layanan publik di daerah mereka. Melalui visi ini, Bustami-Fadhil berharap masyarakat Aceh dapat melihat bahwa perubahan nyata untuk memperbaiki layanan pendidikan dan kesehatan bukanlah sekadar wacana.
Kata Hendra, mereka bertekad agar ke depan, tidak ada lagi anak Aceh yang harus berhenti sekolah karena jarak, atau warga desa yang kehilangan nyawa karena tak terjangkau fasilitas kesehatan.
“Kami menginginkan Aceh memiliki layanan pendidikan dan kesehatan yang merata, agar setiap warga Aceh, tanpa terkecuali, bisa merasakan manfaat pembangunan,” tutur Hendra, menggarisbawahi misi Bustami-Fadhil untuk membangun Aceh yang lebih sejahtera dan setara.[Ak/*/Red]