-->

FPMA Harap Masyarakat Aceh Pilih Calon Pemimpin Aceh yang Punya Nilai Tawar Nasional

29 Juli, 2024, 09.49 WIB Last Updated 2024-07-29T02:51:23Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Forum Mahasiswa Pemuda Aceh (FMPA), fahmi Nuzula berharap masyarakat Aceh agar lebih sadar akan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik dalam menjadikan motivasi dalam memilih pemimpin Aceh kedepan.

"Harus kita pahami bersama bahwa Aceh sangat membutuhkan sosok pemimpin yang mampu membawa Aceh keluar dari ketertinggalan, mampu membuat Aceh berdaya saing yang kuat, mampu membawa warna demokrasi yang lebih bermartabat serta mampu mengangkat nilai tawar Aceh di tingkat nasional," ungkap Fahmi Nuzula kepada media ini, Senin (29/07/2024).

Aceh pasca damai, lanjut dia, sudah cukup banyak mengalami tragedi politik yang memilukan mulai dari saling klaim pengkhianat di antara elit politik. Sehingga menjadi energi buruk terhadap persatuan hingga  hanya karena ingin tercapainya hasrat politik, sehingga banyak korban yang dijadikan alasan mereka harus dimenangkan.

"Saya tidak mau menyebutkan secara spesifik pihak mana yang paling ideal memimpin Aceh kedepan tapi serangkaian tragedi politik yang pernah bangsa Aceh lewati seyogyanya bisa menjadi bahan renungan yang paling berharga demi tercapainya Aceh yang maju di tangan pemimpin yang ideal dan mampu mempersatukan umat dalam berbagai perbedaan," tegasnya. 

Masih kata dia, hari ini bukan lagi rahasia umum bahwa para petinggi mulai saling klaim mereka yang paling layak sehingga hasutan pengkhianat kembali digaungkan oleh mereka yang haus akan kedudukan.

"Hai bangsa Aceh sedikitlah merenung sambil mengingat kembali sejarah politik dan berfikir dengan sebenar-benarnya. Ingat politik bukan hanya soal siapa menang dan siapa kalah tapi politik adalah instrumen paling berharga untuk bangkitnya sebuah daerah dari keterpurukan. Maka pergunakanlah hak politik kearah yang lebih rasional," harapnya. 

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Dijelaskannya juga,  ada beberapa tokoh yang mulai bermunculan dan di akar-akar pendukung juga sudah mulai bermunculan. "Praktekkanlah politik yang baik, tawarkan program yang paling masuk akal dan tidak perlu saling menjatuhkan satu sama lain," pesannya. 

Fahmi Nuzula pun mengingatkan pada seluruh masyarakat Aceh  jangan jadikan politik sebagai sarana untuk memperkaya diri dan kelompok,

"Kita akui ataupun tidak, Aceh seperti sebuah kapal yang kehilangan arah serta para kru dan penumpang sudah saling menyalahkan. Haruskah kita tenggelam bersama kapal atau harus mencari alternatif mencari jalan  pulang supaya Aceh tidak terombang ambing di tengah laut yang luas," bebernya. 

Fahmi menegaskan, kata pengkhianat sungguh tidak relevan untuk digaungkan karena hampir dua dekade Aceh damai dan hampir semua kalangan telah menjadi pihak yang punya andil besar di pemerintahan baik dari kalangan Mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hingga dari kalangan sipil.

"Justru harus kita pertanyakan apa yang telah mereka perbuat untuk mencapai kesepakatan politik antara republik Indonesia dan GAM yang telah menjadi butir kesepakatan damai 2005 silam," sebutnya. 

Maka, sambung Fahmi, cukuplah jangan membuat isu macam-macam demi memperkuat pengaruh masing-masing sehingga menjadi sebab kemunduran cara berpolitiknya masyarakat Aceh.

"Sekarang kita fokus untuk membawa Aceh ke arah lebih baik. Semua warga negara punya hak politik yang sama di mata negara," tutup Fahmi Nuzula.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini