Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan Visi Indonesia Maju 2045. Pada HUT Indonesia ke-100 tersebut, Indonesia diharapkan menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. Presiden Jokowi menargetkan Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat atau kelima di dunia pada 2045.
Pada saat yang sama, pemuda diharapkan berperan aktif dalam mewujudkan Indonesia Maju 2045. Terkait hal ini, Staf Khusus Menpora Bidang Komunikasi dan Hubungan Internasional Alia Noorayu Laksono menyatakan, “Sebagai pemimpin masa depan, pemuda adalah kekuatan yang tak tergantikan dalam mewujudkan visi besar ini. Indonesia Maju 2045 adalah visi kita bersama untuk menciptakan negara yang lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing di tingkat global.” (Kemenpora, 4-19-2023).
Harapan besar yang diletakan dipundak pemuda, haruslah kita ukur. Sudah kah para pemuda di negeri ini dipersiapkan dan diarahkan Menjadi pemegang estafet kepemimpinan?. Ironisnya, sistem pendidikan saat ini tidak diarahkan untuk menjadikan mereka para ahli di bidangnya. Mereka justru dicetak menjadi tenaga terampil yang akan mengisi industri, sedangkan industri tersebut dikuasai kaum kapitalis bail lokal maupun asing, yang mendapatkan banyak privilese dari pemerintah untuk menguasai ekonomi.
Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) juga telah mengerdilkan para lulusan kampus yang seharusnya menjadi SDM berkualitas tinggi menjadi sekadar pengisi dunia kerja. Hal ini membentuk mindset para siswa dan mahasiswa bahwa tujuan sekolah adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak ada tujuan luhur untuk mencerdaskan bangsa sehingga terlepas dari penjajahan.
Para siswa dan mahasiswa pun tumbuh menjadi orang-orang yang hidupnya berorientasi materi. Sulitnya mencari pekerjaan di dalam kapitalisme juga menjadikan mereka sosok yang egois dan individualis, hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli pada kondisi masyarakat.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Liberalisasi ekonomi dengan pembukaan impor seluas-luasnya oleh negara juga telah menciptakan arus barang yang sangat deras masuk ke Indonesia. Setiap harinya, para pemuda dijejali dengan tawaran produk yang silih berganti hingga mengaburkan antara kebutuhan dan keinginan. Para pemuda menjadi konsumtif sehingga berapa pun uang yang mereka punya tidak akan cukup untuk membiayai gaya hidupnya.
Jalan instan untuk membeli gaya hidup pun akhirnya banyak ditempuh, misalnya melalui pinjol ataupun paylater, Prostitusi juga menjadi pilihan mereka yang ingin bergaya hidup tinggi. Tidak sedikit perempuan muda terjerumus dalam prostitusi online demi bisa membeli gaya hidup semata.
Di sisi lain, para remaja yang tidak mampu memenuhi gaya hidup, terkucilkan dalam pergaulan dan mengalami perundungan. Akibatnya, mereka merasa tertekan, bahkan berani melakukan self harm (menyakiti diri sendiri). Menyayat pergelangan tangannya, misalnya, atau bahkan sampai bunuh diri seperti yang marak akhir-akhir ini.
Akhirnya visi negara ini sudah salah, arah pembangunannya apalagi. Dampaknya, pendidikan terhadap para pemuda juga ikut salah. Sudahlah secara kecerdasan mereka rendah (berdasarkan standar indeks PISA yang rendah), kepribadian mereka juga kacau, jauh dari definisi orang bertakwa. Tujuan pendidikan untuk mencetak insan cerdas bertakwa pun makin jauh dari capaian.
Kondisi buruk ini harus disadari oleh para pemuda. Sebagaimana dulu para pemuda Makkah menyadari kerusakan sistem jahiliah yang diterapkan kafir Quraisy kala itu. Era sekarang, para pemuda juga harus sadar bahwa negara ini tidak sedang menuju kemajuan, melainkan menuju jurang kerusakan. Para pemuda tidak sedang dididik untuk menjadi insan cerdas bertakwa, melainkan dirusak agar terjauhkan dari kebangkitan.
Oleh sebab itu, para pemuda butuh adanya perubahan dari kondisi rusak yang ada menuju kebangkitan yang hakiki hingga terwujud kemuliaan umat. Kebangkitan hakiki itu hanya terwujud dengan ideologi Islam yang merupakan satu-satunya ideologi yang bersumber dari wahyu Sang Khalik.
Untuk bisa melakukan perubahan menuju Islam, langkah pertama yang hendaknya dilakukan para pemuda adalah menginstal ideologi Islam pada dirinya dengan terlibat secara aktif dalam pembinaan Islam. Bukan sekadar ilmu pengetahuan saja. Mereka terikat dengan syariat Islam hingga bisa menilai baik dan buruk berdasarkan ajaran Islam. persis sebagaimana halakah yang Rasulullah saw. adakan bersama para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam.
Di dalam halakah, para pemuda akan mendalami akidah Islam sehingga terbentuk keimanan yang kukuh. Di dalam halakah pula, para pemuda belajar syariat Islam sehingga menjadi pribadi yang bertakwa dan sekaligus mengajak pada ketakwaan. Para pemuda juga akan dibina menjadi sosok berkepribadian Islam.
Hasilnya, para pemuda akan memiliki kesadaran untuk berdakwah bersama jemaah untuk mewujudkan perubahan menuju terwujudnya kehidupan Islam, yaitu penerapan Islam secara menyeluruh. Dengan adanya para pemuda dalam barisan dakwah, sebagaimana dahulu para sahabat yang mayoritas pemuda ikut aktif berdakwah bersama Rasulullah saw. kebangkitan Islam akan segera terwujud dan umat Islam akan menjadi umat terbaik.
Wallahualam Bishowab.
Penulis : Alin Lizia Anggraeni,SE (Muslimah Peduli Generasi)