Ketua Grup SILA, Muammar Al Farisi
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Dalam sejarah, kawasan Aceh adalah kawasan penting rempah-rempah dunia sejak 3500 tahun sebelum masehi. Banyak penjelajah asing datang ke kawasan Aceh mencari rempah dan kapur barus.
Salah satu komoditi utama adalah lada aceh yang terkenal di seluruh dunia. Pada zaman dahulu Aceh dikenal dengan harga lada yang tinggi, lada aceh sangat disukai oleh pedagang. Pada zaman dahulu lada Aceh sering menjadi alat tukar barang dengan kapal yang datang. Bahkan lada Aceh ditukar dengan emas berlian.
"Pada tahun 1511 M Portugis datang ke tanah Melayu dan merebut Malaka untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Sultan Aceh yang berkuasa saat itu Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530 M) melawan Imperialisme Portugis di Malaka. Sejak itu dengan perdagangan lada dan lain-lain. Aceh menjadi salah satu kerajaan kuat dan mencari senjata melawan Portugis di Malaka " kata Muammar Al Farisi Ketua Grup SILA.
"Pada zaman Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar (1539-1572 M) Sultan aceh mengirimkan utusan ke Turki Utsmani atau Negeri Rum. Utusan dipimpin oleh Panglima Nyak Dum untuk mencari bantuan melawan Portugis di Malaka. Ketika utusan tiba di Istanbul, saat itu Sultan Sulaiman Al Qanuni sudah wafat (1520-1566 M). Akhirnya Utusan terpaksa menunggu hampir dua tahun lamanya barulah diterima Sultan Selim II (1566-1574 M). Saat itu utusan aceh hanya memiliki secupak lada untuk persembahan kepada Sultan Turki. Sultan Turki amat senang dengan utusan Aceh dan menghadiahkan sebuah meriam besar namanya Lada Sicupak, jelas Muammar Al Farisi.
Kisah ini tercatat dalam hikayat aceh :
Deungoe long kisah Panglima Nyak Dum
U Nanggroe Rum Keudeh Geubungka
Meriam Lada Sicupak Keuno Neupeuwoe
Neupajaroe Bak Po Meukuta
(Dengarlah Kisah Panglima Nyak Dum
Ke Negeri Rum berkelana
Meriam Lada Sicupak dibawa pulang
diserahkan kepada sang raja)
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Setelah itu Sultan Turki Utsmani mengirimkan 400 ahli pandai besi dan ulama besar dan jendral perang ke Aceh. Kemudian 400 Perwira membuka Ma'had Askery Baital Maqdis tempat pelatihan militer kesultanan di Bitai.
Dari Ma'had Askery Baital Maqdis lahirlah tokoh Laksamana Wanita, Laksamana Malahayati, Laksamana Wanita pertama di dunia dan juga Sultan terbesar di Aceh Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Darmawangsa Tun Pangkat (1607-1636 M). Dengan adanya banyak ahli dan kemampuan belajar teknologi zaman itu Aceh menjadi imperium 5 kerajaan besar dunia.
Salah satu teknologi aceh yang terkenal adalah Kapal Cakra Donya. Yang sanggup menampung 5000 tentara tempur dan memiliki keindahan yang luar biasa. Banyak meriam dan dihias sangat indah lengkap dengan emas berlian seperti tertulis dalam hikayat
Geuboh tihang meuseusanjak
Ladom pirak ladom suasa
Taloe teumirang pirak seutanggi
Meuhambi meuh permata
Dengan semangat PKA 8 maka dapat dibangkitkan kembali kejayaan rempah di Aceh terutama lada Aceh, lawang, pala dan lain-lain. Dengan langkah strategis maka perlu pembangunan meluas kawasan perkebunan ditanami lada dan lain-lain. Sedangkan kawasan tambang dan lain-lain yang merusak lingkungan diganti dengan penghijauan pohon lada dan rempah lainnya. Dengan aktifnya masyarakat menanam lada dan harga lada dunia stabil maka Aceh akan bangkit kembali.
"Pada masa Sultan Mansur Syah (1857-1870 M) Aceh adalah pengekspor setengah lada dunia. Maka perlu dilakukan kembali penanaman lada meluas sehingga ekonomi Aceh kuat. Ketika Aceh kaya dan kuat Aceh pernah membantu kesultanan di di kawasan Asia Tenggara. Kelak juga diharapkan dapat membantu negara Palestina serta negara islam lainnya yang tertindas. Rempahkan Bumi Aceh Pulihkan Dunia Kembalikan Kejayaan Imperium Aceh 5 Besar Dunia" tutup Muammar Al Farisi.[*/Red]