-->

Nasib Rakyat di Tahun Politik

01 Oktober, 2023, 13.05 WIB Last Updated 2023-10-01T06:06:22Z

Ilustrasi: Politik

LINTAS ATJEH.COM - Dimanakah rakyat ketika para politisi sibuk bermanuver dan “mentransaksikan” kepentingan?

Rakyat tetap beraktivitas seperti biasa. Tapi, bagi para politisi, untuk sementara, rakyat (seperti) dilupakan.

“Biar kami urus kepentingan kami dulu. Setelah tahun politik, baru kami mengurus rakyat lagi,” seolah tergambar sikap seperti itu dari keriuhan jagad politik kita sekarang.

“Tahun politik” sesungguhnya lebih merujuk kepada hiruk pikuk para politisi. Menjajakan dan menawarkan kepentingan kemana-mana. Sibuk sekali. Nomor satu, menjaga kepentingan masing-masing, ideologi nomor sekian.

Bagi rakyat, tahun politik dan tahun non-politik, sebenarnya sama saja. Bagi rakyat, justru tahun ekonomi (yang sulit) akan lebih diingat dan dirasakan langsung, dibanding kagaduhan di tahun politik.

Itulah kenapa civil society perlu terus mengingatkan para petinggi dan pejabat untuk tetap memperhatikan rakyat. Jangan di bibir saja. Jangan hanya slogan demi meraih simpati.

Rakyat bukan hanya bumper untuk menutupi hasrat dan kepentingan pribadi atau kelompok. Rakyat harus tetap menjadi fokus sepanjang hari, minggu, bulan dan tahun. Tak boleh istirahat.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Itulah esensi pengabdian kepada rakyat. Harus seratus persen. Dibagi 50:50 pun jangan. Misalnya, memperhatikan rakyat, iya; korupsi Kalau belum bisa membahagiakan rakyat, setidaknya jangan menyakitinya. Jangan membohonginya. Jangan melupakannya.

Karena sesungguhnya, bukan rakyat atau uang rakyat yang menghidupi dan membahagiakan para pejabat publik, tapi pejabat publiklah yang seharusnya membahagiakan rakyat.

Jangan sampai, terlalu asyik bermanuver sampai melupakan rakyat, misalnya melupakan harga-harga yang belum terkendali.

Harga telur misalnya, belum sepenuhnya bisa dikontrol. Harga bawang merah dan bawang putih, juga melonjak. Korupsi dan penegakan hukum yang adil, sama saja: butuh perjuangan ekstra keras.

Pengangguran, juga masih tinggi. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang. Yang terbanyak, pengangguran usia muda.

Tingkat kemiskinan, juga mengkhawatirkan. BPS mencatat, jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang.

Ini hanya sebagian persoalan yang dihadapi rakyat. Mestinya, ada manuver-manuver luar biasa yang konsisten dan berkesinambungan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ini.

Itulah sesungguhnya inti memperhatikan dan mengabdi untuk rakyat. Bukan sekadar polesan pupur dan gincu murahan yang cepat memudar. Kembalilah kepada rakyat, pemilik kedaulatan sejati.[rm.id] 


Komentar

Tampilkan

Terkini