BONTANG sebagai salah satu kota terkaya di Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Banyak investor besar dari dalam dan luar negeri yang membangun perusahaan di Bontang seperti Badak NGL (perusahaan tambang gas alam), Indominco Mandiri (perusahaan tambang batu bara), dan perusahaan Pupuk Kaltim.
Bontang juga merupakan kota maritim karena 70 ℅ wilayah kota Bontang terdiri dari wilayah laut dan sisanya daratan. Kota ini memiliki sumber daya alam kelautan di antaranya rumput laut, hutan mangrove dan wisata pantai seperti Pulau Beras Basah.
Pejabat (Pj) Gubernur Kaltim Dr Akmal Malik mengunjungi Wisata Pantai Beras Basah di Kota Bontang, Kamis (12/10/2023). Akmal mengaku kagum dan menilai Pantai Beras Basah sangat indah dan bersih. Selanjutnya agar pengelolaan objek wisata ini agar bisa terus maju maka semua pihak saling berkolaborasi. Akmal berpesan Bontang harus terus menggali potensi yang bisa diandalkan selain pantai atau laut. Karena tidak lama lagi kurang lebih 1,8 juta orang akan hadir ke Kaltim, disebabkan kehadiran IKN. (kaltimprov go.id)
Dampak Negatif Pariwisata
Pemerintah berupaya meningkatkan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan utama APBN selain pajak. Potensi alam dimanfaatkan sebagai objek wisata yang dapat mendatangkan wisatawan asing maupun lokal karena mereka adalah sumber devisa.
Pendapatan yang diperoleh dari sektor pariwisata tidak sebanding dengan potensi sumber daya alam dan energi (SDAE) yang dimiliki kota Bontang. Apalagi Bontang merupakan kota industri yang menghasilkan devisa besar bagi negara.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Realitasnya pariwisata secara umum justru menjadi wahana melegalkan liberalisasi ekonomi, sosial dan budaya. Pariwisata bisa berdampak negatif bagi masyarakat yakni invasi pemikiran dan budaya yang dibawa para turis asing utamanya masyarakat yang hidup di sekitar objek wisata. Apalagi jika pariwisata dikelola pemilik modal besar atau asing lalu dikomersialkan maka untuk menikmati keindahan alam rakyat harus membayar.
Pariwisata Dalam Islam
Semua itu sangat berbeda dengan sistem ekonomi Islam. Pemimpin berperan penting mengelola ekonomi negara berdasarkan pembagian jenis kepemilikan, yakni individu, umum, dan negara. SDAE sebagai kepemilikan umum tidak boleh diprivatisasi oleh asing aseng maupun swasta.
Sektor pariwisata bukanlah sumber devisa, negara Islam memiliki sumber pemasukan yang berasal dari harta ganimah, fai, kharaj, jizyah, usyur, hasil tambang, dan lainnya. Negara mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Ini berarti negara lebih memprioritaskan segala kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan, tidak terkecuali kenyamanan bagi warga negaranya.
keindahan alam yang Allah Taala berikan seperti pantai, pegunungan, air terjun, serta peninggalan bangunan bersejarah Islam bisa menjadi objek wisata sebagai sarana dakwah dan di’ayah (propaganda). Tujuannya menanamkan pemahaman Islam, menunjukkan kehebatan Islam, dan mempertebal keyakinan atas keagungan Islam kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut.
Bagi wisatawan muslim, objek wisata ini akan memperkukuh keyakinan mereka kepada Allah, Islam, dan peradabannya. Sementara itu, bagi wisatawan nonmuslim objek wisata tersebut bisa sebagai sarana menanamkan keyakinan mereka akan Maha Besarnya Allah serta menunjukkan kemuliaan dan keagungan Islam serta peradabannya.
Wallahu'alam bishawab
Penulis: Leha (Pemerhati Sosial)