-->

Bela Palestina Pentingnya Khilafah

19 Oktober, 2023, 13.38 WIB Last Updated 2023-10-19T06:38:39Z
PERANG Hamas-Israel tidak menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti dalam waktu dekat. Beberapa negara mulai mengatur rencana untuk mengevakuasi warganya. Baik dari Jalur Gaza maupun dari wilayah Israel. Saat ini mayoritas maskapai telah menghentikan penerbangan keluar-masuk Israel.

Situasi bakal kian mengenaskan jika generator di rumah sakit yang berada di Gaza mati. Padahal, saat ini ribuan pasien terus berdatangan tanpa henti akibat bombardir Israel. Hingga kemarin 1.055 warga Palestina dipastikan tewas dan 5.184 lainnya luka-luka. PBB menyatakan, lebih dari 180 ribu warga Gaza telah kehilangan rumahnya akibat serangan Israel.

Di pihak Israel, 1.200 orang tewas dan 2.800 orang lainnya luka-luka. Israel saat ini bersiap untuk melakukan serangan darat guna memastikan kekuatan militer Hamas lumpuh sepenuhnya. Sekitar 300 ribu pasukan pertahanan Israel (IDF) sudah berada di wilayah perbatasan Gaza.

PM Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa saat ini Israel sedang membentuk pemerintahan darurat dan kabinet manajemen perang. Pemerintah tidak akan mengesahkan undang-undang atau membuat keputusan apapun yang tidak menyangkut jalannya perang. (sha/JPG/rom/k8)

Israel Penjajah

Media dan negara-negara Barat mengecam serangan Hamas ke Israel. Bahkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negaranya “sedang berperang” melawan militan Hamas yang menguasai jalur Gaza. 

Faktanya, serangan Palestina ke Israel adalah bentuk balasan atas pendudukan Israel yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Inilah bentuk hipokrit Barat. Satu sisi mengecam segala bentuk penjajahan dan penindasan, di sisi lain membiarkan Palestina terjajah melalui legitimasi PBB yang mengakui Israel sebagai “Negara Yahudi” di atas tanah Palestina.

Ada tiga alasan Israel layak disebut penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslim.

Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang didapatkan kaum muslim dengan jiwa dan darah mereka. Syam–termasuk Palestina–pertama kali dibebaskan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab. Pada 637, pasukan jihad kaum muslim yang dikomandoi Khalid bin Walid membebaskan Palestina dan menjadikannya bagian dari wilayah Daulah Khilafah dengan pusat pemerintahannya kala itu berada di Madinah. Jadi, secara mutlak, Palestina adalah tanah yang sepenuhnya milik kaum muslim.

Kedua, Israel itu ibarat tamu tidak diundang dan hidup menumpang. Setelah diberi tumpangan, mereka menjadi serakah dan ngelunjak dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah. Dengan kata lain, Israel adalah benalu dan pengganggu bagi kaum muslim di Palestina. Terhadap pengganggu dan tamu yang serakah, sudah sewajarnya Palestina mempertahankan hak tanah mereka yang ingin dirampas dengan cara berjihad melawan pendudukan Israel.

Keserakahan entitas Yahudi Israel bermula dari seorang tokoh Zionis Theodor Herzl yang pada 1896 menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Utsmani. Ia meminta kepada Sultan untuk mendirikan gedung di Al-Quds. Namun, permohonan tersebut ditolak dengan tegas. Tidak berhenti di situ, pada 1902, Theodor Herzl menemui kembali sang Khalifah dengan mengiming-imingi pelunasan utang Khilafah Utsmani. Sultan Abdul Hamid II kembali menolaknya dengan tegas seraya berkata, “Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiah.”

Ketiga, Palestina adalah milik kaum muslim di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di tanah yang diberkahi itu, terdapat kiblat pertama kaum muslim, makam para sahabat dan syuhada, dan singgahan atau tempat tinggal para nabi. Tidak heran jika Palestina disebut sebagai bumi para nabi. 

Tidak layak bagi kaum muslim meminta pertolongan negara Barat dan sekutunya, apalagi PBB. Umat Islam harus paham bahwa berdirinya negara Zionis di atas tanah Palestina tersebab resolusi PBB yang memaksa Palestina membagi wilayahnya dengan Israel. Jadi, meminta bantuan kepada PBB sama halnya bunuh diri politik.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Bagaimana mungkin kaum muslim meminta bantuan dan pertolongan terhadap perserikatan negara-negara yang menyetujui pendirian negara Israel? Hal ini juga merupakan kesia-siaan karena pada dasarnya Barat dan sekutunya tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslim. 

Barat selalu menampakkan standar ganda. Tidak ada satu pun negara Barat yang berani menyebut Israel sebagai negara teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional. Yang bisa dilakukan hanya mengecam dan mengutuk saja, padahal kita semua tahu, menghadapi bangsa bebal zionis tidak cukup dengan bahasa diplomasi atau basa-basi kecaman. Mereka hanya bisa ditundukkan dan ditaklukkan dengan bahasa perang.

Khilafah, Solusi Tunggal

Menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kejahatan kemanusiaan adalah hal mustahil. Dukungan AS dan Barat adalah alasan terkuat penyebab hal itu tidak mungkin terwujud. “Two-state solution” dan diplomasi sudah pasti bukan solusi hakiki. Membagi dua tanah untuk Palestina dan Israel adalah bentuk pengkhianatan. 

Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan darah dan air mata kaum muslim. Selamanya akan menjadi milik kaum muslim. Sementara itu, Israel hanyalah entitas parasit yang menumpang hidup di Palestina. Keberadaannya sebagai negara dipaksakan oleh Barat. Menghadapi Israel bukanlah dengan diplomasi atau duduk manis berdiskusi. Israel hanya bisa dibasmi dengan memeranginya.

Masalah Palestina adalah masalah kaum muslim. Tidak boleh ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, apalagi kepada perampok dan penjajah seperti Israel. Oleh karena itu, sikap seharusnya terhadap Israel yang telah merampas tanah Palestina adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir! 

Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah [9]: 14).

Walhasil, harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Khilafah Islamiah. Dengan Khilafah, sekat bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan mewujud, akidah Islam menjadi fondasi kekuatan Islam. 

Khalifah juga akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam. Hanya jihad dan Khilafah solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah. 

Mau berapa bukti lagi bahwa tanpa Khilafah, umat tertindas dan bercerai-berai? Hanya Khilafah rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindungan. Dengan Khilafah, kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslim bisa terjaga. Semoga Allah segerakan untuk kita.

Sementara itu jihad hanya akan bisa dilakukan oleh negara. Ketika negara mengadopsi syariat islam sebagai hukum negaranya, dan khilafah adalah bagian dari ajaran islam. Dan khilafah adalah sistem islam juga sebuah negara yang akan melakukan jihad ketika ada belahan kaum muslim ditindas dan diperangi haknya oleh kafir.

Jihad bukan sebuah kampanye atau ajakan dari penulis, tetapi jihad adalah bagian dari ajaran islam, dan jihad bisa dilakukan oleh sistem khilafah yang menerapkan hukum-hukum Allah dimuka bumi. Jihad bukan hanya dalam hal peperangan tapi jihad juga bagian dari dakwah islam. Ketika ada seruan jihad dari sebuah negara khilafah maka penulis siap untuk berjihad membantu Palestina, karena Palestina adalah saudara seaqidah, tapi apakah negara saat ini bisa melakukan jihad kesana? 

Kemudian, jihad dalam bentuk perang maka hanya negara yang menerapkan dan melakukan. Adapun tindakan nyata yang bisa dilakukan penulis adalah berdakwah menyampaikan ajaran islam, bahwa khilafah bagian dari ajaran islam, wajib menerapkan syariatNya karena itu perintah Allah. Penulis hanya bisa melakukan dakwah menyuarakan di media sosial dan juga dakwah secara face to face. 

Wallahu alam bisshowwab

Penulis: Saridah (Aktivis Muslimah)
Komentar

Tampilkan

Terkini