-->

Kala kesetaraan Dianggap Solusi

01 September, 2023, 10.46 WIB Last Updated 2023-09-01T03:46:16Z
WAKIL KETUA Tim Penggerak PKK Kalimantan Timur yakni Hj. Erni Makmur yang juga merupakan istri dari Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi memperoleh apresiasi sebagai salah satu tokoh perempuan yang berpengaruh dalam kategori influential in famale leadership. Penghargaan tersebut diterima Hj. Erni di acara yang bertajuk sama yang diselenggarakan di Hotel Arya Duta senin 28 Agustus 2023.

Influence in famale leadership merujuk pada cara pandang pemimpin perempuan dalam mempengaruhi dan membawa perubahan dalam aspek kepemimpinan dan masyarakat. Pengaruhnya pun berdampak dalam mempromosikan kesetaraan gender dan menciptakan peluang atau kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk sukses dalam berbagai bidang.

Menurut R.A. Syahid Latif selaku Pimpinan redaksi Dream.co.id yang merupakan penggagas dan penyelenggaraan event ini mengatakan tema dari event tersebut adalah perempuan berpengaruh dan juga dalam rangka memperingati Internasional Women's Equality Day di bulan Agustus ini. (Diskominfo.kaltimptov.go.id 24/8/2023).

Hari perempuan internasional sendiri merupakan perayaan untuk mengapresiasi prestasi yang diraih oleh perempuan dalam bidang sosial, ekonomi,  budaya dan politik. Selain itu pada Internasional Women's Day, melansir dari situs IWD juga menandakan ajakan untuk bertindak atas percepatan kesetaraan gender. 

Fokus utama dari perayaan ini diantaranya, merayakan prestasi yang diraih perempuan, meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan terhadap perempuan, sebagai wadah untuk mempercepat kesetaraan gender, dan menggalang dana untuk badan alam yang berfokus pada perempuan.

Pergerakan untuk menuntut kesetaraan, mengutip dari www.interantionalwomen'sday.com. dilatarbelakangi dari penindasan dan ketidaksetaraan terhadap perempuan. Puncaknya pada tahun 1906 sebanyak 15.000 perempuan menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah yang lebih baik, dan hak memilih, dengan berbaris di Kota New York. Dan pada tahun 1909 sesuai dengan deklarasi dari Partai Sosial Amerika, tanggal 28 Februari diperingati sebagai hari Perempuan Nasional yang diperingati di seluruh Amerika Serikat.  Dan selanjutnya pada 1913-1914  atas keterlibatan perempuan pada perang dunia 1 maka dicetuslah peringatan secara internasional  pertama kali oleh Clara Zetkin, seorang pemimpin dari kantor perempuan untuk Partai Sosial Demokrat Jerman. Dia mengagas hari Perempuan Internasional yang dirayakan secara global di seluruh negara di dunia setiap tanggal 8 Maret. (Kontan.co.id 8/3/2023).

Hal tersebut pula yang kemudian melatari hari kesetaraan gender atau Women's Equality Day yang diperingati setiap 26 Agustus. Melansir laman Nasional Women's History Alliace. Hari kesetaraan perempuan itu diinisiasi oleh Bella Abzug pada 1971. Akhirnya pada 1973 Kongres AS menetapkan 26 Agustus sah sebagai "Hari Kesetaraan Perempuan."  Tanggal tersebut dipilih untuk memperingati pengesahan Amandemen ke 19 Konstitusi AS pada 1920. Ketika itu Konstitusi AS secara resmi memberikan perempuan hak untuk memilih.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Hari kesetaraan perempuan yang telah berjalan hingga kini tidak hanya memperingati berlakunya Amandemen ke 19. Namun peringatan ini juga merupakan kampanye terhadap berbagai upaya berkelanjutan pada perempuan menuju kesetaraan penuh. Setiap tahunnya hari kesetaraan perempuan memiliki tema yang berbeda-beda. Melansir dari wtsinternasional.org, tema Hari Kesetaraan Perempuan tahun 2023 ini adalah #EmbarceEquity atau merangkul Kesetaraan. Adanya tema ini sebagai bentuk prioritas terhadap masalah kesetaraan dan memberikan akses kepada wanita untuk bebas melakukan apapun. (Kanalkalimantan.com 26/8/2023).

Namum sayang peringatan dan penetapan hari kesetaraan perempuan tidaklah menyurutkan permasalahan perempuan diberbagai belahan dunia justru permasalahan perempuan semakin menumpuk dan kompleks saja. Mulai dari pelecehan serta kekerasan seksual, kemiskinan, eksploitasi hingga tindak penganiayaan terhadap perempuan justru semakin marak melanda perempuan. Mengapa  demikian?  Padahal hadirnya gagasan ini untuk melepaskan perempuan dari penindasan dan ketidaksetaraan menuju kebebasan untuk mendapatkan hak yang sama baik secara hukum, sosial, budaya, politik dan ekonomi.

Melihat konsep dan pergerakan yang di usung dari kesetaraan perempuan ini sangatlah lekat dengan ide kebebasan/liberalisasi perempuan. Ide yang lahir dari sistem sekularisme yakni sistem yang menjauhkan aturan Allah dalam kehidupan dan menempatkan manusia sebagai pengatur kehidupan itu sendiri. 

Ide ini merusak fitrah perempuan yang sejatinya adalah istri dan ibu di rumahtangganya. Ide ini juga menggeser fitrah perempuan yang sejatinya membutuhkan kepemimpinan laki-laki karena karir dan exis secara finansial, enggan menikah namun seks bebas, umbar aurat,  pergaulan tanpa batas LGBT dan narkoba justru lekat mengiringi perilaku ide kebebasan ini.

Bak senjata makan tuan demikian ide kesetaraan yang diperjuangkan oleh kaum feminis ini justru merusak dan menjerumuskan perempuan itu sendiri dalam pusaran  persoalan yang tiada henti. Jelaslah bahwa ide feminisme ini tidak mampu mengentaskan permasalahan perempuan itu sendiri.

Mirisnya ide ini justru diadopsi oleh negeri-negeri kaum muslim tak terkecuali Indonesia. Dengan dalih bahwa syariat Islam mengekang perempuan, masuklah ide ini kepemahaman kaum muslim. Padahal ini cara barat menjauhkan kaum muslim dari agamanya sekaligus sebagai bentuk penjajahan agar hegemoni barat di negeri-negeri kaum muslim tetap terjaga.

Maka sudah seharusnya kaum muslim kembali kepada aturan agamanya yakni syariat Islam karena dengan Islam justru perempuan akan termuliakan dan terjaga kehormatannya. Perempuan dalam Islam wajib menutup auratnya, tidak boleh pacaran apalagi gaul bebas, boleh bekerja karena profesionalitasnya untuk kemanfaatan ilmunya bagi umat bukan tuntutan nafkah apalagi existensi. Saat safar wajib ditemani mahramnya. Semua ini bentuk penjagaan bukan pengekangan seperti yang dituduhan barat.

Perempuan dalam Islam dimulliakan di rumah-rumahnya sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-ahzab ayat 33 yang artinya, "Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian Dan janganlah kalian berhias dan bertingkat laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu. Dan dirikanlah sholat, tumaikan zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersinya'.

Perempuan akan mulai dan sejahtera dengan syariat Islam, tentu syariat yang terterapkan menyeluruh dalam institusi bernegara. Karena sejatinya kompeksnya permalasahan kehidupan bukan hanya melanda  perempuan tapi juga laki-laki dan seluruh umat manusia. Maka dibutuhkan support sistem yang berlandaskan Islam dalam penyelesaiannya. Wallahu a'lam bishowab.

Penulis: Mira Ummu Tegar (Aktivis Muslimah Balikpapan)
Komentar

Tampilkan

Terkini