IDUL ADHA sudah di depan mata, kaum muslim sedunia telah berkumpul di Mekah untuk menjalankan puncak haji, yakni wukuf di Padang Arafah. Adapun yang tidak menjalankan ibadah haji maka disunahkan untuk berpuasa di hari wukufnya jamaah haji di Mekah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim).
Namun sayangnya Idul Adha kali ini kembali menuai perbedaan dalam pelaksanaannya. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah Indonesia dalam hal ini kementerian Agama telah menetapkan Idul Adha jatuh pada Kamis 29 Juni 2023 sementara kerajaan Arab Saudi juga sudah menetapkan Idul Adha jatuh pada Rabu 28 Juni 2023.
Perbedaan tersebut bukan kali ini saja terjadi, baik Idul Fitri ataupun Idul Adha belakangan ini kaum muslim sering kali dilanda perselisihan penetapan dan penentuan hari raya tersebut. Terlepas dari masing-masing memiliki hujjah dan dalilnya namun hal ini jelas telah memecah belah kaum muslim bahkan tidak jarang kemudian memicu permusuhan. Padahal sejatinya kaum muslim adalah bersaudara, ikatan persaudaraannya bahkan diumpamakan bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasa sakit maka anggota tubuh yang lainnya pun merasakan hal yang sama.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 107 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikan antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kami mendapat rahmat".
Sejatinya jika kita mau menyadari momen Idul Adha dan ibadah haji merupakan momen persatuan umat muslim. Di mana Mekah di Padang Arafah, Mina dan Musdalifah, juga di depan Ka'bah, antara Shafa dan Marwah, jutaan kaum muslim berkumpul, mereka dari berbagai negeri dengan ragam suku bangsa, warna kulit dan bahasa, menyatu mempersembahkan ketaatan total kepada Allah Swt. Begitupun halnya di belahan bumi lain kaum muslim bersatu merayakan Idul Adha dan pemotongan hewan kurban hingga hari tasyrik usai.
Betapa indahnya persatuan karena ikatan akidah ini dan dimomen ini pula Baginda Rasulullah Saw berhasil mendakwahkan Islam kepada suku Aus dan Khajrat yang saat itu datang berhaji ke Mekah hingga pertolongan Allah datang di Madinah. Di mana kaum Anshar rela menyerahkan kekuasaannya kepada Nabi Saw sehingga tegaklah Islam di Madinah yang dipimpin langsung oleh Baginda Rasulullah Saw.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Di samping itu dahsyatnya potensi kekuatan yang dimiliki kaum muslim jika penduduk muslim dunia yang jumlah 1.9 milyar bersatu. Tentunya persatuan tersebut akan mengantarkan kaum muslim kembali pada kedikdayaan dan kegemilangan peradabannya.
Negeri-negeri kaum muslim yang diberkahi potensi alam yang kaya akan sumberdaya alam dan energinya merupakan pontensi yang luar biasa jika disatukan. Hal ini akan menghadirkan negara yang kaya dan kuat sehingga disegani oleh dunia. Tentulah hal demikian akan terwujud jika persatuan kaum muslim di bawah kepemimpinan yang satu, kepemimpinan Islam yakni Khilafah.
Namun faktanya saat ini kaum muslim justru terpecah-pecah dan disekat-sekat oleh _national state_ . Kepedulian kaum muslim dibatasi oleh _national state_ . Kedzaliman dan penindasan yang terjadi pada saudara muslim di luar national state bukan menjadi urusannya. Lihatlah bagaimana kondisi muslim Palestina, Uighur, Rohingya, Suriah dan lainnya, mereka tak mampu berbuat apa-apa paling hanya sekedar mengecam, mengutuk dan paling banter mendoakan. Jikapun ada bantuan itupun ibarat hanya sekedar melepas lapar dan dahaga, tidak menyolusi tuntas.
Padahal Nabi Saw bersabda, "Tidaklah seseorang menelantarkan saudaranya sesama muslim dalam kondisi kehormatannya sedang dilanggar, kecuali Allah akan menelantarkan dia dalam kondisi dia ingin ditolong, Tidaklah seseorang menolong seorang muslim pada saat harga dirinya direndahkan dan kehormatannya dilanggar, kecuali Allah akan menolong dia pada kondisi dia ingin ditolong". (HR. Abu Dawud).
Mirisnya tidak sedikit kemudian kaum muslim justru berangkulan dengan orang-orang fasik bahkan dengan kaum kafir imperialis. Pemandangan yang kontras dan aneh memang, namun inilah yang terjadi seolah mereka lupa mana lawan dan mana saudara. Mereka enggan membantu saudaranya yang tertimpa kemalangan namun justru saling debat dan tidak jarang saling mencaci maki hanya karena beda pendapat dan beda mahzab.
Maka momen Idul Adha dan ibadah haji ini sudah seharusnya menjadikan momen kesadaran kaum muslim akan pentingnya persatuan umat dalam jalinan kekokohan ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana firman Allah Swt, "Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai. (TQS. Ali Imran {3}: 103).
Maka selanjutnya yang seharusnya kaum muslim lakukan adalah menyatukan diri dalam satu kekuasaan Islam, yakni kepemimpinan yang satu ialah Khilafah Islamiyah. Karena sejatinya hanya khilafahlah yang mampu menyatukan kaum muslim dalam ikatan aqidah dan syariah serta mengantarkan pada kekuasaan Islam. Di mana dengannya akan menjauhkan kaum muslim dari perpecahan dan perbedaan. _Wallahu a'lam bishowab.
Penulis: Mira Ummu Tegar (Aktivis Muslimah Balikpapan)