-->

Ekspedisi ke Lingka Kuta Gandapura, Kawasan Penting Era Kesultanan Aceh

21 Juni, 2023, 12.42 WIB Last Updated 2023-06-21T05:42:09Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Pada hari Selasa, 20 Juni 2023 cuaca Bireuen amat panas dan terik, sedikit orang di jalanan ketika siang hari. Tim SILA memutuskan melakukan perjalanan ke Gandapura pada sore hari. Setelah waktu ashar tim SILA bergerak dari arah Bireuen menuju Peusangan, sampai di Keude Matang Geulumpang Dua, kemudian ke Jembatan Kutablang. 

Ketua SILA Muammar Al Farisi mengatakan bahwa Krueng Peusangan adalah kawasan penting era kesultanan. Ketika Sultan Iskandar Muda sampai ke Peusangan Maka Sultan menemui Panglima Peusangan, dan menyeberang ke Blang Siti Manja. Kawasan Blang Siti Manja juga menarik untuk diteliti.

Dalam Hikayat Malem Dagang tertulis:
Habeh keuh haba bak masa nyan, brangkat le yoh nyan po meukuta, 
Poteu djeumeurang krueng Peusangan, leupaih oeh nyan u Blang Siti Manja

Kemudian Tim SILA terus melanjutkan perjalanan sampai ke Keude Geureugok, lalu berbelok kiri menuju arah pantai.

Ketika berjalan tak berapa lama tiba di kawasan Meunasah Lingka Kuta. Di dalam kawasan Meunasah terdapat meriam peninggalan perang Aceh dengan Belanda. Juga terdapat bangunan Rumoh Aceh indah yang terbuat dari kayu dengan berbagai motif ukiran yang sangat  indah dan menarik, ukiran khas era kesultanan Aceh Darussalam.

Menurut Informasi dari masyarakat yang ditemui, bahwa Rumoh Aceh ini dulunya terletak di kawasan pesisir. Kawasan pesisir dikelilingi Kuta sehingga dikenali dengan nama Lingka Kuta (Keliling Benteng).

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Menurut cerita ada Kuta Trieng atau benteng dari bambu, yang dibuat sedemikian tingginya sampai 4 meter untuk menghalangi serangan Belanda. Kawasan Lingka Kuta adalah kawasan Pejuang Aceh menghentikan Agresi Belanda merebut kawasan pesisir. 
Setelah zaman berubah, kemudian Rumah Aceh yang indah ini dipindahkan dari kawasan pesisir ke kawasan Meunasah Lingka Kuta. Menurut cerita penduduk, dulu masih ada Anjong Rumoh Aceh, namun lama kelamaan hilang. Kemudian bangunan ini berubah fungsi menjadi balai desa, dan terus dilindungi oleh masyarakat sebagai bangunan yang bersejarah. 

"Dalam bangunan Rumoh Aceh Maharaja Lingka Kuta terdapat inkripsi atau tulisan arab yang bertuliskan -Hijrah Nabi Salllahu Alaihi wasallam Siribee Lhee Reutoh Dua Ploh Sa- atau seribu tiga ratus dua puluh satu Hijriah yaitu sama dengan 1903 M. Artinya Rumah ini didirikan pada saat perang besar-besaran terjadi di Aceh," kata Muammar Al Farisi.

"Dalam tulisan selanjutnya terdapat tulisan yang hanya dapat dibaca samar-samar, yang tertulis 'Sultan Setia Muda' perlu penelitian lebih lanjut akan temuan menarik ini. Tentang rumah ini, dan motif ukirannya serta bahan kayu yang sanggup bertahan seratus dua puluh tahun," demikian menurut Muammar Al Farisi.

Tim SILA juga meninjau kawasan pesisir pantai Lingka Kuta. Kawasan Pantai Lingka Kuta adalah kawasan pantai yang indah. Lingka Kuta adalah kawasan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan nenek moyang bangsa Aceh mempertahankan Aceh dari serangan Belanda. 

"Maka perlu penelitian lebih mendalam di kawasan bersejarah ini, sebagai bagian pelestarian sejarah Aceh Darussalam," tutup Ketua SILA.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini