-->

Apakah BRICS Mampu Menyaingi Dollar AS?

01 Mei, 2023, 13.55 WIB Last Updated 2023-05-02T07:04:24Z
BRICS merupakan forum kerja sama internasional yang terdiri dari 5 negara yaitu Brazil, Rusia, India, china ,dan Afrika Selatan. Pada mulanya BRICS hanya beranggotakan 4 negara saja dan hanya bernama BRIC barulah pada tahun 2010 South Africa (Afrika Selatan) bergabung dan organisasi ini kemudian dikenal sebagai BRICS. BRIC mempunyai ciri-ciri negara dengan jumlah penduduk besar, tanah yang luas, dan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata. Afrika Selatan sebenarnya tidak masuk kedalam kategori negara anggota BRIC dan masuk menjadi anggota karena undangan china.

Tujuan berdirinya BRICS:
1. BRICS dibentuk untuk menjunjung tinggi adanya perdamaian, keamanan dan kesejahteraan bersama. 
2. Organisasi ini juga memiliki tujuan utama didirikannya yaitu untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta kerja sama politik yang saling menguntungkan antara sesama negara anggota BRICS.
3. BRICS memiliki tujuan untuk membenahi tata kelola global dan reformasi keuangan yang dimana dapat merubah kuota dan kekuatan suara di Bank Dunia maupun IMF yang diberikan kepada negara-negara berkembang.
4. BRICS berupaya untuk meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur dan teknologi, yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kemitraan antar negara anggota.

Hukuman dan sanksi yang diberikan oleh negara negara lain terhadap Russia akibat invasinya ke Ukraina memunculkan kembali adanya isu dedolarisasi (menghentikan hegemoni dolar diperdagangan internasional). Berdasarkan data dari IMF pada tahun 2022 Dollar sudah tak lagi menguasai pasar internasional seperti pada tahun tahun sebelumnya. Seperti yang kita ketahui bersama saat ini berbagai transaksi perdagangan dan investasi di dunia saat ini masih menggunakan Dollar AS, dalam hal ini negara anggota BRICS berusaha mengurangi ketergantungan bertransaksi menggunakan Dollar AS sesama antar negara.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Negara anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South Africa) berencana membentuk mata uang baru, jika rencana ini berhasil terealisasikan maka dominasi mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) di pasar global akan terganggu akibat munculnya mata uang baru ini. Rencana keinginan membuat mata uang baru oleh BRICS sendiri telah dicetus sejak tahun 2009 lalu, dimana para pemimpin negara anggota BRICS menginginkan untuk menambah pengaruh baru di ekonomi Dunia.

Tentunya dengan adanya rencana dari BRICS untuk mengeluarkan mata uangnya sendiri akan menimbulkan ancaman bagi Dollar Amerika. Berbagai pihak mengatakan rencana BRICS ini dilakukan untuk meruntuhkan dominasi dollar di pasar global.

Menurut Alexander Babakov (Anggota Parlemen Rusia) mengatakan bahwa, salah satu tujuan menciptakan mata uang baru ini tak lain sebagai stategi pembayaran supaya tidak tergantung dengan Dollar AS atau dengan euro.

Menurut Alexander Babakov, dengan BRICS memiliki mata uang sendiri maka hubungan sesama negara anggota BRICS akan semakin erat menjalin kerjasama dibidang keuangan .Perkembangan BRICS guna menciptakan mata uang baru ini kabarnya akan segera dipresentasikan pada KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus 2023 mendatang.

Menurut pandangan ekonom Amerika Serikat (Peter St Onge) menyinggung terkait mata uang BRICS terhadap USD beliau “mengatakan bahwa jika program semacam ini sampai terealisasikan, maka dominasi dollar yang sudah berlangsung lebih dari 80 tahun akan runtuh, inflasi akan naik dan bank-bank akan rugi selain itu kekuatan nasional dan pengaruh AS akan mengalami penurunan yang drastis”.

Kepopuleran BRICS juga membuat Arab Saudi menyatakan minatnya bergabung kedalam aliansi ini. Hal ini disampaikan oleh putra mahkota Mohammed Bin Salma (MBS) pada saat kunjungan presiden Afrika Selatan (Cyril Ramalphose) ke saudi. Rencana bergabungnga saudi kedalam bagian BRICS akan dibahas pada saat pertemuan puncak yang akan berlangsung di Afrika Selatan tahun ini.

Penulis: Muhammad Naufal (Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala)
Komentar

Tampilkan

Terkini