Perang Ukraina dan Rusia. (Foto file - Anadolu Agency) |
SITUASI dan kondisi pada kuartal pertama di tahun 2022 cukup menantang bagi kinerja pemulihan ekonomi Indonesia, dari sisi domestik, masalah kesehatan masih menjadi tantangan terutama ketika Indonesia dihadapkan pada situasi di mana varian Omicron merajalela di awal tahun. Meski demikian, kesiapan Indonesia menghadapi omicron sudah jauh lebih baik dibandingkan saat menghadapi varian Delta. Sementara itu, dari sisi internasional, tekanan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang semakin meningkat juga menjadi tantangan bagi kinerja pemulihan ekonomi nasional.
Untuk Indonesia ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina memberikan pengaruh politik dan ekonomi yang mengharuskan kita untuk mengkalkulasi ulang strategi kebijakan ekonomi dan dunia usaha untuk program pemulihan ekonomi di tahun 2022. Para pelaku usaha pun harus mencermati situasi ini untuk mengantisipasi dampaknya terhadap ekonomi, dunia usaha secara umum, dan bisnis perusahaan, utamanya di sektor energi, pangan dan perdagangan. bukan cuma ekonomi Rusia dan Ukraina yang terguncang, tetapi juga ekonomi Indonesia. Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina berdampak fatal terhadap ekonomi negara terluas di dunia itu, mulai dari bursa saham yang anjlok 33 persen, mata uang rubel yang rontok 10 persen, ekspor dan impor terganggu, nilai tukar mata uang mengalami fluktuasi, sampai sanksi ekonomi oleh dunia barat yang menargetkan lini strategis rusia. Selain dari segi minyak dan gas (migas), pasar modal hingga pasar uang pun terkena dampak dari perang yang telah menelan korban jiwa.
Situasi ini juga memberikan implikasi positif di mana kenaikan harga energi dan komoditas pangan global akan berpotensi meningkatkan pendapatan ekspor bagi Indonesia. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, inflasi global akan menghambat laju pemulihan ekonomi. Kenaikan inflasi dan harga akan sangat dipengaruhi oleh rentang waktu ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Jika konflik Rusia dan Ukraina tidak segera selesai akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, yang baru mulai pulih.
Menurut penulis dengan adanya tragedi tersebut menyebabkan efek domino yang sangat besar dan berkepanjangan, sehingga terjadinya disrupsi dan fluktuasi perekonomian di Indonesia. Hal ini bisa kita saksikan yaitu bagaimana pemerintah i
Indonesia dengan tiba-tiba menaikan harga bbm, harga minyak dunia meroket menembus USD 105 per barel, setelah rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Harga tersebut menembus level tertingginya sejak 2014 silam.
Kenaikan harga internasional tersebut bakal berdampak pada harga bbm di dalam negeri atau pun subsidi dari pemerintah. Sebab, mayoritas pasokan minyak indonesia berasal dari impor. Selama enam bulan terakhir saja harga minyak Indonesia menunjukkan angka kenaikan, yakni mulai agustus 2021 yang sebesar USD 67,8 per barel hingga USD 85,9 per barel pada Januari 2022. Terlebih, dengan harga saat ini yang sudah di atas USD 100 per barel.
Dan juga nilai tukar mata uang lain di dunia, rupiah pun tak kebal melawan fluktuasi nilai akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah selanjutnya dari Rusia ke Ukraina. Rupiah melemah 0,37 persen menjadi Rp 14.391 per dolar as. Namun, pada perdagangan pagi ini rupiah menguat tipis 8 poin ke Rp 14.383 akibat spekulasi perang besar tak akan terjadi karena Amerika Serikat dan uni eropa memilih menghukum Rusia secara ekonomi.
Menurut penulis menilai konflik Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global swift, sehingga berdampak pada penarikan dana rusia terhadap posisi finansial dunia karena penarikan dana Rusia di keuangan global telah menyebabkan volatilitas nilai tukar.
Lalu hal ini juga akan berdampak kepada ekspor dan impor Indonesia, Penulis menyebut ketegangan kedua negara dapat mengganggu arus perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut. Eskalasi yang memanas dapat menghambat ekspor dan impor Indonesia ke Rusia dan Ukraina.
Perdagangan Indonesia dengan Rusia cukup besar, nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai USD 176,5 juta atau setara Rp 2,52 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar as) per januari 2022. Angka itu tumbuh hingga 58,69 persen dibandingkan nilai ekspor per desember 2021 yang hanya USD 111,2 juta. Mayoritas komoditas yang diperdagangkan indonesia dengan rusia, antara lain lemak dan minyak hewan, karet, hingga barang dari karet. Kita juga bisa melihat bahwa sektor luar negerinya cukup terbantu akibat kenaikan permintaan terhadap berbagai komoditas Indonesia. Tetapi ini sekali lagi sangat tergantung dari bagaimana kita meng-handle berbagai isu tertentu, terutama yang terkait dengan ekonomi.
Hal ini menyebabkan banyak sekali tantangan yang harus segera diambil oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dan menstabilkan ekonomi Indonesia. Secara bertahap harus dialihkan pada sektor yang lebih produktif, untuk mendorong investasi dan ekspor. Investasi yang masuk diharapkan dapat membuka banyak lapangan kerja baru yang akan berkontribusi mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Implementasi UU Cipta Kerja dan UU Perpajakan menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan daya tarik investasi dan penciptaan iklim usaha yang lebih baik dalam meningkatkan daya saing Indonesia
Dari beberapa sektor diatas, jelas yang bahwasanya dampak perekonomian indonesia sedang mengalami disrupsi yang diakibatkan oleh adanya gangguan internal dan eksternal. Penulis mengharapkan perang Rusia dan Ukraina harus cepat diselesaikan, dan juga permasalahan internal Indonesia untuk menunjang keseimbangan perekonomian dunia.
Penulis: Muhammad Alwi Almusharif (Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala)