-->

Tanggul Sungai Tamiang '2 Tahun Jebol' Belum Diperbaiki, Warga Sampaikan Protes Melalui Poster

21 Desember, 2022, 17.34 WIB Last Updated 2022-12-21T10:34:24Z

Kerusakan tanggul sungai Aceh Tamiang makin parah warga sampaikan pesan melalui poster

LINTAS ATJEH - ACEH TAMIANG - Kerusakan tanggul sungai Tamiang yang terletak di Desa Marlempang berbatasan dengan Desa Balai, Kecamatan Bendahara dilaporkan semakin parah.

"Sudah hampir dua tahun tanggul jebol di perbatasan Desa Marlempang dan Desa Balai belum pernah diperbaiki. Ini yang jadi masalah utama banjir di desa kami," kata Edi Susilo (32) warga setempat, Rabu (21/12/2022).

Awalnya ujar Edi Susilo, kerusakan tanggul hanya selebar lima meter. Diameter tanggul jebol makin lebar usai bencana banjir di awal tahun 2022. Bahkan bencana banjir besar kembali terulang di bulan November 2022 membuat badan tanggul tanah tersebut makin kritis.

"Kondisi sekarang makin parah, bentangan tanggul jebol sudah setengah dari lebar sungai Aceh Tamiang," ucapnya.

Lebih lanjut tokoh pemuda Desa Marlempang ini sangat menyayangkan hingga saat ini tidak ada bukti konkret dari pemda dan pemprov Aceh untuk perbaikan tanggul tersebut.

"Janji untuk perbaikan pun tidak pernah kami dengar dari pemerintah. Yang ada kami lihat tanggul ini cuma dijadikan lokasi foto-foto oleh orang dinas dan pejabat pasca banjir," ungkap pria yang akrab disapa Encu ini.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Encu juga menyampaikan, baru-baru ini sekelompok warga Desa Marlempang yang merasa putus asa dengan kondisi banjir ini, dari orang dewasa hingga anak-anak pergi ke lokasi tanggul. Mereka membawa poster bertuliskan ungkapan rasa kecewa karena tanggul yang jebol tak kunjung diperbaiki.

"Itu hanya aksi spontanitas saja, warga tidak sedang berunjuk rasa tapi ingin menyampaikan pesan dari lokasi tanggul melalui poster kepada khalayak ramai," tukas Encu.

Adi Syahputra warga Desa Balai, Kecamatan Bendahara juga mengeluhkan kondisi tanggul jebol. Pasalnya selain masuk ke permukiman banjir juga merusak lahan pertanian masyarakat. Bahkan dampak tanggul jebol di Marlempang berimbas luas kesejumlah desa lainnya.

"Kami sebagai warga hilir yang sangat merasakan dampak banjir luapan sungai minta kepada pemerintah lebih serius menyelesaikan permasalahan tanggul jebol ini. Jangan cuma menyalurkan bantuan sembako, karena kami butuh tanggul bukan mie instan," kata Adi.

Terlebih lagi, lanjut Adi pada umumnya mata pencarian masyarakat Bendahara bergantung pada sektor pertanian dan kebun. Ironisnya sudah hampir dua tahun terakhir sawah dan ladang masyarakat selalu gagal panen akibat banjir.

"Sudah lama kami tidak pernah memetik hasil panen di sawah dan ladang, karena pagi ditanam sore terendam banjir. Dalam sepekan ini saja sudah dua kali dilanda banjir. Roda perekonomian di tingkat pedesaan kini benar-benar terpuruk," keluh petani muda ini.[ZF]



 

Komentar

Tampilkan

Terkini