Foto: AP/Hassan Ammar
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Ternyata ada sentuhan tangan putra Indonesia dalam pembuatan taman-taman stadion Piala Dunia 2022. Dia adalah Saprudin Bastomi, pria asal Indramayu, Jawa Barat, yang berandil mempercantik venue pesta bola sejagad.
Salah satu karya masterpiece-nya adalah Al Bayt Stadium, Al Khor, yang merupakan salah satu venue dengan ruang terbuka hijau terbesar di Qatar. Luas taman yang mendukung venue pembukaan Piala Dunia 2022 itu seluas 40 hektar.
Sangat banyak pohon besar dengan usia puluhan tahun yang tertanam di sana. Dengan waktu pembangunan Al Bayt Stadium sekitar 6 tahun, yang baru dibuka 2021, jelas pohon itu dipindahkan bersamaan dengan pengerjaan venue untuk laga.
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman, Supreme Committee Qatar meminta bantuan warga Qatar untuk memberikan sumbangan pohon untuk mensukseskan Piala DUnia 2022. Saprudin mempunyai tugas penting sebagai pemilih tanaman yang akan ditanam di stadion.
"Saya terlibat untuk memilih tanaman. Kalau ada warga Qatar yang menyumbangkan tanamannya, saya yang datang untuk melakukan penilaian. Tanaman ini akan hidup atau tidak, tanaman ini sehat atau tidak, kalau dalam kondisi baik baru bisa kita tanam di stadion," kata Saprudin dalam perbincangan dengan detikSport, Jumat (18/11/2022).
"Tantangannya, kalau musim dingin itu tidak masalah. Kalau musim panas itu harus dibikin lembab. Kalau kaitannya dengan konstruksi, itu kalau mau dipindah tidak bisa menunggu waktu. Kalau jalan selesai ya harus dipindah saat itu juga," kata dia menambahkan.
Bagaimana Saprudin bisa ambil bagian dari Piala Dunia? Kisahnya berawal dari sejak masih tinggal di Indramayu. Saat itu, dia tinggal di tengah petani jeruk.
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Pohon jeruk warga di rumahnya banyak yang mati, pencemaran salah satu perusahaan minyak dituding menjadi penyebabnya. Rasa penasaran Saprudin membuatnya mendaftar ke Fakultas Pertanian UGM, dengan jurusan ilmu tanah.
"Saya harus menemukan jawaban penyebab matinya pohon jeruk ini. Itulah yang mengantarkan saya sampai ke Qatar. Setelah kuliah saya baru tahu bahwa penyebabnya virus," kata Saprudin.
Saprudin lantas mendapatkan tawaran kerja di Qatar beberapa tahun setelah lulus. Dia mendapatkan informasi itu dari mantan rekan kerjanya di sebuah perusahaan pertanian jamur.[cnbcindonesia.com]