Sumber
daya manusia (SDM) menjadi suatu komponen yang penting yang berperan dalam
setiap proses pembangunan yang akan dilakukan. Hal terpenting yang harus
dimiliki oleh SDM adalah keinginan untuk melakukan perbaikan disegala bidang
termasuk pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu komponen dari
system pembangunan yang dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Salah satunya
pendidikan untuk tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang professional, memerlukan
suatu pendidikan yang professional bagi calon tenaga kesehatan. Maka, untuk
mewujudkan hal tersebut pendidikan kesehatan yang mengajarkan bagaimana
menjalin kolaborasi dan komunikasi sangat dibutuhkan bagi calon tenaga
kesehatan untuk menjadi tenaga kesehatan yang professional.
Pendidikan
yang mengajarkan bagaimana berkomunikasi dan berkolaborasi menjadi suatu hal
penting dalam dunia kesehatan karena selain untuk membangun kerjasama tim yang
baik, kurangnya komunikasi dan kolaborasi dapat berakibat buruk bagi pasien.
Maka dari itu pendidikan bagi calon tenaga kesehatan menjadi hal yang mendasar
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sebagai upaya meningkatkan
kualitas calon tenaga kesehatan, pentingnya pendidikan kesehatan menerapkan
metode pendidikan professional yaitu Interprofessional Education (IPE).
IPE
adalah metode yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam proses
belajar mengajar (Hinderer et al, 2016). Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Weston et al (2018) yang menjelaskan bahwa IPE mampu meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
IPE
dalam bidang kesehatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa bertujuan untuk
membekali mahasiswa profesi kesehatan dengan keterampilan, ilmu, sikap serta
perilaku professional yang penting dalam melaksanakan praktek kolaborasi
interprofesional. Tujuan lain dari IPE yaitu untuk dapat lebih memahami peran
dari masing- masing profesi sehingga mampu menyediakan dan meningkatkan
pelayanan pada pasien melalui proses belajar untuk saling bekerjasama. WHO
(2010) menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE dalam meningkatkan
kesehatan yang optimal.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
IPE
memberikan kesempatan secara merata pada mahasiswa untuk mengemukakan pendapat.
Dengan kesempatan yang diberikan pada proses IPE, mahasiswa dapat meningkatkan
rasa percaya diri (Weston et al, 2018). Penerapan IPE adalah salah satu upaya
dalam memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan rasa percaya
diri dalam proses belajar mengajar (Mills et al, 2020).
Penerapan
IPE terhadap mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi
yang dipelajari (Zanotti et al, 2015). Penelitian ini didukung oleh penelitian
Homeyer et al (2018) yang menjelaskan bahwa IPE dapat meningkatkan pemahaman
pembelajaran pada mahasiswa dan praktik professional serta memberikan
pengalaman yang nyata tentang bagaimana proses praktik profesional dilahan klinis
maupun komunitas.
Interprofessional education (IPE)
adalah suatu pelaksanaan pembelajaran mahasiswa dari dua atau lebih profesi
kesehatan lain dan belajar tentang peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan ketrampilan kolaborasi dan kualitas pelayanan serta pelaksanaannya
dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional. IPE
merupakan hal yang potensial sebagai media kolaborasi antar profesional
kesehatan dengan menanamkan pengetahuan dan skill dasar antar profesional
dalam masa pendidikan. IPE merupakan hal yang penting dalam membantu
pengembangan konsep kerja sama antar profesional yang ada dengan mempromosikan
sikap dan perilaku yang positif antar profesi yang terlibat di dalamnya.
Interprofessional
Education (IPE) yang juga dikenal dengan istilah interprofessional learning, merupakan
suatu konsep pendidikan yang direkomendasikan oleh World Health Organisation (WHO) sebagai Pendidikan terintegrasi
untuk membangun kolaborasi antara tenaga kesehatan. Interprofessional education
adalah proses dimana kita melatih atau mendidik praktisi untuk bekerja
kolaboratif dan proses yang kompleks yang menuntut kita untuk melihat pembelajaran
berbeda.
Akademisi kesehatan memiliki peran dan tanggung jawab untuk
memberikan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa kesehatan dengan kompetensi
layanan berbasis tim. Dalam proses ini, pemerintah, akademisi dan pembuat
kebijakan harus menentukan visi yang jelas tentang pendidikan dan program
kesehatan berkualitas yang memenuhi standar- standar ini. Untuk menciptakan
praktik kolaboratif dan meningkatkan outcomes
kesehatan, satu atau lebih profesional yang berbeda harus memahami peran dan
fungsi profesinya serta memahami peran profesi kesehatan lain. Pendidikan
interprofesi adalah cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan
kolaborasi antara tenaga kesehatan yang nantinya siap bekerja sama untuk
memberikan perawatan komprehensif dalam berbagai pelayanan kesehatan.
Implementasi IPE dalam kurikulum Pendidikan kesehatan
memiliki tiga fokus. Pertama, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mahasiswa dalam praktik kolaborasi antar profesi kesehatan. Kedua, berfokus
pada pembelajaran tentang bagaimana menciptakan kolaborasi yang efektif dalam
sebuah tim. Ketiga, menciptakan kerjasama yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pasien.
Berdasarkan
penelitian Lapkin, et al. (2016), penerapan IPE harus dimulai pada tahap awal akademik
mahasiswa, sebelum mereka menjadi seorang professional kesehatan. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Thibault (2016), bahwa IPE harus dilaksanakan
baik pada tahap akademik maupun praktik klinik dengan tujuan menghubungkan
antara teori yang didapatkan mahasiswa selama pembelajaran di kampus dan
praktik yang dijalani di lapangan, ini terbukti memberikan banyak manfaat bagi
mahasiswa.
Pendekatan
IPE memfasilitasi mahasiswa untuk belajar dari dan tentang disiplin kesehatan
yang lain sehingga akan meningkatkan keterampilan mahasiswa dan menciptakan
kerjasama yang lebih baik dalam sebuah lingkungan kerja yang terintegrasi.
Namun,
pada kenyataannya pelaksanaan IPE di institusi-institusi Pendidikan Kesehatan
sekarang masih belum maksimal. Untuk itu, penting kiranya membuat komitmen
untuk menerapkan pembelajaran interprofesi di institusi Pendidikan kesehatan
dan mengintegrasikan IPE ke dalam kurikulum Pendidikan kesehatan untuk
memastikan keberlanjutan IPE.
Efektifitas
IPE dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, telah banyak hasil
penelitian yang menunjukkan dampak positif pelaksanaan IPE dalam pendidikan
kesehatan. Keuntungan yang didapat tidak hanya dari sisi pendidikan saja,
tetapi juga dalam hal pelayanan kesehatan . Dalam hal akademik, IPE membantu
mahasiswa dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang spesifik, seperti
pemecahan masalah dalam tim, konseling kesehatan, dan keterampilan klinik. Hal
ini berpotensi untuk meningkatkan pemahaman, kepercayaan, dan saling menghargai
antara profesi kesehatan, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk mencapai
kompetensi kolaboratif.
Namun
dalam penerapan IPE belum maksimal dan memiliki beberapa hambatan yang mungkin
terjadi dalam proses IPE, hambatan tersebut meliputi hambatan penanggalan
akademik, peraturan akademik, tempat kegiatan, evaluasi, kebutuhan SDM (sumber
daya manusia), dana, jarak geografis, waktu, dan kesiapan mahasiswa. Hambatan
lain yang dapat terjadi dalam proses IPE juga terdapat dari ego masing-masing
tenaga kesehatan, fasilitas fisik dan konsep pembelajaran, serta paradigma
terhadap profesi kesehatan dan peran masing-masing profesi.
Sangat
penting untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi sebagai
persiapan mahasiswa kesehatan dan praktisi profesi kesehatan demi terjalinnya
praktik kolaborasi yang baik dalam pelayanan kesehatan.
Maka
dari itu, penerapan IPE dalam kurikulum pendidikan kesehatan di Indonesia
sangat direkomendasikan dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Penulis : Ns. Oriza Satifa, S.Kep (Mahasiswi Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala)