LANGKAH demi langkah kehidupan yang kita jalani saat ini kerap kali menghadirkan berbagai spekulasi yang tidak disangka-sangka. Mulai dari kita mendapatkan kebahagiaan berupa keberhasilan, jabatan, prestasi, rezeki dan masih banyak lagi.
Situasi yang demikian sering kita sebut sebagai anugerah. Namun hidup tidak selalu berjalan dengan mulus dan lurus seperti yang kita harapkan, ada kalanya kita menjumpai bebatuan, belokan, serta tanjakan.
Kondisi lain, di kehidupan kita juga akan menjumpai kesedihan, kekecewaan, kegagalan, ataupun hal lain yang membuat kita tidak nyaman dengan kehadirannya. Dengan keadaan seperti ini sering kita menyebutnya sebagai sebuah musibah.
Secara sederhana, sesuatu yang membahagiakan kita anggap sebagai anugerah dan sesuatu hal kesedihan kita anggap sebagai musibah.
Toleransi antara keberhasilan dan kegagalan perlu juga kita komparasikan. Perlu kita ketahui, tidak ada satupun daun yang berguguran dari batangnya kecuali atas izin Allah. Begitu pun segala sesuatu dalam kehidupan kita tidak terjadi jika bukan atas izin-Nya, tidak terkecuali sesuatu yang membahagiakan dan menyedihkan terjadi dalam hidup kita.
Pastinya kita percaya, segala bentuk sesuatu yang sudah digariskan Allah kepada seorang manusia, adalah hal terbaik untuk manusia tersebut. Lantas jika memang benar seperti itu apakah kita pantas untuk mengatakan sesuatu yang kita anggap kegagalan adalah sebagai bentuk Allah tidak sayang kepada kita?
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah juga pasti akan menurunkan kenikmatan, kebahagiaan kepada kita, dan Ketika kita telah mendapatkan nya jangan lupa untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Dalam situasi, kondisi, dan toleransi yang dihadapkan kepada kita berupa cobaan, kesedihan, kekecewaan, dan segala sesuatu yang membuat kita tidak berdaya, turut sebagai bentuk ujian kita kepada-Nya yang beriman untuk menaikkan derajat seorang hamba agar semakin mulia di sisi-Nya. Kesabaran, ketabahan, dan ketenangan senantiasa berhusnudzan kepada Allah adalah hal yang sangat tepat dilakukan jika kita berada dalam keadaan seperti ini.
Allah berfirman dalam surah As-Sajadah ayat 24,”Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat kami’. Seorang hamba tidak bisa dikatakan sabar apabila tidak bersyukur, begitupun sebaliknya tidak bisa dikatakan bersyukur apabila hamba-Nya tidak bersabar.
Perlu kita ketahui pembaca dan penulis, syukur tidaklah berarti berhenti, syukur adalah tentang menyempurnakan kekuatan yang ada. Memiliki fisik sempurna digunakan dengan baik, menyadari akan kekuatan diri sendiri, dan sadar akan kepemilikan diri juga merupakan bentuk rasa syukur.
Menurut penulis, selanjutnya hal yang seharusnya kita lakukan adalah sabar dengan tetap selalu memperhatikan kekuatan diri sendiri, serta memahami kondisi supaya tetap stabil, dan tidak larut terhadap kesedihan sehingga tidak mudah putus asa yang hanya nantinya dapat merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain.
Jadi, sabar bukanlah hal yang statis,tetapi sabar adalah hal yang dinamis, yang selalu penuh dengan kreatifitas, ketegaran, jiwa yang optimis, dan tidak mudah menyerah akan keadaan.
Bersyukur dengan apa yang sudah kita punya, dan apa yang sudah di anugerahkan Allah kepada kita, menyerahkan sepenuhnya hidup kita kepada-Nya, dan selalu tetap semangat berusaha adalah cara terbaik untuk menjalani hidup dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Segala bentuk atensi dan partisipasi pembaca, penulis ucapkan terimakasih. Dan untuk teman sejawat yang senantiasa berfikir bisa saling membesarkan dan membersamai di kala berjuang.