LINTAS ATJEH | LANGSA - Leher saya mengalami pembengkakan sedangkan saat ini saya juga tidak bisa berjalan layaknya orang normal. Tetapi saya lebih memilih berjuang membuat aneka cemilan daripada harus meminta-minta uluran tangan orang lain.
Hal itu diceritakan Ibu Saminem membuka percakapan di pagi itu kepada Tim ACT Langsa, Rabu (10/11/2021).
Ibu Saminem adalah ibu paruh baya yang beralamat di Desa Durian, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Rumah yang ia tempati sekarang hanya seukuran 6x7 meter berdinding papan dan anyaman bambu. Ibu Saminem memiliki tiga anak, namun ia tinggal sendirian di rumah kecil itu. Karena ketiga anaknya yang sudah dewasa memutuskan untuk merantau demi kehidupan yang lebih baik.
Saat ini, ia terus berjuang di tengah himpitan ekonomi dan penyakit yang makin hari terus saja menggerogoti tubuhnya. Kedua kakinya tidak bisa digunakan seperti orang pada umumnya, ia berjalan dengan posisi duduk dan dibantu oleh satu tangannya agar tetap seimbang saat berjalan. Tak hanya itu, ada dua benjolan yang tumbuh di leher Ibu Saminem. Memang benjolan itu sempat mengecil karena sempat berobat dengan rutin. Tetapi semenjak anaknya tidak lagi bekerja sebagai TKW di negeri Jiran, ia terpaksa harus berhenti berobat karena memang biaya obatnya sangat mahal seukuran pendapatan dia yang sekarang.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
“Pendapatan saya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, itupun sudah sangat dihemat, kalau beli obat yang harganya mencapai Rp.400.000 perbotol ya saya tidak sanggup,” katanya.
Sehingga ketika benjolan lehernya sakit, ia hanya mengompres dengan batu yang dipanasi atau memakai dedaunan yang sudah dibasuh dengan air.
Semenjak anaknya merantau, Ibu Saminem tidak lagi bekerja sebagai tukang cuci dan setrika karena pekerjaan itu terlalu berat dan memang sudah dilakoninya puluhan tahun. Dia beralih untuk bekerja sesuai dengan kemampuan tubuhnya yaitu berjualan aneka cemilan mulai dari rengginang, kacang, sampai dengan mie yang digoreng kering lalu dimasukan sedikit bumbu.
Usaha dijalankan 2 tahun dengan modal ratusan ribu rupiah, sisa tabungan ketika dia masih bekerja di tempat yang lama sebagai tukang cuci dan setrika. Untuk keperluan belanja, ia meminta bantuan tukang becak untuk membeli semua kebutuhan seperti minyak goreng, mie, kacang dan sebagainya.
Sebenarnya Ibu Saminem sangat senang jika usahanya ini dibantu oleh beberapa orang. Sehingga dia tidak harus bekerja siang dan malam dalam kurun waktu beberapa hari demi mengejar target jualan yang harus dipenuhi setiap minggunya. Menurutnya memakai tenaga kerja orang lain sangatlah tidak mungkin mengingat keuntungan yang didapat sangatlah kecil, hanya cukup untuk biaya operasional serta kebutuhan sehari-harinya.
“Saya itu kalau sudah mulai menggoreng aneka cemilan ini, otomatis saya tidak mengerjakan pekerjaan lain, bahkan seperti mencuci pakaian, nyapu rumah sampai kadang tidak sempat masak juga. Karena setelah di goreng saya harus buru-buru mengemasnya dan dikirim ke warung langgganan saya,” katanya.
Semua orang ingin sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa kembali. Inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang menawarkan jasanya untuk mengobati Ibu Saminem. Kala itu, dia tidak berburuk sangka atas niat baik orang lain yang kemudian dia mengenalkan diri sebagai ahli terapi yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Dari hasil perbincangan mereka berdua, si Ahli Terapi tadi menawarkan jasanya dengan biaya Rp.900.000 dengan iming-iming kesembuhan. Dan langsung saja Ibu Saminem mengiyakan permintaan si Ahli Terapi tadi. Tapi kabar buruknya, terapi yang dijanjikan di awal perjanjian tadi tidak kunjung dilaksanakan.
Padahal, uang yang digunakan adalah modal usaha yang biasa Ibu Saminem jadikan penopang hidup sehari-hari dengan berjualan cemilan. Alhasil ia sempat kekurangan modal untuk usahanya.
Dulu Ibu Saminem sering sekali diingatkan oleh pedagang dipasar yang kebetulan tempat dia membeli bahan pembuatan kue. Mereka menganjurkan untuk tidak bekerja lagi mengingat kondisinya sudah tua dan tidak bisa berjalan ditambah pembengkakan lehernya semakin membesar.
Tetapi Ibu Saminem dengan segala kelembutannya menolak dan tetap pada pendiriannya, jika masih sanggup bekerja janganlah meminta-minta.
“Dari dulu saya tidak suka mengeluh kepada orang lain, bahkan kepada adik saya sendiri. Mereka saja sering kali tidak tahu saya tidak makan, ya karena saya memang tidak mau merepotkan orang lain,” katanya.
Selama ini Ibu Saminem berkeinginan dapat membangun usaha yang bisa berjalan sendiri tanpa harus banyak melibatkan tenaga fisik dikarenakan dia sedang sakit. Tetapi itu terkendala karena modal sangat kecil dimana tidak sampai 1 jutaan perkali dia membuat cemilan. Padahal permintaan diluar sana sangatlah banyak.
Jika ia memiliki modal yang lebih besar, ia mampu memenuhi pasar dan juga dapat menggaji beberapa saudaranya untuk meringankan beban kerjanya. Selain juga membuka lapangan kerja.
“Saya tidak mau meminjam uang, karena saya takut tidak bisa mengembalikannya apalagi saya sudah tua dan sakit-sakitan. Terkecuali memang didampingi oleh orang yang mumpuni sehingga saya dibantu mengelola usaha ini sampai lancar,“ ujar Ibu Saminem.
Begitulah kisah hidup Ibu Saminem. Oleh karena itu, Aksi Cepat Tanggap Langsa berupaya menggalang donasi agar bisa digunakan untuk membantu modal usaha Ibu Saminem sehingga usahanya bisa lebih besar dan selanjutnya beliau dapat melakukan pengobatan secara rutin.
Bukan hanya disitu, Ibu Saminem akan didampingi oleh Pendamping yang disediakan oleh Aksi Cepat Tanggap Langsa. Donasi bisa langsung di transfer ke rekening atas nama Aksi Cepat Tanggap (BSI #7164169067) atau diantar langsung ke kantor yang beralamt di Jl. Lilawangsa nomor 17, Desa Paya Bujok Tunong, Langsa Baro, Kota Langsa. Silahkan konfirmasi melalui Whatapps (0822 9720 7127) atau DM @act_langsa.[*/Red]