Dalam pertemuan itu Dewan Energi Mahasiswa Universitas Riau, Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Utara dan Dewan Energi Mahasiswa Aceh secara konkret membahas bahwa Indonesia darurat blok rokan. Dari hasil diskusi didapat 4 permasalahan besar yang terjadi di Blok Rokan, meliputi :
1. PT.MTCN merupakan perusahaan yang mensupport Chevron (Blok Rokan) untuk menghasilkan Listrik dan Steam Uap untuk menjaga/meningkatkan Produksi Lapangan duri yang berada di Blok Rokan. Terdapat Indikasi kerugian Negara jika PLN (Perusahaan Listrik Negara) mengikuti Tender penguasaan PT. MTCN dinilai harga yang ditawarkan sangat tidak masuk akal dan dapat merugikan negara. Selaku Kontraktor Pertamina juga ketakutan akan turunnya produksi dari Lapangan duri jikalau proses MTCN tidak selesai, ini sebuah bentuk penyandraan Wilayah Kerja/Blok
2. Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) yang secara jelas Kontraktor eksisting yaitu Chevron Pasific Indonesia melakukan pelanggaran pencemaran lingkungan dengan awal April 2021 sebanyak 297 lokasi TTM yang di terima Dinas LHK Provinsi Riau, tanah terkontaminasi ini sangat membahayakan masyarakat Riau, tanah yang terkontaminasi CO (Crude Oil) akan sulit ditanami tanaman dan perlunya teknologi Bioremediasi. Tidak dilibatkannya DLHK Provinsi Riau dalam melaksanakan audit Lingkungan Hidup dan di batasi kewenangan/perizinan karena pengawasan dan pengendalian merupakan kewenangan KLHK.
3. Participating Interest (PI), hinggal awal 2021 Pertamina selaku pemenang tender belum mengumumkan siapa kontraktor yang akan di gandeng untuk melakukan eksporasi dan eksploitasi di Blok Rokan. Padahal secara jelas Dirut Pertamina akan melakukan share down Hak Partisipasi Blok Rokan dengan dalih memitigasi resiko dan tentunya akan mengecewakan bagi masyarakat yang mendukung Blok Rokan 100% Indonesia.
4. Kepastian dari metode Chemical EOR belum diketahui dampak dan keberhasilan untuk menaikkan tingkat produksi lifting minyak dan perlu adanya uji lebih lanjut
Jelas bahwa Peralihan Blok Rokan menjadi kepedulian masyarakat Indonesia yang menunggu Blok terbesar di Riau itu menjadi milik Indonesia dan membuktikan cengkraman Kontraktor eksisting sangat luar biasa, Rokan di sandra.
Ketua Tim Blok Rokan Dewan Energi Mahasiswa Indonesia, Iwa Muchti
meminta pemangku kebijakan menghadirkan marwah sebuah Negara dalam proses transisi, berembuk menggandeng para ahli melibatkan mahasiswa untuk menyelesaikan segala aspek permasalahan meliputi kelistrikan, tanah terkontaminasi dan hak partisipasi untuk kemakmuran rakyat.
"Kami juga minta pemangku kebijakan dapat mengedukasi seberapa pentingnya rokan bagi rakyat Indonesia dan menjamin proses transisi rokan berjalan dengan baik," katanya.
Sementara Wasekjen Advokasi Dewan Energi Mahasiswa Indonesia, menyambut baik langkah teman-teman Dewan Energi Mahasiswa Aceh dan Sumatra Utara berkumpul di Riau untuk membahas permasalahan blok rokan. Sebuah langkah konkret terjun langsung kelapangan dan melihat langsung permasalahan yang ada, yang pastinya penurunan produksi blok rokan sangat tidak di harapkan dan mari sama sama menjaga fokus pada transisi blok rokan.
Senada dengan itu Presiden DEM SUMUT Raden Haitami Abduh menekankan agar urusan blok rokan dimana dalam hal ini mencakup dari empat kajian Dewan Energi Indonesia segera di selesaikan.
"Chevron harus bertanggung jawab atas segala permasalahan yang ada, jangan seperti kabur begitu saja dan melempar bola panas," tegasnya.
Pemerintah dan DPR harus mengambil sikap tegas atas permasalahan besar di blok rokan ini. Jangan sampai nanti ada kecurigaan dari berbagai kalangan bahwa pemerintah juga ikut bermain dalam kesempatan ini.
"Dewan Energi Mahasiswa dan Satgas Tim Blok Rokan akan mengawal transisi Blok Rokan karena Rokan adalah kekayaan Indonesia dari sektor Migas yg sangat luar biasa," pungkasnya.
Seperti diketahui blok rokan dengan luas 6220 Km2 yang berada di Provinsi Riau merupakan salah satu blok raksasa milik Indonesia, blok rokan menempati nomor 2 produksi terbesar Nasional.
Produksi blok rokan hingga awal Februari 2021 sebesar 165.000 BOP, jelas bukan produksi yang sedikit dan blok ini juga penyumbang 24% produksi nasional. Melalui data diatas jelas blok rokan merupakan blok vital Indonesia yang sangat di perhitungkan.
Hampir 10 Dekade dikuasai oleh Caltex dan Chevron Pasifik Indonesia melalui induk perusahaan Texaco dan Standar Oil California. Indonesia dihadapi oleh beberapa masalah perihal Transisi dari sulitnya transfer data, transfer pekerja serta 4 permasalahan besar yang memiliki potensi kerugian negara sekarang masih belum menemui titik terang.[*/Red]