-->


Ternyata Mesir Dibalik Gencatan Senjata Tanpa Syarat Palestina-Israel

21 Mei, 2021, 13.51 WIB Last Updated 2021-05-21T06:51:06Z
Warga Palestina tumpah ke jalanan Gaza rayakan gencatan senjata 21 Mei 2021 setelah 11 hari pertempuran dengan Israel tak tampak akan berhenti

LINTAS ATJEH | JAKARTA - Warga Palestina yang telah habiskan 11 hari hidup dalam ketakutan atas rongrongan Israel, kini terlihat tumpah ruah penuhi jalan-jalan di Gaza.

Pengeras suara masjid menyatakan "kemenangan mempertahankan dari Kependudukan (Israel) selama perang 'Pedang Yerusalem'".

Pukul 2 dini hari waktu setempat atau pukul 6 pagi akhirnya gencatan senjata antara Israel dan Palestina terjadi.

Negara mediator bukanlah Amerika Serikat, melainkan Mesir.

Mengutip France 24, Presiden AS Joe Biden berjanji menyelamatkan dari kehancuran atas pertempuran terburuk selama bertahun-tahun dengan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di jalur Gaza.

Menariknya untuk waktu gencatan senjata Hamas telah mengkonfirmasi, tapi Israel sebelumnya tidak mengkonfirmasi.

Menuju pukul 6 pagi ini tadi, roket Palestina diluncurkan untuk menghitung mundur gencatan senjata, sementara Israel melakukan setidaknya satu serangan udara.

Kedua belah pihak mengatakan akan membalas pelanggaran perjanjian model apapun oleh pihak lawan.

Kairo mengatakan akan mengirim dua delegasi untuk mengawasi gencatan senjata tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi gencatan senjata "setara dan tanpa syarat" setelah rapat malam hari dengan Kabinet Keamanan.

Kantor PM mengatakan mereka menerima permintaan Mesir tapi dua pihak masih menentukan kapan gencatan senjata baiknya terjadi.

Sementara pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters jika gencatan senjata itu akan "setara dan berkelanjutan".

Dalam siaran televisi Kamis kemarin, Biden menerima gencatan senjata sebagai "kesempatan asli untuk membuat kemajuan" menuju perdamaian abadi di Timur Tengah.

Ia juga memuji peran Mesir memutuskan kesepakatan tersebut.

Ia mengucapkan duka kepada para warga dan prajurit Palestina dan Israel yang telah gugur dan Washington akan bekerja dengan PBB "dan pemangku jabatan internasional lain untuk menyediakan bantuan kemanusiaan" untuk Gaza dan pembangunan kota itu.

Biden mengatakan bantuan akan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina, kekuatan politik yang menjadi musuh Hamas dan dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.

Bantuan juga akan diberikan di Tepi Barat, agar Hamas tidak dapat menimbun stok senjata militer".

Biden juga mengatakan AS berkomitmen membantu Israel memperbaiki Iron Dome dan bekerja dengan Otoritas Palestina, bukan Hamas, untuk menyediakan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Tekanan diplomatik

Upaya diplomasi telah meningkat Kamis kemarin untuk mengamankan gencatan senjata.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengkonfirmasi sebelumnya bersamaan dengan Perwakilan PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland di Qatar.

Joe Biden juga mendiskusikan Gaza dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Kamis kemarin, dengan Sekretaris Pers Jen Psaki mengatakan pendekatan strategis Washington tetap "berkomunikasi langsung, dekat dengan Israel dengan mitra di darat, melakukan apapun yang bisa untuk mengakhiri konflik".

Ia tambahkan jika AS telah melakukan "lebih dari 80 perbincangan dan diplomasi dengan pemimpin senior di Israel, Otoritas Palestina dan seluruh daerah".

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, berbicara lebih awal dekat Tel Aviv, mengatakan "solidaritas" Jerman dengan Israel tapi juga meminta berakhirnya perang.

"Israel punya hak mempertahankan diri melawan serangan ini," ujar Maas.

"Jumlah korban terus-terusan meningkat setiap hari dan hal itu sangat membuat kami khawatir."

Sejak pertempuran 10 Mei lalu, pejabat kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 230 warga Palestina termasuk 65 anak kecil dan 39 wanita telah terbunuh dan lebih dari 1900 orang luka-luka.

Israel melaporkan ada setidaknya 160 prajuritnya meninggal.

Otoritas menuliskan angka kematian Israel yang resmi mencapai 12, dengan ratusan warga dirawat atas cedera terkena serangan roket yang menyebabkan warga panik dan mengirim mereka ke pengungsian.

Israel mengatakan sekitar 4000 roket dikirim dari Gaza, beberapa jatuh tapi yang lainnya berhasil jebolkan Iron Dome.

Proses perdamaian internasional guna menciptakan negara Palestina yang bebas dari kependudukan Israel dan menjamin keamanan Israel telah membeku sejak 2014.

Hamas yang dianggap oleh pihak Barat sebagai organisasi teroris, tidak pernah menjadi bagian keterlibatan Organisasi Pembebasan Palestina dengan Israel.

PLO dan Israel berupaya bekerjasama untuk mencapai perdamaian tahun 1990-an dan mencapai Palestina yang merdeka di Tepi Barat.[Intisari Online]
Komentar

Tampilkan

Terkini