-->

Letjen TNI Doni Monardo Resmi Pensiun

11 Mei, 2021, 07.11 WIB Last Updated 2021-05-11T00:11:22Z
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Hari ini Senin tanggal 10 Mei 2021, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo berusia 58 tahun. Lazimnya di TNI, pada hari ini Doni otomatis jadi purnawirawan setelah mengabdi di TNI selama 36 tahun.

Tiga hari menjelang pensiun, Kamis (6/5/2021) Doni masih bekerja keras dan turun ke lapangan walau suasana Ramadhan berkunjung ke Jambi dari Jakarta menggunakan jalur darat, kapasitas Doni sebagai Kepala BNPB dan Ketua Satgas Penanggulangan Covid 19.

Doni sengaja menggunakan angkutan darat dari Jakarta sambil memantau kesiapan pelarangan mudik dan merespon meningkatnya Covid 19 di Lampung, Sumsel dan Jambi.

Saya dapat kesempatan bertemu Jenderal Doni, Kamis malam tanggal 6 Mei 2021 di BW Hotel, Kota Jambi. Hampir satu jam kami bercerita, mengenang ketika kami sama-sama pendidikan di Lemhannas PPSA 18 tahun 2012, saat itu Doni berpangkat Brigadir Jenderal, Wadan Kopassus hingga cerita yang berat berat untuk tidak ditulis.

“Saya tanggal 10 Mei 2021 pensiun dari TNI, umur 58 tahun. Banyak suka dan duka selama bertugas dari hutan hutan di Aceh, Timor Timor hingga di Istana saat menjabat Danpaspamres.” ujar Doni.

Doni juga bercerita pengalaman selama 2 kali menjabat Pangdam di Patimura dan Sliwangi. “Selama dua kali jadi Pangdam, saya tidak pernah mengambil dana komando,” jelasnya.

Saat Pangdam Patimura yang membawahi Provinsi Maluku dan Maluku Utara, Doni berhasil mendamaikan kelompok putih, merah dan merangkul RMS ke pangkuan ibu pertiwi.

“Merangkul mereka dengan pendekatan humanis dan turun ke lapangan. Lalu dikasih mereka pekerjaan melalui progran emas hijau (sektor pertanian dan perkebunan) dan emas biru (jadi nelayan dan budidaya ikan) serta emas putih (memberangkatkan tokoh-tokoh agama Islam ke Mekah dan tokoh kristen ke Jarusalem. Insyaallah program itu jalan dan diterima masyarakat,” ujar menantu mantan Bupati Pasaman, Taufik Marta itu.

Gunung Botak Ditutup

Kerja besar lainnya selama jadi Pangdam Patimura, Maluku menyelesaikan kasus penambangan emas liar di Gunung Botak, Maluku. Dampaknya sangat berbahaya terhadap manusia, biota laut dan longsor serta pertikaian sesama warga.

Cerita bermula saat Doni diminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya mengatasi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku. Ia pun langsung meminta anggotanya mengambil sampel ikan dan biota laut di sekitar pulau tersebut.

“Langkah-langkah yang saya lakukan adalah meminta tim Kesdam XVI/Pattimura di bawah pimpinan Kolonel Agus untuk mengambil sampel ikan dan biota laut di Teluk Kayaeli, Pulau Buru. Hasilnya, beberapa sampel ditemukan kadar merkuri dan sianida yang melebihi ambang batas,” ujar Doni yang menjabat Pangdam Patimura 2015 – 2017.

Selain sampel ikan dan biota laut, Doni Monardo juga minta dilakukan pemeriksaan darah terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Botak. Hasil pemeriksaan cukup mengejutkan, kadar merkuri dalam darah dialami sebagian besar masyarakat.

“Saya juga mendapatkan laporan bahwa lebih dari 2.500 orang meninggal akibat longsor dan pertikaian selama periode 2010-2015,” kata Doni, yang menerima gelar Doktor Honoris Causa dari IPB Bogor.

Sampai akhirnya Gunung Botak berhasil ditutup pada tanggal 14 November 2015 berkat kerjasama tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah, polda, dan masyarakat, serta media.

Program Citarum Harum

Begitu juga saat menjadi Pangdam Sliwangi di Jawa Barat, Doni membuat program menyehatkan Sungai Citarum dengan slogan Citarum Harum. Gagasan itu ia wujudkan dalam program Citarum Harum, yang membuat sungai kembali bersih dan sehat.

Harapannya dengan gagagasn itu sungai dan sumber daya alam di dalamnya dapat dimanfaatkan warga sekitar, salah satunya ikan-ikan lokal (ikan mas, mujair, lele) yang bisa dinikmati.

Program itu berlanjut walau Doni tahun 2018 di mutasi jadi Sesjen Watannas. Sebelum pindah Citarum Harun sudah memiliki payung hukum dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum terbukti ampuh.

“Dengan adanya payung hukum tersebut memayungi semua tindakan yang diperlukan mempercepat penanganan Citarum dan bisa berkelanjutan, walau saya pindah nantinya,” jelas suami Santi Ariviani ini.

Tidak lama kemudian, Doni dipindahkan menjadi Sesjen Watannas, seiring dengan itu pangkat Doni menjadi Letnan Jenderal. Walau lembaga tersebut kurang bergigi baik secara anggaran dan operasional.

Doni berhasil mengangkat marwah Watannas dengan keterlibatannya dalam penyelesaian masalah Papua. Beberapa tokoh Papua berhasil di kembalikan ke pangkuan ibu pertiwi, salah satunya keluarga Theys Hiyo Eluay.

“Berkali kali saya datang ke Papua untuk mencari penyelesaian secara damai yang humanis. Upaya itu membuahkan hasil dengan kembalinya beberapa tokoh Papua Merdeka ke pangkuan ibu pertiwi,” jelasnya sambil menambahkan itu tidak ada anggaran di Watannas.

Kepala BNPB, Sukses Kendalikan Kebakaran Hutan dan Lahan

Tidak lama di Watannas, Januari 2019 Doni dilantik jadi Kepala BNPB, lembaga yang dinaikkan levelnya menjadi badan negara setingkat menteri dengan kriteria jenderal bintang 3 TNI aktiv.

BNPB ini bertangung jawab ke Presiden Jokowi, salah satu tugas adalah rehabilitasi pasca bencana gempa di lombok serta mengendalikan kebakaran hutan dan lahan yang masih saja terjadi di beberapa Provinsi terutama di lahan gambut di Sumsel, Jambi, Riau dan beberapa daerah di Kalimantan.

Siang malam Doni mengkordinasikan dengan berbagai pihak, sesuai pesan Presiden Jokowi menekankan pentingnya pencegahan. Mencegah jauh lebih baik dibandingkan operasi pemadaman,” kata Doni di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (15/7/2019).

Sekitar bulan Agustus musim kemarau mulai melanda beberapa daerah di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan mulai terjadi, hingga Bulan September kawasan hutan gambut di sumsel, Jambi dan Riau terbakar hebat. ” Dengan koordinasi dan didukung peralatan, seperti pemadaman lewat udara, kebakaran bisa dikendalikan,” ungkapnya.

Sedikit bernafas lega, sepanjang tahun 2020, kebakaran hutan dan lahan bisa dikendalikan, walaupun terbakar dengan cepat diatasi. Apalagi pemadaman lewat udara sangat efektif. Masyarakat jadi lega, tidak lagi rutininas terjadi kabut asap.

Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid 19

Seiring dengan itu, muncul lagi bencana lebih dahsyat. Seluruh dunia di hantam pandemi Covid 19 tidak terkecuali Indonesia. Doni dipercaya menjadi Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid 19, sudah hampir satu tahun pemerintah Indonesia bekerja keras menangani pandemi ini. ” Saya harus tidur di kantor BNPB selama penanganan covid ini, agar penanganan dan koordinasi yang melibatkan semua instansi dan lembaga berjalan lancar,” ujarnya.

Tugas berat lainnya adalah pengadaan vaksin covid di tengah pro dan kontra. Persoalannya mulai dari pengadaan hingga penerimaan oleh masyarakat. ” Pengadaanya berjalan lancar dan vaksin sudah dilakukan sebanyak dua kali. Lebih kurang 10.966.934 orang Indonesia telah menjalani vaksinasi COVID-19 hingga April 2021 ini,” terang doni.

Untuk memutus penyebaran covid 19, pada lebaran tahun 2021 pemerintah melarang mudik mulai tanggal 7 Mei hingga 17 Mei 2021. ” Saya berkeliling ke daerah daerah menyampaikan pelarangan ini, langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran yang lebih masif. Belajar dari pasca liburan tahun 2020, angka covid meningkat,” jelasnya.

Perjalanan Karir

Doni Monardo lahir di Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963. Doni berdarah asli Minang. Ayahnya, Letkol CPM Nasrul Saad berasal dari Lintau, Kabupaten Tanah Datar dan sang ibu, Roeslina, dari Nagari Sungai Tarab, Tanah Datar. Karena ayahanda yang seorang prajurit, maka Doni kecil pun ikut berpindah-pindah.

Lahir di Cimahi, lalu menghabiskan masa kanak kanak di Aceh. Setelah itu, baru tinggal di Padang, hingga lulus SMA. Seperti pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Doni masuk Akademi Militer setelah lulus SMA. Tahun 1985 ia mengawali masa kedinasannya sebagai seorang prajurit.

Penempatan pertama langsung pada Komando Pasukan Khusus atau Kopassus tahun 1986 sampai dengan 1998. Selama di Kopassus dia pernah ditugaskan ke Timor Timur, Aceh dan daerah lainnya. Pada tahun 1999 hingga 2001, lelaki yang suka kegiatan menembak dan beladiri ini ditugaskan pada Batalyon Raider di Bali. Kemudian ditarik kembali di Paspampres hingga tahun 2004, lalu mengikuti pelatihan counter terrorism yang dilaksanakan di Korea Selatan.

Pada tahun 2005 sampai dengan 2006 Doni ditugaskan di Aceh. Setahun di sana, dia kembali ditarik ke Jakarta bergabung dengan Paspampres. Pada tahun 2006 dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, atau yang lebih dikenal dengan Kostrad. Salah satu program yang hingga kini dikenang masyarakat Makassar adalah penghijauan beberapa kawasan tandus di Sulawesi Selatan termasuk di sekitar Bandara Hasanuddin.

Setelah di Makassar, Doni di promosikan menjadi Dan Grup A Paspampres. Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik Indonesia ia sudah mengikuti kunjungan Presiden Indonesia ke 27 negara di dunia. Pada tahun 2010, Doni kemudian diberi kepercayaan menjadi Danrem 061 Surya Kencana Bogor. Selang beberapa bulan menjadi Danrem di Bogor, Doni diangkat menjadi Wadanjen Kopassus. Salah satu tugas yang melambungkan namanya adalah ketika ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Komando Satuan Tugas untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia. Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat menjadi Brigadir Jenderal.

Bulan April 2012 Doni mengikuti pendidikan PPSA XVIII di Lemhannas. Baru empat bulan di Lemhannas Doni dipromosikan menjadi Danpaspampres. Dua tahun kemudian diangkat Jadi Danjen Kopassus hingga 2015, lalu Jadi Pangdam Patimura hingga tahun 2017. Setahun kemudian diangkat jadi Pangdam Sliwangi. Kemudian mendapat bintang tiga letnan jenderal di Watannas. Januari 2019 diangkat Kepala BNPB hingga saat ini yang juga merangkap sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid 19.

”Hampir 36 tahun mengabdi ke negara ini dari tamat Akmil 1985 hingga saat ini, saya bekerja total dan banyak bekerja di lapangan. Hari ini Senin saya pensiun di TNI,” ujarnya.

Selamat Ulang Tahun Pak Doni. Mengabdi Tiada Henti. Untuk Kejayaan NKRI..[Nuansajambi.com]
Komentar

Tampilkan

Terkini