LINTAS ATJEH | ACEH SELATAN - Juru Bicara KPA, Refan Kumbara menyayangkan para Komunitas Puncak Grapella harus berdiri sendiri semenjak hadir ekowisata alam Puncak Grapella, sejak tahun 2016.
Puncak Grapella menjadi viral dan di sambut hangat oleh berbagai media sosial sehingga menarik wisatawan dari berbagai penjuru daerah berbondong ingin menikmati keindahan alam yang sangat dikagumi oleh masyarakat banyak berbagai kalangan bahkan luar Aceh Selatan.
Kondisinya pada tahun 2020 saat maju-majunya Puncak Grapella tiba-tiba lenyap dibakar orang tak dikenal pada tanggal 19 Agustus 2020 lalu, dimana sampai saat ini kasus pembakaran belum selesai.
"Kemudian pemilik lahan mengajak dan bermusyawarah melibatkan masyarakat untuk membangun kembali. Lalu memilih Saiful Anwar (Popon) sebagai Ketua Komunitas Puncak Grapella untuk mengelola wisata alam ini demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Karena dengan hidupnya lokasi wisata tersebut tentu akan merubah perekonomian khususnya masyarakat sekitar," ujar Refan.
Dikatakan Refan, Puncak Grapella yang berada di Gampong Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan merupakan sebuah ekowisata alam yang sangat menarik namun kondisi ini luput dari perhatian pemerintah. Ibarat kata pepatah "lage bak joe timoh dalam uten" tanpa perhatian pemerintah daerah.
"Seharusnya untuk memajukan wisata Aceh Selatan dinas terkait tentu tidak tinggal diam. Jika Kepala Dinas Pariwisata punya konsep dan punya inovasi, seharusnya menggaet atau berkolaborasi bukan justru membiarkan Komunitas Grapella berjalan sendirian. Karena dengan adanya dukungan pemerintah tentu akan menambah semangat pengelolaan Puncak Grapella dan semakin termotivasi demi untuk kemajuan daerah tentunya," ungkap Refan Kumbara.
Refan Kumbara menilai, pemerintah daerah dan dinas terkait masih lemah dalam melihat potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan Pendapatan Daerah (PAD) di sektor pariwisata. Salah satunya pegembangan ekowisata Puncak Grapella yang mulai di lirik oleh semua pengunjung wisata alam ini.
Menurutnya, seharusnya ada kerjasama, dan di dukung fasilitas seperti sarana dan prasarana, agar Puncak Grapella tidak mati ditelan bumi. Kondisi ini seharusnya penting, kehadiran pemerintah daerah tentunya dinas pariwisata untuk menjawab persoalan agar Puncak Grapella menjadi sebuah wisata lokal untuk menggaet wisatawan yang ingin menikmati keindahannya.
Jubir KPA ini meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk menggaet Komunitas Puncak Gaprella demi pengembangan ekowisata yang sudah ada agar bisa tumbuh berkembang, sehingga menjadi ikon baru bagi pariwisata Aceh Selatan ke depan.
Refan Kumbara yang juga penggiat sosial mengajak semua elemen masyarakat tidak anti terhadap kehadiran-kehadiran hal yang baru di Aceh Selatan, seperti ekowisata alam yang mulai hadir di tengah-tengah masyarakat. Tentu hal ini kita jaga dan kita dukung bersama kehadiran ekowisata demi menopang perekonomian baru bagi masyarakat.
"Kita harus banyak belajar dari daerah-daerah lain, bahwa dengan dunia pariwisata kehidupan UMKM bisa tertompang di sekitar lokasi wisata. Dengan demikian, tentu akan menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar lokasi dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal," ungkapnya, Jum'at (12/03/2021).[*/Red]