-->

Ketua Peusaba Aceh: Rakyat dan Bangsa Aceh Tolak Proyek IPAL Gampong Pande

08 Maret, 2021, 07.18 WIB Last Updated 2021-03-08T00:18:25Z
LINTAS ATJEH| BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh mengatakan Pemerintah Kota Banda Aceh dan Pejabatnya sepertinya tidak pernah berziarah ke Makam Para Raja dan Ulama era Kesultanan Aceh Darussalam (1205-1945). Makanya mereka tidak mengenal nisan Batu Aceh dan bentuk Batu Nisan Aceh. 

Walikota Banda Aceh mengeluarkan statement yang salah di dalam suratnya ke Kementerian PUPR dalam rangka melanjutkan proyek pembuangan tinja di Makam Ulama dan Raja, dengan mengatakan Makam Raja dan Ulama adalah makam masyarakat umum. 

Sebenarnya Walikota dapat dengan mudah membandingkan Makam Raja dan Ulama era Kesultanan Aceh Darussalam dengan berziarah ke Kawasan Bapperis disamping Meuligoe Gubernur Aceh, yang dulu dikenal sebagai Kuta Dalam atau Istana Darud Donya. 

Disana terdapat makam keluarga Kerajaan Aceh. Dan Walikota dapat dengan mudah mengunjungi makam disana karena sangat dekat dari kantornya, dan dapat melihat langsung mirip tidak dengan makam di Gampong Pande. Namun Pemko Banda Aceh malah mengatakan itu pemakaman masyarakat umum.

Ketua Peusaba mengatakan dia pernah mendengar kata orang tuha-tuha, bahwa jika Pemerintah Kota Banda Aceh dan Pejabatnya pernah berziarah dan berdoa di Makam Raja dan Ulama Kesultanan Aceh Darussalam walaupun sekali saja dalam hidupnya, pasti mereka tidak akan pernah menghancurkannya.

Ketua Peusaba menceritakan, bahwa pada masa lalu Gampong Pande adalah pusat peradaban Aceh Darussalam bersama Kawasan Lamuri. Syeikh Abdurrauf As Seljuqi keturunan Raja Seljuq Turki yang menguasai Baghdad pada masa Dinasti Kekhalifahan Abbasiyah telah datang ke Aceh.  Tujuan utama adalah dakwah Islam. Tujuan kedua adalah membuka kota satelit kekhalifahan di wilayah Asia Tenggara dan memperlancar hubungan perdagangan yang dibutuhkan oleh Khalifah. 

Putra Syeikh Abdurrauf As Seljuq yang bernama Sultan Johan Syah Seljuqi telah menjadi Sultan di Aceh setelah menikah dengan Putri Raja Lamuri. Gampong Pande dibangun oleh 500 rombongan yang dibawa Syeikh Abdurrauf As Seljuqi, sehingga kemudian dikenal dengan Gampong Pande atau Kampung Pandai, karena yang berdiam disana adalah orang-orang yang pandai dalam berbagai bidang ilmu.

Sedangkan Gampong Jawa adalah tempat persinggahan Jamaah Haji asal tanah Jawi yaitu negeri-negeri melayu. Setelah cukup belajar mengaji maka jamaah haji berangkat ke Pulau Rubiah Sabang kemudian menuju Maldives. 

Dalam Sejarah Maldives terdapat cerita tentang Burecca Of Maldives atau Ratu Maldives yang berlayar ke Aceh khusus untuk belajar ilmu seni bela diri di Aceh, kemudian kembali ke Maldives dan menaklukkan Wilayah Maldives.  

Dari Maldives para Jamaah Haji berangkat ke Pelabuhan Gujarat di wilayah India, kemudian menuju kawasan Pelabuhan Mucca Yaman, barulah dari Yaman dengan karavan kafilah jamaah haji berangkat menuju ke Mekkah.

Ketua Peusaba Aceh mengatakan Gampong Pande, Gampong Jawa dan sekitarnya, adalah kawasan penting era kesultanan Aceh Darussalam apalagi di Gampong Pande berdiam Wazir Paduka Sirama sedangkan di Gampong Jawa berdiam Syahbandar Muktabar Khan. 

Setiap kapal asing yang masuk Ke Aceh harus berhenti di Gampong Jawi/ Gampong Jawa  untuk memberikan hadiah kepada Seri Sultan, dan setelah mendapatkan izin dari Syahbandar Muktabar Khan barulah pedagang asing dapat berjumpa Sultan. Kadangkala tamu asing harus menunggu berbulan-bulan atau bertahun agar mendapatkan izin membeli lada dari Seri Sultan Aceh Darussalam.

Ketua Peusaba Aceh mengingatkan bahwa Kawasan Gampong Pande yang penuh sejarah, sudah selayaknya dijadikan kawasan sejarah bukti peradaban Islam Aceh, bukannya malah membuat proyek tinja dan sampah, apalagi kawasan Tinja dan Sampah ini adalah kawasan Kuta Farusah (Benteng para Pahlawan) yaitu Istana Darul Makmur Gampong Pande. 

Dalam literatur Turki Sultan Johan Syah Seljuqi dikenal dengan Nama Ghazi (Pejuang) karena beliaulah yang aktif membawa Islam dan semua Raja tunduk pada beliau dan masuk Islam menjadi muslim.

Sabda Sultan Johan Syah Seljuqi yang sangat terkenal adalah: "Saya adalah Sultan Bandar Aceh Darussalam. Saya datang memerdekakan manusia dari menyembah sesama manusia menjadi menyembah hanya kepada Allah". 

Jadi Sultan Aceh hanya menganggap manusia itu merdeka ketika manusia itu menghambakan diri semata-mata hanya kepada Allah, dan merdeka dari penyembahan kepada segala berhalanya berupa sesama manusia, uang, harta, kekuasaan, dan berhala-berhala lainnya.

Sejarah Aceh adalah sejarah agung Asia Tenggara dan Dunia Islam. Banyak ilmuwan asing terkagum-kagum ketika mengadakan penelitian di Kawasan Ibukota kesultanan Aceh Darussalam Gampong Pande Bandar Aceh Darussalam.

Namun yang amat disesalkan adalah Walikota Banda Aceh malah melanjutkan proyek IPAL di Gampong Pande. Seolah-olah Pemerintah Kota Banda Aceh hendak menantang dengan mengatakan "Kegemilangan Sejarah Islam di Aceh saya lenyapkan dengan Proyek Kota Gemilang, Proyek Pembuangan Tinja di Gampong Pande Bandar Aceh Darussalam".

Ketua Peusaba Aceh mengingatkan bahwa akan ada perlawanan terus menerus dari Rakyat dan Bangsa Aceh. Apalagi Gampong Pande adalah bukti kebesaran Sejarah Islam di Aceh Darussalam. 

"Rakyat Aceh akan melakukan tindakan apapun untuk melindungi kebesaran Sejarah Nenek Moyangnya. Apapun yang akan terjadi Rakyat dan Bangsa Aceh telah siap!" demikian Ketua Peusaba Aceh mengingatkan, Senin (08/03/2021).[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini