Dari bekas galian yang menunjukkan bahwa makam disana adalah makam raja-raja dan makam para ulama besar Aceh era Kesultanan Aceh Darussalam.
"Kami sangat terkejut dengan kabar bahwa pihak pembangunan proyek jalan Tol Kajhu berencana merusak dengan memindahkan kompleks situs purbakala tersebut," kata Ketua Peusaba Mawardi Usman, kepada LintasAtjeh.com, Rabu (10/02/2021).
Dia mengingatkan bahwa dalam proyek pembangunan jalan Tol Pandaan Malang Jawa Timur tahun lalu juga telah ditemukan situs sejarah purbakala, kemudian jalan tol diubah dan digeser, hal yang sama harusnya juga dilakukan untuk melindungi makam purbakala di Kawasan Situs Sejarah Kajhu Aceh Besar.
Kawasan Situs Sejarah Kajhu yang ada di Baitussalam, adalah kawasan khusus era kesultanan Aceh Darussalam yang tunduk dan diperintah langsung dibawah Sultan yaitu diantaranya meliputi kawasan Kajhu, Cadek, Lambada, Kuala Gigeng dan sekitarnya. Kawasan ini merupakan kawasan penting era Kesultanan Aceh Darussalam.
Kawasan Kajhu sejak dulu terkenal sebagai tempat kediaman para keluarga Raja. Sejarah mencatat Tuanku Hasyim Banta Muda (1848-1897) Wali Sultan Muhammad Dawod Syah dan Panglima Perang Aceh yang melawan Van Swieten, dilahirkan disini. Kawasan ini juga dikenal sebagai tempat berdiam Wazir Sultan Panglima Paduka Sinara yang juga Ulebalang Pulau Weh.
Terdapat juga Ulebalang lain yang terkenal Teuku Paya Ulebalang Mukim Paya dan Lambada, beliau adalah anggota Dewan Delapan yaitu 8 pembesar Aceh yang melakukan lobi melawan Belanda di Penang. Ketika Perang Aceh terjadi, Teuku Paya mengirimkan surat kepada Presiden Amerika U.S. Grant (1869-1877) dan kepada Presiden Perancis (1873-1879) Marshal Mc Mahon.
Kemudian situs sejarah pemakaman para pembesar kesultanan Aceh Darussalam di Gerbang Jalan Tol Kajhu Cot Paya Aceh Besar, kompleks situs purbakala berusia ratusan tahun tersebut saat ini dalam kondisi terancam hilang dan musnah oleh proyek jalan tol.
Sementara itu Kapolsek Baitussalam Ipda Safrizal S.Sos, saar meninjau ke lokasi menyatakan bahwa kawasan situs sejarah wajib dijaga sehingga proyek dapat berlanjut tanpa mengenai kawasan situs sejarah.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya. Melanjutkan pembangunan penting, tapi menghormati nenek moyang yang telah berjuang untuk bangsa Ini juga tidak kalah pentingnya," kata Kapolsek Baitussalam.[*/Red]