Nama Peusangan sudah lama tertulis dalam naskah lama berbahasa Arab Melayu Aceh. Hikayat Raja Pase, salah satu hikayat tertua di Aceh yang diperkirakan ditulis pada tahun 1351, telah menyebutkan nama Peusangan dan Bireuen.
Dalam Hikayat Raja Pasee terdapat cerita tentang dua orang Raja yang bersaudara, yaitu Raja Ahmad dan Raja Muhammad yang berdiam di Negeri Samalanga. Dalam hikayat itu juga diceritakan bagaimana Meurah Silue (Sultan Malikussaleh) dan Meurah Hasum melanjutkan perjalanan ke Bireuen. Kemudian keduanya berdiam di dekat Sungai Peusangan. Setelah itu Meurah Silue pindah ke Samudera Pasai dan menjadi Sultan di Kerajaan Samudera Pasai.
Hikayat Malem Dagang adalah hikayat yang menceritakan ekspedisi Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang terkenal melawan Raja Si Ujud atau Portugis di Malaka. Untuk melawan Raja Si Ujud, yang pertama didatangi oleh Sultan adalah Panglima Pidie, Jenderal terkuat kesultanan Aceh Darussalam. Panglima Pidie bergelar Maharaja Indra.
Ketika Sultan Iskandar Muda tiba di Peusangan Sultan Iskandar Muda kagum dengan kisah kedermawanan Raja Deurema yang diceritakan oleh Ja Faqeh, bahwa Raja Deurema menjual kain limong haih samah atau 5 hasta seemas atau sedirham tanpa mengambil keuntungan, untuk membantu rakyat yang miskin.
Raja Deurema adalah Raja di Gampong Raya Peusangan, sebelum kesultanan Aceh Darussalam dipersatukan oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1507-1530). Raja Deurema menurut hikayat menikah dengan Siti Bangsawan anak Meureuhom Peudada (1507 M), masa hidup Raja Deurema jauh sebelum masa Sultan Iskandar Muda.
Iskandar Muda yang kagum dengan kedermawanan Raja Deurema, yang menjual murah demi membantu rakyatnya, terinspirasi dan mengatakan akan menjual kain 7 Hasta satu emas atau satu Deureham untuk rakyat miskin, yang dapat digunakan oleh orang miskin dan anaknya. ini terjadi pada era kejayaan kesultanan Aceh Darussalam. Ketika era kemunduran, dalam hikayat Pocut Muhammad, Ija Sihah Samah atau satu hasta satu emas itu sudah tidak menguntungkan lagi bagi pemilik harta, jauh berbeda dengan masa Sultan Iskandar Muda.
Pabrik ulat sutra Aceh di Peusangan terkenal di dunia bahkan sebelum perang Aceh dengan Belanda. Dalam sejarah, Pasukan Gajah Peusangan yang dikirimkan sangat membantu Sultan Iskandar Muda menaklukkan Deli yang memiliki benteng yang kuat dalam dua pekan, 900 gajah tempur adalah andalan Sultan Iskandar Muda menaklukkan Deli dan seluruh kawasan Melayu yang diserang Portugis, kemudian mengarahkan serangan utama kepada Portugis di Malaka.
Dalam Bustanussalatin Ketika Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) berziarah ke Pasai tahun 1638 beliau singgah di kawasan Jeumpa. Sultan Iskandar Tsani bertanya mengapa Pemimpin atau Panglima dikawasan Jeumpa datang terlambat, kemudian datanglah Raja Kenayan yang menyatakan Gajah sudah dicari, akhirnya barulah Sultan Iskandar Tsani berangkat ke Peusangan untuk menangkap gajah.
Hikayat Pocut Muhammad (1735-1760) menceritakan bagaimana rakyat Peusangan menangkap Gajah dipimpin oleh Panglima Keudah. Ketika Gajah yang paling besar dan berbahaya menyerang Panglima Keudah, dengan tatapan matanya Panglima Keudah dapat menundukkan sang gajah.
"Dalam Ekspedisi Kuta Peusangan, Tim Peusaba Aceh menemukan makam Raja Deurema, tokoh yang sesuai dengan isi Hikayat Malem Dagang di kawasan Gampong Raya Tambo Peusangan, serta makam keluarga Raja abad ke 16 M yang tak jauh dari makam Raja Deurema, dan Tim juga menemukan beberapa makam lain seperti makam Cut Ponde di kawasan Gampong Babah Jurong Kutablang. Tim juga menemukan makam abad 15 Masehi tak jauh dari makam Cut Ponde" demikian penjelasan sejarah menurut koordinator ekspedisi Muammar Al Farisi.