"Sudah menjadi kebiasaan, saat memasuki panen raya membuat para petani padi di Abdya kewalahan untuk menjual hasil panen meraka, merosotnya harga gabah tersebut mau tidak mau para petani tetap menjual hasil panen mereka demi kebutuna ekonomo dimasa pandemi Covid-19," ungkap Hafijal melalui rilis yang diterima Lintas Atjeh, Sabtu (13/02/2021).
Oleh sebab itu, kata Hafijal, (Hipelmabdya) meminta dPRK Komisi B Abdya untuk lebih peka, mendengar dan menyalurkan aspirasi masyarakat petani kepada pihak yang terkait agar persoalan merosotnya harga gabah cepat ditanggapi, selain itu kami jugak berharap kepada anggota DPRK Abdya memanggil Bupati Abdya untuk mempertanyakan kapan kilang padi modern di fungsikan untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Seharusnya bapak dewan yang membidangi permasalahn tersebut lebih tahu dan peka terhadap persoalan merosotnya harga gabah, karena ini sudah menjadi tanggungjawab DPRK dan Pemerintah Abdya," ujarnya Hafijal.
Karena mayoritas masyarakat Aceh Barat Daya menggantungkan hidup di bidang pertanian khususnya komoditas padi, sehingga saat harga jual gabah rendah akan mengurangi pendapatan masyarakat. Hal tersebut tentu saja mengurangi daya beli dan perputaran uang di tengah masyarakat.
Hafijal juga mengatakan, kami tidak tutup mata untuk melihat pogram Pemerintah Abdya yang selama ini banyak menyentuh para petani, itu artinya kepedulian pemerintah patut kita apresiasi.
"Tapi kami berharap pendapingan tersebut jangan hanya dilakukan paska pemberian bibit gratis, penggerapan lahan ada subsidi biaya gratis, dan pembagian pupuk gratis, tapi paska panen tiba DPRK dan Pemerintah juga harus turun tangan," sarannya.
Jika dibiarkan, sambungnya, permasalahan tersebut terus-menerus dan membiarkan petani bertarung dengan agen pengepul dengan terpaksa para petani harus menjual hasil panennya dengan harga yang rendah.
"Bukankah kehadiran pabrik padi modern yang terletak di balai benih utama Kecamatan Tangan-Tangan yang di bangun menelan anggaran 7, 75 Milyar, yang mampu mengeringkan padi dengan kapasitas 30 ton per 8 jam. Karena cita-cita awal pembangunan pabrik tersebut untuk mensejahterakan petani, mengatasi anjloknya harga gabah saat panen raya, dan mengeringkan padi, meningkatkan kelas dan menghasilkan kesenjangan harga jual beras kelas premium dan medium," pungkas Hafijal.[Wahyu]