Ekosistem Beutong terletak di Kabupaten Nagan Raya, dengan luas lebih kurang 127,000 ha. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah, yang merupakan rumah dari lebih kurang 132 mamalia, 382 spesies burung, 80 jenis reptil dan amfibi. Kerusakan hutan dan kehilangan habitat yang diakibatkan perburuan, fragmentasi hutan, alih fungsi lahan dan pertambangan merupakan ancaman terbesar terhadap eksistensi ekosistem alam Beutong di masa depan.
KSLH-Aceh berkolaborasi dengan Lets Birding Sumatra dan Dinas Perpusatakaan dan Arsip Kabupaten Nagan Raya melakukan pelatihan dengan tema Perlindungan Habitat Burung dengan Pendekatan Pengembangan Ekowisata di Beutong Ateuh Banggalang pada tanggal 6 Februari 2021.
Kegiatan yang didukung oleh Oriental Bird Club (OBC) ini menghadirkan pemateri dari KSLH-Aceh, Lets Birding dan Dinas Pariwisata Kabupaten Nagan Raya serta di hadiri oleh perwakilan dari 4 desa di Kecamantan Betung Benggalang, Kelompok Sadar Wisata, anggota Polsek, anggota Koramil, Mahasiswa, dan Dinas Pariwisata.
Dalam kata sambutan sekaligus pembukaan acara pelatihan Ekowisata ini, Camat Beutong Ateuh Banggalang, Rustam Effendi M.Pd menyampaikan bahwa sangat mendukung terlaksananya kegiatan pelatihan tersebut. Dimana selain dapat menjaga kelestarian alam di ekosistem Beutong, kegiatan ini juga dapat memperkuat ekonomi masyarakat setempat di kemudian hari.
Berdasarkan data KSLH-Aceh dan Lets Birding Sumatra yang di sampaikan, ekosistem Beutong memiliki 24 jenis burung endemic Sumatera, dimana 3 diantaranya merupakan spesies endemic bagian utara Sumatera dan 2 spesies yang memiliki status terancam punah dari IUCN.
Heri Tarmizi, Koordinator KSLH-Aceh dalam presentasinya menyebutkan ekosistem Beutong merupakan daerah potensial untuk dikembangkan wisata berbasis ekologi (ekowisata) dengan manajemen yang dikelola oleh masyarakat lokal. Selain topografi, flora dan fauna, kearifan dan budaya lokal juga bisa menjadi potensi yang besar dalam pengambangan ekowisata di Beutong Ateuh Banggalang.
Dalam kegiatan tersebut, KSLH-Aceh juga mendorong masyarakat Beutong Ateuh Banggalang bersama perangkat gampong untuk membuat qanun gampong mengenai perlindungan satwa terutama burung sebagai bentuk kearifan lokal dalam perlindungan habitat satwa endemik di ekosistem Beutong.
KSLH-Aceh sebagai lembaga swadaya masyarakat yang selama ini konsen dengan perlindungan habitat satwa terutama burung di Provinsi Aceh, akan terus mendampingi masyarakat Beutong Ateuh Banggalan. Program KSLH-Aceh fokus pada penyadartahuan masyarakat untuk melindungi dan memanfaatkan alam dengan cara yang lestari sehingga bukan hanya dapat melindungi habitat satwa, namun juga dapat memperkuat perekonomian masyarakat.
Penguatan perekonomian masyarakat yang diimbangi dengan pengelolaan ekosistem Beutong yang lestari, merupakan langkah penting untuk memastikan perlindungan habitat satwa terutama burung-burung endemik. Dengan adanya pemahaman dan kesadaran masyarakat, serta berkembangnya perekonomian yang lestari, Ekosistem Beutong dapat terus memberikan manfaatnya kepada seluruh makhluk Allah SWT, seperti air bersih, udara, dan keseimbangan alam. (*/Red)