"Jadi pelatihan-pelatihan yang dibuat itu hanyalah untuk menyambut adanya Imam Mahdi jika turun di Indonesia," ujar Al Chaidar kepada Medcom.id, Senin, 21 Desember 2020.
Chaidar menilai gerakan JI di Indonesia sudah tidak aktif. Gerakan radikal fokus untuk berdakwah tanpa melakukan serangan teror.
Selain itu, hubungan yang sempat terjalin antara JI dan grup ekstremis Al-Qeadah sudah terputus. Sehingga kecil kemungkinan JI akan kembali membuat teror.
"(JI) mereka tidak mungkin lagi untuk bisa terlibat di dalam gerakan-gerakan dan serangan- serangan teror," tutur dia.
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan pengaderan teroris muda yang dilakukan kelompok JI teragenda rapi. Polri mendapat informasi ada 91 anggota JI dilatih secara militer.
"Sebanyak 66 (anggota) di antaranya sudah dikirim ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teror di sana," kata Argo dalam keterangan tertulis, Sabtu, 19 Desember 2020.
Argo mengatakan kelompok JI telah menyiapkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan khusus untuk mempersiapkan kekuatan melawan negara. Sebanyak 66 anggota yang tergabung dalam kelompok teror di Suriah disebut berperan aktif dalam konflik.
"Kemampuan yang sudah diasah di tempat pelatihan dan medan tempur sebenarnya (Suriah) menjadikan mereka sebagai potensi ancaman nyata,” ungkap dia.[Medcom]