-->

Gandeng DLH, Kader PAN Aceh Tamiang Dibekali Keahlian Mengolah Limbah Plastik Menjadi Paving Block

08 Desember, 2020, 15.45 WIB Last Updated 2020-12-08T08:55:39Z

LINTAS ATJEH | ACEH TAMIANG - Mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat yang masih sangat tergantung kepada kantong plastik memang bukanlah persoalan mudah. Sebagai langkah awal, kini mulai diterapkan kantong plastik berbayar guna mengurangi sampah plastik.


Namun sebaiknya, sampah plastik juga harus dikelola dengan baik agar menjadi hal yang bermanfaat. Salah satu yang dipandang penting oleh Partai Amanat Nasional (PAN) adalah memanfaatkan limbah plastik menjadi paving block.

"Kebijakan kantong plastik berbayar haruslah dipandang sebagai langkah awal penanganan yang lebih sistematis, terpadu, dan komprehensif. Hal ini juga akan menjadi langkah awal menuju zero kantong plastik," demikian kata Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Aceh Tamiang, Juanda.S.IP," pada saat pelaksanaan acara pendidikan politik, di lokasi TPA Kampung Durian, Kecamatan Rantau, Senin (07/12/2020).

Acara tersebut bertajuk "Pendidikan Politik Upaya Membekali Keahlian Pembuatan Paving Block dari Sampah Plastik" dilaksanakan oleh DPD PAN Kabupaten Aceh Tamiang yang bekerja sama dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.

Selanjutnya, Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) ini yang akrab disapa Bang Juanda menyampaikan bahwa penerapan kebijakan kantong plastik berbayar oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Asprindo) sejak 1 Maret lalu memang mengundang silang pendapat. Menurut Bang Juanda, munculnya pro kontra itu disebabkan karena belum terwujudnya kesepahaman, baik menyangkut faktor konseptual, regulasi maupun operasional.

"Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh stake holder kembali duduk bersama merumuskan dan menyatukan sikap serta pandangan tentang kebijakan kantong plastik berbayar, utamanya dari sisi konseptual, otorisasi, regulasi, dan operasional yang komprehensif," beber Bang Juanda.
Lebih lanjut Bang Juanda mengatakan, sasarannya plastik berbayar memang jelas, antara lain yakni mengurangi pemakaian kantong plastik. Konsumen diharapkan akan beralih kepada kantongan yang lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama.

Kebijakan kantong plastik berbayar ini selaras dengan komitmen Partai Amanat Nasional (PAN) yang sedang giat mengampanyekan slogan 'sayangi bumi dengan diet plastik'.

"Acara ini bertujuan memberikan informasi tentang dampak ketergantungan konsumsi plastik bagi lingkungan hidup dan mengedukasi warga untuk beralih ke bahan ramah lingkungan," jelasnya lagi.

Selanjutnya, Bang Juanda pun akan mengajak kadernya untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi paving block. Sampah plastik bisa didaur ulang untuk dapat dimanfaatkan sebagai bangunan.

"Selain itu, kita juga ingin terus mendorong kreativitas dan inovasi yang dilakukan sejumlah warga yang mengubah limbah plastik menjadi paving block," tutur Bang Juanda.

Sebelumnya Kepala Dinas Lingkungan Hidup ,(DLH) Kabupaten Aceh Tamiang Sayed Mahdi, SP. M.MI. MMA, yang diwakili oleh Sekretaris DLH Ismawati SP, mengatakan acara Pendidikan Politik Upaya Membekali Keahlian Pembuatan Paving Blok dari Sampah Plastik bagi Kader PAN Aceh Tamiang yang kerjasama dengan DLH. 
"TPA Kampung Durian merupakan tempat pengelolaan akhir sampah, dan sumber bahan baku pembuatan paving block tersebut ada disini, di TPA. Kami perkenalkan tempat pengelolaan akhir sampah Kampung Durian ini terdiri dari kolam Sanitary Landfill yaitu kolam tempat pembuangan sampah," jelas Sekretaris DLH Aceh Tamiang, Ismawati.

Kemudian, Ismawati menyampaikan ucapan terima kasih kepada para peserta, teman-teman dari Partai PAN yang sudah mempersiapkan kader-kader sebagai motivator yang nantinya bermanfaat di tengah-tengah masyarakat dalam hal pemanfaatan sampah plastik.

"Harapan kami mungkin ini bisa diperluas, kalau hari ini kita belajar pelatihan tentang pengelolaan penggunaan plastik tetapi mungkin di lain hari dan waktu bisa dalam hal lainnya," tutup Ismawati.

Berdasarkan informasi yang dihimpun LintasAtjeh.com, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang melakukan berbagai cara melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang pertama sekali menyediakan tong tong sampah pilah yang berfungsi untuk memilah sampah dan nantinya setelah dipilah langsung bisa dimanfaatkan berdasarkan sampah ataupun jenis sampah, melakukan pengurangan sampah rumah tangga ini sudah kita rencanakan melalu Perbup Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di tahun 2021 akan selesai perbupnya.

Sampah rumah tangga yang tidak dapat dimanfaatkan kembali inilah yang akan   dikutip dan dikumpulkan dan dibuang ke TPA. Pengelolaan sampah selama ini masih dikumpul-kumpul, lalu dibuang keseluruhannya ke dalam kolam sanitary landfill. Ini ada kelemahannya di mana kolam sanitary landfill waktu pemakaiannya lebih cepat penuh Jadi kalau di pillah yang tidak bisa diolah yang dibuang ke TPA masa pakai TPA lebih lama. pengelolaan sampah dilaksanakan dengan 3R Reuse, Reduce dan Recycle, jadi pembuatan paving blok dari sampah plastik merupakan salah satu cara pemanfaatan dan pengurangan sampah.

Di kesempatan lain, Ketua Bank Sampah Induk Syahrial, menilai pengelolaan sampah di Indonesia masih memprihatinkan. Perlu keseriusan semua pihak, terutama pemerintah agar pengelolaan sampah lebih baik.
"Masalah pengelolaan sampah masih belum efektif. Manajemennya masih sangat buruk," kata Syahrial selaku aktivis sampah di Aceh Tamiang.

Ia menjelaskan, Undang-Undang sebenarnya sudah cukup baik dalam mengatur pengelolaan sampah. Tetapi pada peraturan pelaksana dan impelementasi di lapangan, masih banyak kendala.

Syahrial turut menjelaskan bahwa saat ini hampir seluruh kabupaten/kota kapasitas pengelolaan sampah hanya lima puluh persen. Artinya, hanya 50 persen sampah yang bisa terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Sisanya dibuang ke kali, sungai atau kebun," beber Syahrial.

Tambahnya lagi, metode pengelolaan, sampah pun masih sangat tradisional yaitu mengumpulkan, mengangkut dan membuang. Belum ada metode yang efektif misalnya bagaimana melakukan daur ulang atau memanfaatkan sampah.

Bahkan, lanjut Syahrial, hal yang memprihatinkan, yakni banyak kabupaten/kota di Indonesia tidak mempunyai data secara jelas mengenai volume sampah dan jenis-jenisnya. "Karena itu yang perlu dilakukan salah satunya pendataan sampah. Mana sampah organik, mana sampah yang bisa didaur ulang, dan mana saja sampah plastik," ujarnya.

Bahkan, terangnya lagi, masalah yang lebih memprihatinkan yakni dana pengelolaan sampah di kabupaten sangat kecil. "Bagaimana mau mengelola sampah, kalau anggarannya kecil sekali," paparnya.

"Karena itu, perlu langkah-langkah dari parlemen dan pemerintah terutama untuk menyokong anggaran. Kampanye pendidikan kepada warga penting sekalinagar pengelolaan sampah bisa lebih baik," pungkasnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini