DPD BAS Aceh mengatakan, kelas kreatif PPAK yang sengaja diadakan di warkop ini, merupakan langkah yang harus diperjuangkan secara berkesinambungan demi mengatasi dampak negatif game online.
"Kelas kreatif PPAK ini sengaja diadakan di warkop, dikarenakan untuk mengubah pemikiran masyarakat bahwa warkop hanya untuk ngopi, namun bisa juga untuk edukasi. Kegiatan kelas kreatif PPAK ini juga akan diperjuangkan secara berkesinambungan dengan tema lainnya, seperti menulis berita, edit video, desain grafis dan digital marketing, terutama Ibu Rumah Tangga (IRT) yang ingin membantu suami," ujar Ketua DPD BAS Aceh, Isa Alima, yang juga mantan anggota DPRK Pidie dua periode ini.
Selanjutnya, Instruktur Kelas Kreatif PPAK, Sulthan Alfaraby mengatakan, bahwa dirinya sudah meraih pemasukan jutaan rupiah melalui kemampuan digital yang dimiliki dan bekerjasama dengan berbagai lembaga.
"Saya berterimakasih kepada segala pihak yang membantu. Melalui kelas kreatif PPAK ini saya berharap kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama kita membangun softskill atau kemampuan digital. Dengan adanya pelatihan softskill ini, nantinya mereka bisa sampaikan lagi ke keluarga di rumah. Hal ini kita harap akan menciptakan ayah produktif, ibu kreatif dan anak yang positif. Saya Saya katakan begitu, karena kemampuan digital yang saya miliki telah melahirkan pemasukan jutaan Rupiah melalui pekerjaan desain grafis dan menulis. Selain itu, saya juga bekerjasama dengan berbagai lembaga. Artinya, ini adalah sesuatu yang luar biasa meskipun banyak yang menganggap sepele", tambahnya.
Ia menambahkan, bahwa upaya yang dilakukan oleh DPD BAS Aceh dan pihaknya merupakan gerakan mandiri yang tidak berorientasi kepada keuntungan materil, melainkan demi semangat memberantas pengangguran, peningkatan kemandirian dan kreatifitas masyarakat serta membantu pemerintah untuk menanggulangi dampak negatif game online yang marak terjadi di Bumi Serambi Mekkah.
"Saya mengapresiasi DPD BAS Aceh karena sudah bekerjasama untuk mengadakan kelas kreatif ini, yang dimana para peserta kita batasi maksimal 15 orang demi fokusnya pembelajaran sembari ngopi santai. Untuk ke depan, ini akan dibuat lagi secara berkesinambungan. Kita tidak berorientasi kepada materil, melainkan karena semangat berbagi hal positif yang menggebu-gebu saja. Jika mengundang instruktur lain mungkin honornya ratusan ribu sampai jutaan, namun kalau saya itu gratis dan lebih fokus kepada pemberdayaan, agar nantinya yang kita bina ini bisa siap pakai dalam sektor kreatifitas berbasis digital," tegasnya.
Sulthan Alfaraby yang sudah lama hobi menggeluti bidang digital dan komputer sejak SMP, juga menceritakan bahwa dirinya pernah dikeroyok akibat dituduh meretas akun game.
"Saya menggeluti ini sejak masih Sekolah Menengah Pertama (SMP), saat itu di kalangan teman-teman hanya saya yang menggeluti lebih lanjut tentang ilmu digital di komputer. Sampai suatu hari, saya dikeroyok di sekolah karena dituduh oleh seseorang telah meretas akun game. Mereka mungkin menuduh karena saya hobi bereksperimen terhadap akun orang lain saat itu, meskipun nyatanya bukan. Ini berarti, kemampuan yang kita punya membuat kita terlihat istimewa dan diakui di tengah-tengah masyarakat", cerita Sulthan sembari tertawa lepas.
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan agenda foto bersama dan juga makan siang bersama peserta didik yang terdiri dari IRT dan anak-anak muda.[*/Red]