Pada kesempatan ini, Junaidi Hasbalah menyempatkan waktu untuk memperkenalkan, bahkan menceritakan proses pembuatan alat musik yang telah diproduksinya kepada mahasiswa yang ada di desa tersebut.
Ia juga mempersilahkan mahasiswa untuk mencoba memainkan alat musik tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk menambah minat kawula muda untuk tetap melestarikan kebudayaan yang ada di Aceh. Hal ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang berasal di luar daerah supaya mereka bisa mengenal alat musik di luar daerahnya.
Mahasiswa yang terdapat di desa tersebut ikut menyaksikan beberapa alat musik yang telah diproduksi, beberapa di antaranya rapai, serune kale, gendrang, dan lain sebagainya. Ia juga ikut memproduksi canang apabila ada permintaan. dalam kegiatan tersebut Junaidi Hasbalah yang juga selaku pemilik usaha tersebut menjelaskan beberapa hal terkait alat musik hasil produksinya yang telah berhasil di ekspor ke beberapa negara.
“Alat musik yang saya produksi telah berhasil di ekspor ke beberapa negara, bahkan lebih banyak di ekspor keluar dibandingkan di daerah sendiri. Harga yang dijual pun bervariasi, bisa dibeli per set maupun satuan,“ kata Junaidi Hasbalah selaku pemilik tempat usaha yang diberi nama Jamboe Tuha tersebut, Jum'at (13/11/2020).
Dalam hal ini, Junaidi juga menjelaskan bahwa beberapa sekolah dan kampus di Lhokseumawe telah menggunakan alat musik buatannya, bahkan banyak yang berkunjung. Sanggar-sanggar yang terdapat di Lhokseumawe juga telah menggunakan hasil produksinya.
"Di masa pandemi Covid-19 selama 3 bulan belakangan tidak bekerja sama sekali. Tapi saat ini sudah memulai bekerja kembali. Pada beberapa kesempatan atau kegiatan di desa, saya juga mencoba mempromosikan alat musik Aceh ini supaya lebih dikenal banyak kalangan dan ikut melestarikan alat musik Aceh. Usaha ini juga didukung dan ikut dipromosikan oleh keluarga," terang Junaidi Hasbalah.