Berdasarkan arahan dari Kementrian Kesehatan, diwajibkan menggunakan masker bagi semua warga terutama yang hendak keluar rumah. Anjuran itu sesuai dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Bagi masyarakat dapat menggunakan masker kain yang bisa di cuci berkali-kali namun tetap menjaga jarak 1-2 meter dan penggunaan masker bedah atau N-95 yang hanya sekali pakai di prioritaskan untuk petugas kesehatan. Memakai masker agar juga melindungi diri dan keluarga.
Kelompok 151 beranggotakan tujuh orang yaitu Ikhwan Ilafi dari prodi Teknik Mesin, Lamkaruna Rizki, Muliadi, Muammar Khadafi, Atika Ritonga, Desi Afrillia, dan Ira Sahara dari prodi Teknik Kimia. Kelompok ini dibimbing oleh DPL Dr. Yulia, S.H., M.H.
Sedangkan Kelompok 377 beranggotakan tujuh orang yaitu Alfathan Anshori, Jagad Iskandar, Muhammad Abrar, Dewi Lestari, Liza Maulina, Yana Lubis, dan Zahratun Mauliza. Mereka berasal dari Prodi Teknik Kimia. Kelompok ini dipandu oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Teuku Kemal Fasya, S.Ag., M.Hum.
Peduli dengan kesehatan ibu-ibu pengajian dimana kegiatan ini dilakukan secara berkumpul serta dengan kurun waktu kurang lebih tiga jam, oleh karena itu dua kelompok mahasiswa KKN, yaitu kelompok 151 dan kelompok 377, berkolaborasi bersama untuk membagikan masker sebelum dimulainya acara pengajian rutin tersebut.
Menurut Lamkaruna Rizki, Ketua Kelompok 151, kegiatan ini diharapkan bisa berkontribusi dalam menurunkan kasus penularan terhadap virus Covid-19.
“Aksi pembagian masker ini kami harap bisa ikut membantu pemerintah dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19. Kami juga melakukan sosialisasi kepada para ibu-ibu pengajian tentang pentingnya jaga jarak dan penggunaan masker pada masa pandemi seperti saat ini,” ujarnya, Jum'at (13/11/2020).
Selain itu, Ketua Kelompok 377, Jagad Iskandar menuturkan bahwa salah satu pihak yang rentan terjangkit virus adalah mereka yang melakukan aktivitas berkumpul namun tidak mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker.
“Meskipun pengajian dilakukan di dalam ruangan tertutup namun kegiatan ini dilakukan secara berkumpul. Dimana saat melakukan aktivitas berkumpul, para ibu-ibu pengajian sering tidak menggunakan masker dan kadang adanya kontak fisik saat mendengarkan tausyiah sehingga potensi penyebaran virus sewaktu-waktu bisa saja terjadi,” sebutnya.
"Kami berharap kegiatan ini bisa ikut membantu pemerintah setempat dalam gerakan menggunakan masker sesuai protokol kesehatan terutama di era new normal ini,” pungkas dia.[*/Red]