-->

Ketegasan Imam Gampong Mempengaruhi Minimnya Tingkat Perceraian

23 November, 2020, 22.42 WIB Last Updated 2020-11-23T15:42:46Z

PERCERAIAN merupakan suatu problem yang  sering terjadi di masyarakat, banyak sekali perceraian disebabkan oleh perekonomian yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ada juga perceraian terjadi karena adanya kekerasan dalam rumah tangga. 


Di Desa Uning dari hasil yang saya wawancarai dengan Kepala Kampung, Sadri R atau yang sering disapa Ama Reje.  Semenjak saya menjabat, ucap Ama Reje, dari tahun 2016 sampai 2020 sekarang ini tingkat perceraian di Desa Uning sudah berkurang.


Saya lihat perceraian lebih banyak terjadi di data imam kampung yang pertama, nama beliau  Bukhari yang sering disapa Aman Uris. "Dia hanya menjabat sebagai imam kampung selama 2 tahun dari 2016 sampai 2018 tingkat perceraian mencapai 10 orang," ucap Ama Reje.


Mungkin di masa dia menjabat banyak tingkat perceraian yang terjadi. Ada yang disebabkan suaminya nikah lagi dan kebanyakan perceraian terjadi di Kampung Uning karena perekonomian. Sebagai imam kampung ketika masyarakat datang yang ingin bercerai tentu diberi arahan dulu, di kasih beberapa pertanyaan. Tapi kebanyakan setiap orang yang datang ke aman uris (imam kampung) untuk mengurus perceraian.


Rata-rata  perceraian terjadi di tahun 2018 beliau mengundurkan diri karena umur yang sudah tua. Masa jabatan imam beliau disambung dengan Alfata yang sering disapa (Aman Wardah). Beliau menjabat semenjak pengunduran diri sebagai imam kampung yang pertama dari tahun 2018 sampai 2020.

Dalam kurun waktu 2 tahun ini, saya lihat tingkat perceraian menurun drastis, mungkin perekonomian masyarakat membaik. Yang datang ke imam kampung ini juga ada untuk bercerai, tapi ada datang untuk kedua kalinya hanya melaporkan bahwasanya sudah berdamai. 

Mungkin mekanisme imam kampung yang pertama beda dengan yang kedua dalam mengatasi perceraian. "Di masa jabatan Pak Alfata tingkat perceraian cuma terjadi dua orang," ucap Ama Reje.


Penulis: Malikul Saleh (Mahasiswa Fakultas Ushuludin Jurusan Sosiologi Agama Universitas Ar Raniry Banda Aceh)

Komentar

Tampilkan

Terkini