By: Lisa Ulfa
Ibu,
Dirimu adalah sekuntum bunga yang indah
Lagi harum dan mendamaikan hati
Ingin ku berlama-lama menyentuh daun-daunmu, menciumi harummu, dan jika Allah mengizinkan aku ingin memilikimu seutuhnya.
Betapa aku menyukai warna merahmu, menyenangi teduhnya diammu.
Dan pada kasihku yang tiada dua, hanya ingin kuserahkan untuk mu sahaja.
Dunia adalah tempat yang dingin, lalu engkau mengajariku apa itu kehangatan. Dunia adalah tempat yang panas, lalu engkau mengajariku bagaimana berlindung dari kepanasan.
Ibu,
Dirimu ingin aku tidak sepertimu. Tidak bercocok tanam di pagi hari, tidak menjadi perempuan pembawa bakul dari pasar ke pasar atau menjadi pedagang kaki lima.
Engkau mengajariku kata-kata, engkau mengajariku angka-angka, supaya aku tak seperti ibu. Supaya aku pandai menulis dan membaca.
Namun pada dasarnya, Ibu adalah teladan ku. Ibu adalah pahlawan yang jasa-jasanya tidak mampu terbalaskan.
Ibu,
Betapa aku mengagumimu. Kagum pada kesederhanaan dan kebijaksanaan sifatmu. Engkau telah mengajariku tersenyum , maka aku akan tersenyum. Engkau telah mengajariku beryukur maka aku akan bersyukur. Engkau telah mengajariku menulis maka aku akan menulis.
Tidak ada pembahasan yang lebih menarik untuk dituliskan, selain puisi cinta kasih untuk Ibu.