LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh, Mawardi Usman meminta bantuan Turki menyelamatkan situs Gampong Pande dan membantu rakyat Aceh menyelamatkan situs Kesultanan Aceh Darussalam. Aceh dan Turki adalah bersaudara.
Setelah kedatangan Belanda 1874 Kawasan Istana diubah menjadi rel kereta Api kemudian didirikan bangunan Belanda, dilanjutkan pemusnahan makam Raja-raja dan Ulama di Kawasan Darud Donya.
Sedangkan kawasan Gampong Pande, tempat Yang Mulia Wazir Sinan Pasha mengajarkan pembuatan meriam dan senjata pedang Damaskus kepada Prajurit Aceh. Ahli-Ahli Meriam Turki membuat meriam bersepuh emas dan perak menuliskan nama Khalifah Turki Utsmani dan Sultan Aceh yang memerintah serta tahun pembuatan.
Meriam dan Senjata Aceh yang terkenal kemudian dipesan oleh para Raja dan Sultan di Kawasan Nusantara bahkan Raja Jawa dan Melayu ikut memesan Meriam langsung dari pembuat Meriam Turki di Gampong Pande untuk melawan Portugis.
Gampong Pande adalah kawasan penghasil senjata meriam dan senjata lainnya untuk melawan Imperialisme barat dan juga sentral pengajaran Islam zaman kesultanan Aceh Darussalam. Namun kawasan Bersejarah ini oleh Pemerintah Kota Banda Aceh dijadikan kawasan pembuangan sampah dan kotoran manusia hingga kini.
Kawasan Bitai tempat Perwira Turki melatih Perwira dan Laksamana kesultanan Aceh Darussalam Bentengnya dihancurkan. Namun makamnya tidak berani mereka ganggu karena rakyat Aceh melindungi dengan nyawa dan jiwa mereka.
Sejak dulu nenek moyang kami telah meminta bantuan kepada kekhalifahan Turki Utsmani untuk melawan Imperialisme Barat. Padishah Aceh atau Raja Aceh menggunakan sebaik-baik bantuan yang diberikan kekhalifahan Turki Utsmani untuk meneguhkan Islam di Belahan Timur dunia.
"Hari ini kami dalam kondisi kesusahan, banyak situs kesultanan dan tanah kesultanan berpindah tangan dengan cara yang tidak benar. Akibatnya makam-makam di kawasan situs dimusnahkan. Sebagian ditimbun dan sebagian lainnya dijadikan kawasan pembuangan limbah kotoran manusia," sebutnya.
Gampong Pande tempat pemakaman Para Sultan, Ulama dan Pandai Besi Turki Utsmani dan Aceh Darussalam sekarang hendak dimusnahkan. Kawasan Istana Darul Makmur Gampong Pande yang didirikan oleh Sultan Johan Syah Seljuq Sekarang menjadi kawasan Sampah dan tempat pembuangan kotoran manusia.
Tahun 2006 kawasan peninggalan Turki Utsmani mulai banyak ditimbun dan dilenyapkan, rakyat Aceh protes, namun tidak diperdulikan, hingga tahun 2017 rakyat marah dan bergejolak, kemudian Pemerintah Aceh dan Banda Aceh menghentikan sementara pembuangan tinja di makam ulama.
"Namun pada tahun 2020 hari ini mereka hendak melanjutkan kembali dengan berbagai cara untuk memusnahkan peradaban kesultanan Aceh Darussalam dan Turki Utsmani. Apapun akan mereka lakukan agar situs peninggalan Khalifah dan Kesultanan Aceh Darussalam lenyap," ungkapnya.
Lanjut dia, kebencian mereka terhadap makam pejuang Islam seperti ungkapan syair: "Karena tidak bisa ikut membunuhnya pada masa hidupnya maka makam kuburan ulama dan pahlawan dihancurkan setelah mereka semua mati syahid."
Peusaba meminta Turki membantu Aceh melindungi kawasan situs Gampong Pande dan membantu mengambil alih kembali Wilayah Darud Donya. Dan kelak merekonstruksi ulang kembali kawasan Kesultanan Aceh Darussalam.
"Ratusan tahun kami kehilangan sejarah nenek moyang kami. Bangsa kami dihina dan direndahkan, namun hari ini sejarah nenek moyang kami terbuka di mata dunia. Kami akan mempertahankan makam Moyang kami walau apapun yang terjadi. rakyat Aceh akan bersatu padu melawan penghancuran terhadap makam nenek moyangnya hingga kaum Yahudi keturunan Kafir Belanda itu berhasil dikalahkan dan dilenyapkan dari atas muka bumi Aceh. Tanah Aceh adalah tanah Agung tanah para Aulia," tegas Mawardi, Selasa (01/09/2020).[*/Red]