LINTAS ATJEH | ACEH BESAR - "Leumo Pijut saree Bukan Proyek 650 M & Bukan Leumo Gop". Begitu postingan akun Syakya Meirizal di laman facebooknya, Minggu (07/06/2020).
Koordinator Masyarakat Pengawal Otsus (MPO) Aceh, Syakya Meirizal sepertinya menjelaskan bahwa yang ditulis tersebut adalah bentuk kontra opini atas tulisan berjudul : Penggemukan Sapi Aceh dan Uang Rp 650 Miliar; "Leumoe Gop, Geutanyoe Peu-Eumpeun".
Simak postingan lengkap akun facebook Syakya Meirizal berikut:
LEUMO PIJUT SAREE BUKAN PROYEK 650 M & BUKAN LEUMOE GOP
Awalnya saya ingin buat tulisan panjang lebar sebagai bentuk kontra opini atas tulisan berjudul : Penggemukan Sapi Aceh dan Uang Rp 650 Miliar; "Leumoe Gop, Geutanyoe Peu-Eumpeun". Saya pastikan bisa membantah hampir semua data dan argumentasi yang dikonstruksi dalam opini tersebut. Namun saya tidak punya interest untuk mengklarifikasi sebuah isu yang saya sama sekali tidak terlibat didalamnya.
Akan tetapi hati saya agak terusik ketika menemukan beberapa data dan fakta yang sama sekali tidak valid dalam tulisan tersebut. Ya, saya punya kepentingan atas validitas sebuah data. Agar dialektika dan perang opini sebuah isu tetap berangkat dari data yang terverifikasi kebenarannya dan informasi yang faktual. Berikut beberapa data dan fakta invalid yang saya temukan :
1. Opini : proyek pengadaan "leumoe pijut" Saree merupakan bagian dari Hibah 650 M untuk KPA.
Faktanya : Anggaran 650 M untuk KPA dialokasikan pada APBA 2013, sementara pengadaan sapi UPTD IBI Saree dilaksanakan pada tahun 2016-2017. Pengadaan sapi dari bagian hibah 650 M, sudah disalurkan untuk kelompok ternak di seluruh Aceh pada tahun 2013.
2. Opini : proyek pengadaan "leumoe pijut" dilaksanakan bersamaan dengan proyek ayam petelur di Blang Bintang.
Faktanya : proyek ayam petelur Blang Bintang dilaksanakan pada tahun 2013, Sementara pengadaan "leumo pijut" dilaksanakan tahun 2016-2017
3. Opini : hanya 10 persen dari total populasi sapi di UPTD IBI dalam kondisi kurus.
Faktanya : 70-80 persen dari ratusan ekor sapi betina jenis Peranakan Ongole (PO) untuk pembibitan dalam kondisi kurus kering. Hanya puluhan ekor sapi jantan untuk penggemukan yang kondisinya sehat dan gemuk. Bisa konfirmasi pada Pak Takwaddin Husin (Dr Taqwaddin) dan beberapa wartawan yang sudah hadir dilokasi.
4. Opini : Leumo gop, geutanyoe peu eumpeun (Leumo warisan Abu Doto-Mualem, Plt Nova yang sediakan pakan).
Faktanya : Seluruh sapi yang ada di UPTD IBI adalah aset Pemerintah Aceh, dibeli dengan uang rakyat Aceh. Pakannya pun dibeli dengan APBA (uang rakyat), bukan uang pribadi Plt Nova. Siapapun Kepala Pemerintah Aceh wajib mengurus semua aset Pemerintah Aceh dengan penuh tanggung jawab, baik aset yang menguntungkan maupun aset yang merugikan daerah. Jika tak bersedia mengurusnya dengan baik, sebaiknya mundur saja dari jabatan.
Kasep 4 boh mantong ile beh, yang laen urosan awak droeneuh laju....😂😂😂
Sebenarnya masalah "leumo pijut rut" di UPTD IBI bukanlah soal kebijakan. Melainkan hanya persoalan kinerja birokrasi teknis yaitu Dinas Kesehatan Hewan Dan Peternakan Aceh & UPTD IBI yang sangat rendah dan tidak bertanggung jawab. Namun viralnya isu tersebut membuat sebagian kalangan dilingkaran kekuasaan menariknya ke isu politis. Propaganda lah, Pilkada lah. Hal tersebut mengkonfirmasi ketidakmampuan inner circle Plt Nova dalam meng-counter sebuah isu secara objektif dan elegan.
Sekali lagi saya hanya berkepentingan untuk meluruskan data dan fakta yang keliru. Bukankah "smart people" harus disiplin pada verifikasi dan validasi sebuah data? Soal framing isu dengan segala argumentasi dan narasi yang mengarah pada dialektika politis, saya sama sekali tidak tertarik untuk mendebatnya...[Red]