Internet |
LINTAS ATJEH | BIREUEN - Tahun 2013 lalu saya pernah menulis tulisan di sebuah media berjudul "Perlu Tugu di Matangglumpangdua". Hampir 7 tahun berlalu tapi hal tersebut belum terwujud hingga kini. Sebagai putra asli Peusangan, ada harapan agar di pusat Kota Matangglumpangdua berdiri tegak sebuah tugu yang melambangkan ciri khas daerah baik religi, sejarah, kuliner, maupun ciri khas lainnya yang merepresentasikan negeri Peusangan.
Sejak dulu Peusangan merupakan negeri yang telah berkembang pesat. Di kota ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan masyarakat di Kecamatan Peusangan saja, namun juga masyarakat di Pesisir Jangka serta masyarakat dari Peusangan Selatan dan Peusangan Siblah Krueng.
Peusangan juga telah menjadi salah satu pusat pendidikan terutama agama sejak lama di pesisir utara Aceh. Di Matangglumpangdua, berdiri 2 perguruan tinggi swasta yang diminati oleh banyak mahasiswa di Aceh. Bahkan terakhir, Universitas Almuslim dinobatkan sebagai universitas terbaik di Provinsi Aceh.
Tentu akan menjadi menarik jika 'Almuslim' juga menjadi ikon bagi Matangglumpangdua dengan dibangunnya tugu di pusat kota yang menandakan bahwa Almuslim Peusangan telah memberikan andil bagi perkembangan daerah ini.
Demikian dengan sejarah, ia telah mencatat negeri Peusangan sebagai salah satu basis perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, menjadi pusat perkembangan pendidikan agama islam, atau melahirkan tokoh-tokoh penting seperti Habib Bugak, Teungku Meunasah Meucap, serta Ampon Chik Peusangan (Teuko Johan Alamsyah).
Atau bagaimana dengan Sate Matang? Kuliner khas Aceh yang diambil dari nama daerah asalnya ini kini dengan mudah dijumpai hampir di seluruh Aceh, bahkan hingga ke provinsi tetangga dan tidak terkecuali di Ibukota Jakarta. Ini tentunya untuk menabalkan Matangglumpangdua sebagai daerah asal dan pusat wisata kuliner sate matang. Apalagi saat ini ada dualisme sate di kabupaten yang sama. Ya, sebagian orang mungkin akan teringat Geureugok jika mendengar nama kuliner ini.
Ikon lainnya, Matangglumpangdua yaitu Giri Matang. Lazim dikenal sebagai jeruk bali, nyatanya jenis jeruk besar ini tidak ada hubungannya dengan Bali. Oleh karena itu Kementerian Pertanian menyarankan penyebutan "pamelo" untuk buah ini. Khusus untuk Giri Matang, buah ini telah ditetapkan sebagai varietas unggulan nasional oleh Kementerian Pertanian.
Perlu untuk diketahui bahwa Peusangan menjadi penghasil Pamelo terbesar di Aceh yang bahkan pemasarannya telah menyasar provinsi lainnya. Hal ini tentu tidak berlebihan jika dibangun Tugu Pamelo mengingat Peusangan sebagai sentra produksi Giri Matang.
Sama seperti beberapa daerah di Indonesia yang memiliki tugu yang melambangkan produksi pertanian dan perkebunan lokal seperti tugu padi di Karawang, tugu manggis di Tasikmalaya, tugu kol di Berastagi, tugu strawberry di Bandung, tugu carica di Wonosobo, atau tugu mangga di Majalengka.
Pada akhirnya harapan ini akan kembali kepada Pemerintah Kabupaten Bireuen untuk mewujudkan berdirinya sebuah tugu di kota terbesar kedua di kabupaten ini.
Beberapa bulan yang lalu ada sebuah berita yang berisi usulan pembangunan di Kecamatan Peusangan, salah satunya yaitu Tugu Kota Matangglumpangdu. Membaca ini menjadi secercah harapan agar segera terwujud.
Semoga kedepan semua orang yang melewati jalan Banda Aceh-Medan di kawasan ini akan melihat sebuah tugu dan mengingat bahwa daerah ini punya ikon.
Penulis: Mulkan Kautsar, S.P (Warga Pante Pisang, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh)