-->

Ironi, Aceh Terlena dengan Kenikmatan Duniawi

02 April, 2020, 22.54 WIB Last Updated 2020-04-02T16:09:12Z
Ilustrasi 
DI PAGI yang cerah, ketika duduk di salah satu warung kopi dalam Wilayah Kota Langsa, dimana saat itu para pengunjung warung asik membahas berbagai persoalan terkait virus corona (Covid-19) yang melanda belahan dunia termasuk Indonesia termasuk Aceh.

Tiba-tiba datang seorang kakek lalu bersalaman dan duduk satu meja berhadapan, lalu ia memesan secangkir kopi. Kemudian, sambil menyeruput kopi, diawali dialog ringan diantara kami. Kakek berusia sekira 72 tahun ini, yang beberapa kali ditanya tidak mau menyebutkan jati dirinya kepada Penulis, Rabu (01/04/2020).

"Saya hanya orang biasa, bukan Tengku, Ulama dan bukan pula orang pandai. Saya hanya orang biasa yang tidak pernah duduk di bangku sekolah, beda dengan pemuda sekarang dengan mengikuti berbagai ilmu pendidikan," ujar Kakek merendah.

"Bodoh-bodoh orang dulu, Insya Allah, bisa membaca Al Qur'an dengan benar dan mampu membaca kitab serta mempunyai akhlak yang tinggi. Jika dipilih diantara mereka 10 orang anak muda Aceh tempo dulu secara acak dipastikan semua bisa mengaji dengan benar," imbuhnya. 

Lanjutnya, namun sebaliknya, jika kita kumpulkan sebanyak 20 orang anak muda di zaman sekarang (milenial) di tahun 2020 yang ada di warung ini, mungkin hanya beberapa orang saja yang mampu melantunkan membaca kalam Illahi (Al Quran) dengan benar apa lagi kitab kuning.

Ananda, harus mengakuinya, Aceh hari ini tidak seperti tempo dulu. Aceh hari ini sudah terbalut dengan kompleksitas berbagai macam persoalan sosial ditengah masyarakat. Sehingga, sangat memerlukan perhatian khusus dan lebih oleh para pemimpin. Jangan terlena dengan kenikmatan duniawi.

Ia menilai, kehidupan anak muda Aceh hari ini dalam berbagai aroma modernisasi yang salah arah, bahkan cenderung dengan kebarat-baratan. Di saat menjelang shalat Magrib, mereka masih asyik dengan berbagai macam kesibukan aktifitasnya. Mereka lalai dengan smartphone, nonton tv dan masih di jalanan dan berbagai kegiatan lainnya.

Lebih ironis lagi, mulai di saat Magrib hingga malam lebih besar suara musik dari pada lantunan bacaan Quran. Bahkan mereka lebih menghafal bintang film, pemain bola pembalab dan sejumlah artis lainnya dari pada menghafal Asmaul Husna, nama-nama Nabi dan Malaikat.

Lihat saja, di kala matahari mulai terbenam di ufuk barat hingga menjelang Maghrib. Para pemuda dan remaja masih berkeliaran dit keramaian, seperti di warung atau kafe dan masih duduk menikmati panorama alam dengan desiran ombak dan angin malam di tempat-tempat wisata.

"Mereka duduk dengan non muhrimya tanpa batas, parahnya lagi di saat sang surya terbenam di ufuk barat mereka pulang dengan berboncengan mesra dengan mengenderai sepeda motor dalam kehangatan pelukan, berpegangan erat penuh kenikmatan. "Nauzubillah himin dzalik," ucapnya.

Aceh hari ini sudah banyak mengoleksi pelajar, mahasiswa. Namun, kawula muda di zaman now ini, banyak yang terjerumus dengan kemaksiatan. "Mereka terjebak dengan perjudian online, pergaulan bebas, hamil diluar nikah hinga sampai dengan menggunakan narkoba, ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Sungguh, Aceh Loen Sayang (Aceh Ku Sayang). Namun, dibalik itu semua fakta lain tidak seseram itu, banyak juga anak-anak Aceh meraih prestasi dalam berbagai macam bidang pendidikan. Bahkan, sejumlah anak negeri ini mampu membuktikan kemampuannya mulai tingkat Provinsi, Nasional hingga di kancah Internasional," sebutnya.

Dikatakanya lagi, wabah virus corona (Covid-19) merupakan salah satu cobaan, ujian dari Allah SWT yang menimpa dunia yang menghantui kehidupan anak manusia. Bagi seorang muslim, yang beriman tentunya harus senantiasa mengingat serta memperkuat keyakinan bahwa Allah Maha Pencipta dan Maha Pengatur.

"Jadi, segala sesuatu yang Allah ciptakan wajib tunduk pada aturan-Nya. Inilah prinsip yang harus dimiliki seorang mukmin, bahwa Allah telah menetapkan qada dan qadar atas segala sesuatu, seorang muslim wajib mengimaninya. Membiasakan diri untuk bersikap sabar dan tawakal kepada Allah SWT," ujar pria tua ini.

Seiring menyebarnya virus corona, pemerintah kita, bahkan dunia telah mengeluarkan berbagai aturan dan kebijakan untuk mencegah virus yang mematikan itu, seperti menjaga kebersihan, jaga jarak, penutupan sejumlah tempat keramaian hingga membatasi aktivitas luar rumah dan lainya.

"Sesungguhnya Aceh dalam gairah kerinduan. Merindukan suara pengajian lantunan ayat  suci Al quran dan suara zikir dalam tiap-tiap rumah. Disaat menjelang sore kita melihat para remaja dengan pakain islami menuju tempat pengajian sambil memeluk Al Quran," ucapnya sambil mengusap air mata penuh kerinduan.

"Oleh karena itu, semoga dengan adanya virus corona yang bisa dikatakan merupakan bencana atau ujian dari Sang Pencipta, sebagai pertanda peringatan untuk hambanya di akhir zaman. Jadikanlah corona sebuah pelajaran agar kita umat Islam semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT," jelasnya. 

Semoga kita semua mendoakan memohon perlindungan kepada Allah SWT agar di jauhkan segala musibah, marabahaya dan bencana yang melanda ini, agar segera pulih normal kembali dan cepat berlalu, imbuhnya di penghujung pembicaraan singkat itu dan pamitan berlalu pergi. 

Penulis: Munawar (Sekertaris PWI Kota Langsa) 
Komentar

Tampilkan

Terkini