LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komsat FEB Unsyiah, Naufal Siregar mengapresiasi Pemerintah Aceh yang terus berupaya dengan berbagai cara untuk pencegahan dan penanganan virus corona di Aceh.
"Kita ketahui bersama merebaknya virus corona di Aceh menyebabkan berbagai sektor terganggu, tak terkecuali rutinitas ibadah," kata Naufal kepada LintasAtjeh.com, Selasa (31/03/2020).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, kata dia, memang sudah mengeluarkan Surat Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020. Di dalamnya ada 9 poin utama, menjelaskan umat yang wajib dan tidak wajib menyelenggarakan ibadah sesuai dengan zona wilayah yang berkaitan dengan sebaran Covid-19.
Dikatakannya, salah satu poin Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus Corona, seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.
Naufal Siregar menyayangkan pihak berwenang di kampung-kampung yang mengambil keputusan dengan tergesa-gesa tanpa mengkajinya lebih dahulu dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Salah satunya yakni mengambil keputusan untuk menutup masjid dan menghimbau untuk tidak melakukan shalat berjamaah di masjid sementara waktu.
"Saya sangat menyayangkan pihak berwenang setempat ataupun di kampung-kampung untuk mengambil keputusan penutupan masjid. Yang memang dalam hal ini bukan termasuk sebagai daerah atau kampung yang rawan dan rentan akan penularan pandemi virus corona ini," sebutnya.
"Kecuali daerah itu memang sudah ada kasus PDP ataupun pasien positif corona maka disegerakan untuk melakukan isolasi terbatas (belajar, bekerja dan beribadah dirumah saja)," imbuhnya.
Naufal juga memberikan saran, jikalau kampung itu bukan termasuk sebagai daerah yang rawan dan rentan akan penularan pandemi virus corona lebih baik tidak melakukan penutupan masjid.
Menurutnya masyarakat kampung lebih baik bergotong-royong membersihkan masjid dan meningkatkan kembali kewaspadaan.
"Dengan meningkatkan kewaspadaan yang tinggi seperti gotong royong oleh masyarakat untuk melakukan penyemprotan desinfektan, menghindari kontak sementara (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan melakukan penghimbauan kepada jamaah jikalau dalam kondisi sakit lebih baik shalat di rumah saja. Tentunya dengan kewaspadaan tinggi tersebut kita rasa tidak perlu untuk menutup masjid," tambah Naufal
"Dan saya mengapresiasi serta mengucapkan terima kasih kepada tim medis serta relawan Covid-19 yang berjuang di garda terdepan dalam menangani wabah ini dengan ikhlas dan sepenuh hati. Maka dari itu mari kita bantu petugas medis dengan di rumah saja sekaligus berdonasi/bersedekah untuk pemenuhan Alat Perlindungan Diri (APD), suplemen vitamin, makanan sehat dan lain sebagainya yang dibutuhkan tim medis," tutup Naufal yang juga pengurus masjid komplek ini.[Red]