-->

INSIS: Mulan Jameela Masuk 10 Besar Politikus DPR Paling Moncer

28 Januari, 2020, 06.35 WIB Last Updated 2020-01-27T23:35:53Z
JAKARTA - Hasil riset media monitoring Institut Riset Indonesia (INSIS) menunjukan 307 orang anggota DPR mewarnai ruang opini publik di media massa sepanjang Oktober hingga Desember 2019. Politisi muda (usia 31-40 tahun) masih lebih moncer di media massa dibandingkan anggota parlemen milenial (21-30 tahun).

Riset simultan ini dilakukan sebagai bahan evaluasi tiga bulan anggota DPR paska dilantik awal Oktober 2019. Dari Hasil riset INSIS menunjukan, ada 32 politisi muda yang mewarnai pemberitaan di enam (6) media massa yang dijadikan unit analisis. Sementara itu, ada sembilan (9) politisi milenial yang dikutip sebagai narasumber berita.

"Politisi berusia 31 hingga 40 tahun ini dikutip sebagai narasumber di 533 tema publikasi. Sementara itu ada sembilan (9) politikus milenial yang dikutip namanya sebagai narasumber di 42 tema publikasi," buka Peneliti INSIS Wildan Hakim, di Jakarta, kemarin (27/01/2020).

Untuk kategori politisi muda, nama-nama seperti Andre Rosiade dan Achmad Baidowi mendominasi pemberitaan di media massa. Politisi Gerindra itu 138 kali. Sedangkan politisi PPP itu muncul 128 kali. Di belakang keduanya, Saleh Partaonan Daulay dari PAN dikutip sebanyak 36 kali. Disusul, Mulan Jameela dikutip sebanyak 32 kali.

"Kemunculan istri musisi Ahmad Dani sebagai narasumber berita ini tidak bisa dilepaskan dari faktor profesinya sebagai penyanyi dan juga selebriti."

Dikategori politisi millennial, Hillary Brigita Lasut dari Partai Nasdem menjadi sosok yang paling banyak disebut dalam pemberitaan yakni sebanyak 21 kali. Disusul Dyah Roro Esti Widya Puteri dari Partai Golkar sebanyak lima (5) kali. Puteri Anetta Komaruddin dari Partai Golkar tiga (3) kali). Arkanata Akram dari Partai Nasdem tiga kali. Farah Puteri Nahlia dari PAN tiga (3) kali.

"Dari pendataan media massa ini INSIS ingin membuktikan bahwa komunikasi politik para politikus milenial belum menunjukkan tren positif. Kemampuan politikus milenial dalam merespon isu yang kemudian dijadikan materi berita di media massa masih perlu diasah. Politisi milenial kalah moncer dengan politisi muda yang begitu lihai merespon isu dan menjadikan sosok mereka terkenal di mata para jurnalis," urai Wildan yang juga akademisi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.

Dalam riset ini juga diketahui, tema amandemen UUD 1945 menjadi isu politik yang paling banyak diberitakan. Pemberitaan seputar amandemen UUD 1945 ini mencapai 326 kali. Disusul dengan isu Musyawarah Nasional Partai Golkar sebanyak 199 kali serta perebutan kursi pimpinan MPR sebanyak 164 kali.

"Yang menarik, berita seputar permintaan kepada Menteri Agama Fachrul Razi untuk tidak mengomentari isu-isu seputar hukum Islam berada di urutan keempat. Sepanjang Oktober hingga Desember 2019 lalu, isu seputar peran Kementerian Agama ini muncul 113 kali dalam pemberitaan," urai Wildan.

Peneliti INSIS lainnya, Dian Permata menambahkan, dari beragam isu yang menjadi tema di media massa, tercatat hanya 307 orang anggota DPR yang disebut dalam pemberitaan di media massa. Artinya, dari 575 anggota DPR yang aktif saat ini, baru 53 persen yang saat ini berelasi baik dengan pekerja media.

''Sisanya yang 47 persen belum muncul ke publik sebagai narasumber berita,'' kata Dian.

Para anggota parlemen yang belum muncul ke publik ini, menurut Dian, bisa saja berkilah dengan mengatakan bahwa mereka berkomunikasi melalui media sosial atau lebih banyak muncul di televisi. Padahal penting diingat, keenam media massa yang dijadikan unit analisis oleh INSIS merupakan media massa besar yang kredibilitasnya sudah teruji. Kemunculan anggota DPR sebagai narasumber di enam media massa tersebut bisa dimaknai sebagai bukti keaktifan mereka di panggung politik nasional.

"Khusus untuk politikus milenial, mereka dituntut memahami dan merespon lebih cepat setiap isu yang berkaitan dengan posisinya di masing-masing komisi. Isu-isu nasional, isu komisi, dan isu yang berkaitan dengan momentum harus segera dikuasai agar nantinya bisa diartikulasikan ke media massa. Dengan cara itulah, para politikus milenial bisa beradu gagasan dengan para politisi muda. Bahasa kekiniannya mesti gerak cepet (gercep)," jelas Dian.[Bizlaw]
Komentar

Tampilkan

Terkini