JENEPONTO - Kodim 1425/Jp akan menggelar 'Festival Berkuda Turatea' dalam rangka memperingati Hari Juang Kartika atau biasa dikenal dengan Hari lahirnya Korps Infanteri. Festival ini sekaligus untuk mengeksplore kearifan lokal 'Butta Turatea'.
"Event ini akan digelar selama 3 hari mulai tanggal 20 s.d 23 Desember 2019, dipusatkan di Pantai Karsut," demikian ungkap Dandim 1425/Jeneponto, Letkol Inf. Irfan Amir, SE, melalui pesan whatsapp, Rabu (27/11/2019).
Dijelaskannya, adapun kegiatan-kegiatan yang akan digelar yakni:
° Tanggal 20 Desember 2019, akan digelar karnaval berkuda dengan menampilkan kuda-kuda yang ditunggangi dengan menggunakan pakaian adat dan pakaian pejuang yang menggambarkan budaya Jeneponto dan Hari Juang Kartika (Hari Infanteri).
° Tanggal 21 Desember 2019, Festival Olahan Daging Kuda dengan menampilkan masakan-masakan yang menggunakan olahan daging kuda seperti Ganja (Gantala jarang) dan olahan-olahan daging kuda lainnya yang sudah familiar seperti coto dan konro. Dalam hal ini juga akan ditampilkan olahan daging kuda lainnya yakni abon daging kuda, dendeng daging kuda dan rendang dari daging kuda.
° Tanggal 22 Desember 2019, akan digelar 'Pacuan Kuda' yang merupakan budaya masyarakat Jeneponto sejak dulu.
"Dari kegiatan Festival Berkuda ini, Kodim 1425/Hp dan kawan-kawan panitia ingin ikut mewarnai dan memperkenalkan budaya Jeneponto di tingkat nasional bahkan di level dunia," terang Dandim.
Perlu diketahui bersama, lanjut Dandim, bahwa satu-satunya daerah pemakan kuda termasif (Terbanyak) di dunia adalah Jeneponto. Boleh dicari di belahan dunia mana masyarakatnya, bisa menandingi masyarakat Jeneponto dalam hal memakan daging kuda?
"Dari informasi yang diperoleh selama ini, bahwa masyarakat Jeneponto dalam sehari dapat mengkomsumsi kurang lebih 20 ekor kuda/hari yang di mulai dari komsumsi orang per orang sampai dengan sajian di warung-warung makan yang menyajikan olahan daging kuda," sebut Letkol Inf. Irfan Amir.
Pelancong-pelancong yang datang ke Jeneponto, lanjut dia, dapat melihat bagaimana olahan daging kuda itu dibuat di Jeneponto. Dari mulai perbatasan Kabupaten Jeneponto-Takalar sampai dengan perbatasan Kabupaten Jeneponto-Bantaeng. Sebagian besar dari warung-warung makan menyajikan olahan daging kuda yang dibuat dalam bentuk coto dan konro.
"Sehingga dapat di hitung secara matematis bahwa apabila masyarakat Jeneponto mengkonsumsi kurang lebih 20 ekor kuda per hari. Maka per bulannya masyarakat Jeneponto membutuhkan kurang lebih 600 ekor untuk di komsumsi, bagaimana hitungan pertahunnya? Silahkan di hitung sendiri," tutur Irfan dengan nada tanya.
Masih kata Irfan, hal inilah yang mendasari sehingga kita dapat mengklaim bahwa masyarakat Jeneponto merupakan masyarakat yang termasif (terbanyak) di dunia dalam hal mengkomsumsi kuda. Silahkan Muri atau Guinnes Record World mencari dan mensurvei tempat di belahan dunia mana terdapat masyarakatnya yang sama dengan masyarakat Jeneponto dalam hal mengkomsumsi kuda?
Lanjutnya lagi, pada Festival Berkuda Turatea kali ini, kita juga berupaya mengeksplore kearifan lokal Butta Turatea dari sisi budaya, olah raga dan pariwisata. Dimana 3 hal inilah yang melandasi digelarnya Event Festival Berkuda Turatea ini.
"Mari kita bawa Jeneponto mendunia melalu event ini. Saya juga berharap event ini dapat menjadi event tahunan pemerintah daerah yang dapat dimasukkan dalam program tahunan Dinas Pariwisata dan Dispora," tutup Dandim 1425/Jeneponto, Letkol Inf. Irfan Amir.[*/Red]