BANDA ACEH - Ketua Umum DPP FORKAB Aceh, Polem Muda Ahmad Yani atau yang akrab disapa Polem mengaku sangat kecewa dan menyayangkan statement Kausar yang mengumpamakan TAPA dan SKPA laksana 'Anjing Pembangkang'.
"Komentar pedas ini diucapkan Kausar yang belum pernah kita dengar keluar dari mulut wakil rakyat manapun sepanjang perkembangan sejarah parlemen Indonesia bahkan dunia dalam kapasistas dewan yang menjalankan fungsinya," ungkap Polem dalam rilisnya, Senin (22/07/2019).
Dalam diskusi politik di internal Forkab, kata Polem, sosok Kausar kita nilai merupakan intelektual muda yang cukup potensial menjadi pemimpin bangsa kedepan. Mengingat kiprahnya semasa aktivis kemahasiswan dikenal cukup positif dan merupakan seorang intelektual terdidik jebolan kampus keagamaan IAIN Ar Raniry semasanya.
Seharusnya, tambah Polem, kehadiran Kausar selaku wakil rakyat bisa memberikan contoh bangaimana idealnya seorang aktivis terdidik menjalankan fungsi kontrolnya dalam bindang pengawasan, budgetting dan pembuatan regulasi (qanun) tanpa dengan sikap menghardik TAPA dan SKPA dengan narasi 'Anjing'.
Polem sangat sepakat dengan kritikan Ketua PDI P yang menilai statement Kausar sangat tidak beretika dan tidak patut atau sangat terlalu Offside. Apapun bentuk kemarahan dan kekesalan terhadap Tim TAPA dan SKPA, seharusnya Kausar sebagai wakil rakyat dengan partai koalsisi yang dominan di KAB memiliki otoritas untuk memanggil dan mempertanyakan atau apabila merasa perlu dilakukan pembentukan pansus dalam menjalankan tupoksi pengawasannya.
"Jangan malah terkesan menunjukkan jiwa keangkuhan dan kesombongannya yang cenderung pada penggunaaan otot dibandingkan otak. Ini rezim sudah berubah dan masyarakat sudah cerdas dan terdidik," ulas Polem.
"Ayo sama-sama kita menjalankan tugas dan fungsi sesuai tupoksi masing-masing dalam berkontribusi buat kemajuan Aceh," tandasnya.
Menurut Polem, terkait dengan potensi anggaran 2 T dana hibah dan bansos 2019 yang situ (Kausar) juga masuk pokir anggota dewan sebagaimana disebutkan Kausar yang kemungkinan besar terjadi SILPA, hal itu tidak bisa dilimbahkan kesalahan kepada pihak pemerintahan semata.
"Karena pengesahan APBA untuk tahun anggaran 2019 yang lalu merupakan hasil kesepakatan esekutif dan legislatif. Artinya sebagaimana yang disampaikan Karimun bukankah peran DPRA yang mengesahkan semua program perencanaan pembangunan Aceh," tukas Polem.
Mengutip pernyataan Karimun Ketua PDI P Aceh, kata Polem, dimana fungsi kerja anggota dewan sewaktu menyusun APBA 2019? Kenapa kok diam tidak bereaksi dan kenapa saat disahkan kalau tidak sesuai program dan perencanaan tidak dikritisi?
Ditambahkan Polem, tidak mungkin Tim TAPA dan SKPA mengesekusi suatu mata anggaran negara jika tidak didasarkan pada aturan main dan regulasi yang ada. Jadi, kita mempertanyakan motif kritikan Kausar terhadap anggaran yang berpotensi terjadi SILPA tahun 2019 ini. Kenapa terkesan terusik sekali dengan kineja tim TAPA dan SKPA?
"Apa karena pokir berpotensi lenyap ditelan bumi akibat benturan dengan aturan main atau regulasi yang ada. Jangan coba-coba bermain-main dengan uang negara, karena itu potensial bermasalah di kemudian hari dan salah melangkah bisa menyebabkan eksekutif serta legislatif masuk bui dan digelapkan ke dalam sel," ingat Polem selaku Ketum DPP Forkab Aceh.
Oleh karenanya, Polem meminta dan menasehati Kausar selaku anak muda yang dinilai cukup potensial untuk bisa menjadi pemimpin muda Aceh kedepannya dengan segera meminta maaf dan memperbaiki atas kesalahan yang terlanjur dibuatnya. Menurut Polem, pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang mampu mengakui kesalahannya dan bertantunggjawab atas sikap offside dirinya yang terlanjur diucapkannya itu.
"Karena kita duga itu potensial masuk jeratan pasal penghinaan dan pencemaran nama baik. Untuk itu mari kita bersikap legowo dan saling melakukan introspeksi diri masing-masing antara Wakil Rakyat dan Tim TAPA/SKPA atas kinerjanya yang masih dinilai cukup lemah," pungkas Polem Muda Ahmad Yani.[*/DA/Red]