MI/Bary Fatahillah
JAKARTA - STAF Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional Siti Ruhaini mengatakan aksi 212 dan 411 yang terjadi beberapa waktu lalu akan berlangsung kisruh dan pecah, jika presidennya bukanlah Joko Widodo.
"Pasca-aksi 411 dan 212 saya justru membayangkan kalau bukan Jokowi presidennya, bukan tidak mungkin sudah muncul negara Aceh dan Sumatera," kata Siti, ketika Simposium Peneliti Jokowi II di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (25/7).
Siti mengatakan berkaca dengan kejadian di Suriah dan Libia, setiap aksi massa akan berujung kisruh, lantaran pemimpin di negara tersebut berasal dari elit partai dan militer.
Pemimpin dari kalangan militer dan elit, kata ia, memiliki ego tersendiri menyikapi aksi massa. Sedangkan Jokowi, kata ia, tidak berasal dari kalangan tersebut dan tidak memiliki ego sebagai seorang elit.
"Kita tidak bisa membayangkan presiden kalau dari elit yang datang dengan egonya. Jokowi datang tidak membawa bagasi ego, ia sangat leluasa, dan dengan gesture tidak ada ketakutan," kata Siti.
Meski mendapat kritikan ketika tidak hadir pada setiap aksi tersebut, namun Siti mengatakan Jokowi mampu hadir sebagai sosok yang tidak mempertaruhkan kepentingan pribadinya.
Menurutnya, Jokowi hanya mementingkan kepentingan bangsa dan negara ketika merespon setiap aksi yang cenderung menjadi oposan terhadap dirinya.
"Sebetulnya bagaimana keberhasilan beliau dalam pengelolaan dan menempatkan posisi sebagai orang biasa, ia merasa tidak ada yang dipertaruhkan, hanya kepentingan bangsa di pundak beliau," kata Siti.
Seperti diketahui, Aksi 212 pada 2016 adalah respons dari pidato Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung satu ayat dalam kitab suci Al-Qur'an. Pidato Ahok dianggap menistakan agama Islam.[Media Indonesia]